Hidayatullah.com — Ketua PP Muhammadiyah, Dadang Kahmad mengungkapkan ciri utama seorang remaja yakni memiliki kekuatan tubuh yang prima, namun penuh dengan pergolakan dan problematika hidup.
Fase ini disebut-sebut sebagai masa proses pencarian jati diri. Pada masa ini begitu banyak godaan dan tarikan perbuatan yang serta tidak menentu dan tidak jelas, hingga terkadang mereka berani jauh dari ajaran agama.
“Kenapa kita harus khawatir karena remaja banyak menghabiskan waktu di gagdet mereka, lebih dari 8 jam per-hari. Hobi mereka bermain game. Mereka juga kurang suka berkumpul dalam kajian keislaman konvensional,” kata Dadang Kahmad, melansir website Muhammadiyah, Senin 25 Januari 2022.
Dosen Universitas Islam Negeri Sunan Gunungdjati ini lantas menampilkan data dari hasil sensus penduduk yang digelar Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020. Dari hasil survei sepanjang Februari-September 2020 itu didapati jumlah generasi Z (lahir 2000-2015) mencapai 75,49 juta jiwa atau setara dengan 27,94 persen dari total populasi berjumlah 270,2 juta jiwa. Sementara, generasi Y/milenial (lahir 1980-2000) mencapai 69,90 juta jiwa atau 25,87 persen.
Dadang menerangkan karakteristik kedua generasi ini. Menurutnya, generasi Y lahir ketika era teknologi digital, banyak menghabiskan waktu di ruang digital, kurang bersosialisasi, sulit bergaul namun sangat aktif di media sosial. Sementara generasi Z lahir ketika teknologi sudah menjadi gaya hidup, sejak kecil telah akrab dengan dunia digital, tidak menyukai proses yang panjang, individualistis sehingga aktivitas fisik cenderung rendah.
Kemudian lanjut Dadang data menampilkan bahwa sebanyak 72 persen remaja di Indonesia menanyakan ihwal agama kepada orangtua mereka. Lingkungan keluarga menjadi tempat untuk bertanya tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan agama. Sisanya, 8.1 persen dengan membaca buku; 6,7 persen bertanya pada pemimpin agama; dan 6,2 persen pemikiran pribadi.
“Dakwah berbasis keluarga ini menjadi sangat penting. Sesibuk apapun baik aktivitas bisnis atau kegiatan lainnya, jangan sampai kita sebagai orangtua melupakan pembinaan terhadap anak-anak kita,” tegas Pakar Sosiologi Agama ini.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Terakhir, Dadang menyarankan beberapa solusi dakwah khususnya di lingkungan Muhammadiyah. Pertama, membuat perhatian yang fokus terhadap keberagamaan remaja melalui IPM, IMM, PPM, dan NA.
Kedua, membuat task force untuk dakwah di kalangan remaja khususnya gen X, Z, dan post Z. Ketiga, mengevaluasi dan merekonstruksi pelajaran Ismuba dan AIK di PTMA. Keempat, memaksimalkan peran Majelis Tabligh, MPI, dan LDK untuk membuat konten di berbagai media; dan Kelima, pembinaan keluarga sakinah harus kembali menjadi perhatian utama.*