Hidayatullah.com– Dalam rangka peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) XXVII tahun 2020, Perhimpunan Penggiat Keluarga (GiGa) Indonesia hari ini menggelar webinar dalam bentuk Dialog Nasional.
Acara yang digelar secara virtual ini mengambil tema “Ketahanan dan Perlindungan Keluarga: dalam Konteks Perubahan Global dan Pandemi Covid-19”, Selasa (30/06/2020), digelar mulai pukul 09.00-12.00 WIB lebih.
Dialog Nasional Ketahanan dan Perlindungan Keluarga ini terselenggara atas inisiasi GiGa Indonesia bekerja sama dengan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), Persatuan Umat Islam (PUI), dan Gerakan Indonesia Beradab (GIB).
Dalam acara yang diikuti ratusan peserta dari berbagai organisasi dan perorangan yang peduli dengan pembangunan keluarga ini, pantauan hidayatullah.com, diisi oleh 6 narasumber.
Yaitu Prof Euis Sunarti (Guru Besar IPB Bidang Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga), Prof Atip Latipulhayat (Guru Besar Universitas Padjadjaran Bandung Bidang Hukum), Dr Bagus Riyono (Ketua GIB yang juga Dosen Fakultas Psikologi UGM), dr Gamal Albinsaid (CEO Indonesia Medika), Sandiaga Salahuddin Uno (Founder OK OCE, Founder Relawan Siaga dan Bank Infaq, Pengusaha Nasional), dan sebagai pembicaran terakhir Ahmad Heryawan (Ketua Majelis Syuro PUI.
Acara yang dimoderatori oleh Feizal Syahmenan, Founder Pusat Advokasi Hukum dan Hak Asasi Manusia (PAHAM) ini mengusung tema ketahanan keluarga karena keluarga merupakan unit sosial terkecil yang menjadi pilar ketahanan nasional.
Sehingga, GiGa menilai, perlu melindungi keluarga dari berbagai ancaman yang secara tidak langsung akan melemahkan ketahanan nasional.
“Ketahanan keluarga menjadi cermin atau indikator keberhasilan pembangunan, karenanya penting menempatkan keluarga sebagai basis kebijakan publik,” ujar Retno Wijayanti dari GiGa kepada hidayatullah.com dalam keterangan sebelumnya.
Pandemic covid-19 memang menjadi tantangan dan ancaman bagi keluarga Indonesia. Tetapi ada ancaman yang lain yang perlu dihadapi, yaitu dari pihak-pihak yang ingin mengubah struktur keluarga alami (natural family).
GiGa menyebutkan, masyarakat Indonesia memiliki struktur natural family yang hirarkis dengan relasi yang harmoni, dengan landasan filosofis dan yuridis yang kuat dan kokoh. Tetapi kini dinegasikan dan dilabeli diskriminatif, menjadi sumber kekerasan terhadap perempuan, dan dianggap tidak memenuhi prinsip kesetaraan gender.
Dalam Dalog Nasional ini, dibahas berbagai hal yang merupakan upaya membangun kesadaran akan pentingnya optimalisasi sumberdaya untuk meningkatkan ketahanan dan perlindungan keluarga dari berbagai ancaman, serta mencegah meluasnya kerentanan dan potensi krisis keluarga akibat pandemi Covid-19.
“Melalui Dialog Nasional ini, diharapkan muncul berbagai solusi kebijakan dan program ketahanan ekonomi, ketahanan sosial, dan ketahanan psikologis keluarga, serta kemampuan berjejaring menghimpun kekuatan dan bersinergi dalam gerakan peningkatan ketahanan keluarga Indonesia,” ujarnya.
Untuk diketahui, acara ini dibagi dua sesi. Sesi 1 mengusung tema mengenai “Perlindungan Keluarga Indonesia” yang disampaikan oleh tiga orang pembicara.
Pertama, Prof Euis Sunarti membahas tentang aspek filosofis dan yuridis keluarga Indonesia terkait dengan adanya ancaman agenda pengubahan keluarga Indonesia. “Penting untuk melindungi keluarga Indonesia dengan membangun kesadaran tentang hal ini,” sebut GiGa.
Kedua, Prof Atif berbicara dari aspek hukum mengenai pentingnya melindungi keluarga dengan mempertahankan dan memperkuat kebijakan hukum yang pro-Keluarga.
“Penting untuk mempertahankan UU Perkawinan tahun 1974 serta mengikuti pro-kontra RUU yang saat ini menjadi Prolegnas 2020, yaitu RUU Ketahanan Keluarga dan ancaman ideologis dibalik RUU P-KS bagi keluarga Indonesia,” imbuh GiGa.
Ketiga, Dr Bagus membahas keluarga sebagai “Lokus Pembangunan Manusia Berintegritas dan Benteng Peradaban Bangsa”.
Pada sesi 2, acara diisi oleh tiga orang pembicara lainnya, dengan tema utama mengenai “Pencegahan Kerentanan Keluarga Akibat Pandemic Covid-19”.
Gamal berbicara mengenai “Konsep, Tantangan, dan Best Practice layanan kesehatan bagi Keluarga Indonesia”. Sandiaga membahas aspek ekonomi yaitu mengenai “Konsep, Tantangan, dan Best Practice Program ekonomi untuk Kesejahteraan Keluarga Indonesia”.
Sementara Kang Aher berbicara mengenai “Titik Kritis dan Strategi Pendidikan untuk Bangun Generasi Berkualitas”.
Para peserta tampak senang dengan diadakannya kegiatan tersebut. Namun demikian, menurut pengamatan hidayatullah.com, acara yang dinilai berbobot ini dirasa masih kurang karena terbatasnya waktu sementara pembicaranya “seabrek”. “Setuju ada sesi lanjutan,” demikian usulan banyak peserta dalam komentar secara virtual.*