Hidayatullah.com- Wakil Ketua Umum Pusat Persatuan Islam (Persis), Dr Jeje Zaenudin prihatin terhadap kekerasan terhadap Muslim di India.
Jeje menilai, di tengah maraknya orang-orang berbicara kebebasan dan penegakan hak asasi manasia, tapi pemerintah India malah membuat peraturan yang diskriminatif terhadap Muslim setempat.
“Kita sangat prihatin, kesal dan mengutuk serta mengecam keras perilaku itu. Kok di dalam suasana kebebasan dan perjuangan seluruh bangsa menegakan HAM, masih ada bangsa yang membuat peraturan diskriminatif,” ujar Jeje di sela-sela Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) VII di Pangkal Pinang, Bangka Belitung, Jumat (28/02/2020).
Baca: Menag Mengecam Keras Kekerasan Terhadap Umat Islam India
Jeje mengaku kecewa dengan negara yang katanya punya kekuatan, seperti Amerika Serikat, tapi membiarkan peristiwa kekerasan di India.
“Persis juga kecewa negara adidaya seperti Amerika membiarkan peraturan perundang-undangan diskriminatif disahkan di India,” ujarnya.
“Presiden Amerika Serikat, Donald Trump sedang berkunjung ke India saat terjadi kerusuhan, tapi tidak menyinggung UU diskriminasi dan tindakan kekerasan itu,” ujarnya juga.
Jeje mengatakan bahwa AS dan PBB sangat tidak adil dalam melihat pelanggaran HAM.
“Selama ini negara Barat khususnya Amerika dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) selalu menggunakan double standard terhadap penegakan HAM di negara-negara lain,” ujarnya.
Katanya kalau pelanggaran itu terjadi di negeri Muslim, pasti Islam dikecam habis. “Kalau pelanggaran HAM terjadi di negara Muslim, pasti mereka mengecam umat Islam habis-habisan,” keluhnya.
Baca: India: Korban Jiwa Kerusuhan Agama di New Delhi Mencapai 34 Orang, Muslim Mencari Perlindungan
Namun jika yang melakukan pelanggaran HAM adalah negara-negara non-Muslim, selama ini diarahkan untuk selalu menghilangkan prasangka tentang perbedaan agama dan suku.
“Tidak sepatutnya agama, suku dan ras menjadi sumber konflik. Tapi fakta di lapangan umat Islam selalu menjadi korban. Ini catatan yang sangat memprihatinkan terhadap kondisi di India,” tegasnya.
Sebelumnya, korban tewas dalam kerusuhan komunal yang sedang berlangsung di ibu kota India, New Delhi, telah meningkat menjadi 34. Data terbaru ini disampaikan pejabat Kementerian Kesahatan India pada hari Kamis, (27/2) sebagaimana dikutip Anadolu Agency.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Jumlah korban jiwa terhitung 27 pada Rabu. Namun tujuh kematian baru lainnya dilaporkan terjadi dalam semalam, kata pejabat itu, yang meminta namanya disembunyikan. Dia menambahkan lebih dari 170 orang terluka dalam kekerasan.
Namun, media lokal NDTV melaporkan bahwa jumlah korban jiwa telah meningkat menjadi 35, menyebabkan lebih dari 200 orang terluka. Bentrokan terjadi antara demonstran pro dan anti Undang-Undang Amendemen Kewarganegaraan (CAB) dimulai pada hari Ahad dan telah beralih menjadi kekerasan komunal antara Hindu dan Muslim.* Azim Arrasyid
Laporan ini terlaksana atas kerjasama Dompet Dakwah Media