Hidayatullah.com– Pemerintah melalui Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, menyebut status bencana gempa-tsunami di Sulawesi Tengah adalah bencana daerah, bukan bencana nasional.
“Bencana nasional itu kalau semuanya collaps. Kondisinya seperti (tsunami) Aceh 2004. Tetapi yang ada di Sulawesi Tengah, masih banyak pemerintahan yang berjalan,” terangnya saat konferensi pers di kantor BNPB, Jakarta, Selasa (02/10/2018).
Menurut Sutopo, tidak ada kaitannya penerimaan bantuan internasional dengan status bencana nasional.
Tidak apa-apa, kata dia, bencana daerah menerima bantuan internasional.
Baca: Satu Pesawat Asing Bawa Bantuan Ditolak Mendarat di Palu
Bencana daerah sebelumnya seperti gempa Yogyakarta tahun 2006, gempa bumi Sumatera Barat tahun 2009, dan erupsi Gunung Merapi tahun 2010 pun, tuturnya, presiden juga menerima bantuan internasional sesuai kebutuhan.
“Yang terpenting dalam hal ini bukan status bencananya, yang penting itu penanganannya,” kata dia.
Menurutnya, pemerintah Indonesia masih sanggup menangani bencana gempa-tsunami di Sulawesi Tengah, termasuk dalam rehabilitasi rekonstruksi nantinya.
Baca: ‘Kampung Hilang’ di Petobo Palu, Diperkirakan Rumah Tenggelam
Sementara itu di lapangan diberitakan hidayatullah.com sebelumnya, kondisi Kota Palu yang terdampak gempa dan tsunami hingga saat ini masih begitu memprihatinkan. Mayat-mayat masih banyak belum diidentifikasi. Diyakini masih banyak mayat yang terkubur dan tertimpa bangunan pasca gempa dan tsunami, Jumat (28/09/2018).
Satu kampung di Kelurahan Petobo, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu, “hilang” akibat gempa bumi berkekuatan 7,7 skala richter (SR) yang kemudian dimutakhirkan oleh BMKG menjadi 7,4 SR yang terjadi pada Jumat (28/09/2018).
Menurut Muhajir, sebelum kejadian, di kampung tersebut dihuni sekitar 8.000 jiwa, mulai dari anak-anak, kaum wanita, hingga orang dewasa dan orangtua. “Semua,” tuturnya kepada hidayatullah.com, Selasa (02/10/2018).
Namun setelah kejadian hingga saat ini, menurutnya baru ada sekitar 1.000 orang yang diketahui selamat alias masih hidup. Artinya, diperkirakan ribuan orang lainnya masih tenggelam dalam lumpur. Ia mengakui tanah di Petobo memang mengandung lumpur.
Muhajir pun mengakui hingga saat ini belum ada bantuan dari pemerintah atau relawan ke Petobo. Muhajir turut mengungsi bersama warga lainnya.
Ia berharap pemerintah dan para relawan serta lembaga kemanusiaan untuk segera memberi bantuan ke kampung tersebut.
Apa yang paling dibutuhkan?
“Semua,” ungkapnya, seraya menyebut berbagai kebutuhan pangan, sandang, papan, dan sebagainya.* Andi