Hidayatullah.com–Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyatakan dengan tegas pada hari Sabtu (24/9) bahwa ia akan menolak kerangka perdamaian yang diajukan oleh penengah internasional. Ia tidak akan menyetujui setiap proposal yang mengabaikan kondisi Palestina untuk memulai kembali pembicaraan damai.
Abbas, yang kembali ke Tepi Barat pada Sabtu, setelah menyerahkan permohonan kenegaraan di PBB sehari sebelumnya, mengatakan kepada wartawan yang menyertainya, ia masih mempelajari usulan yang diajukan Kuartet perdamaian –Amerika Serikat, Uni Eropa, PBB dan Rusia.
Ia menyatakan, “kami tidak akan berurusan dengan inisiatif” yang tidak menuntut penghentian pembangunan pemukiman Zionis Israel atau negosiasi berdasarkan perbatasan sebelum Perang 1967 ketika Israel merebut tanah Palestina, yang direncanakan sebagai negara Palestina.
Usulan Kuartet tersebut tidak berisi tuntutan yang diinginkan Palestina.
Abbas menegaskan posisinya itu, setelah mendapatkan penolakan berat dari Amerika Serikat yang meminta Palestina meninggalkan upayanya meminta pengakuan dari PBB untuk negara yang terdiri atas wilayah Tepi Barat, Jerusalem timur, dan Jalur Gaza. Kehadirannya di Washington telah membangkitkan rasa hormat yang baru Palestina, yang menyebutkannya sebagai pemimpin bersemangat.
Permohonan sepihak untuk kenegaraan dan keanggotaan PBB yang dilakukan Palestina itu mencerminkan frustrasi mendalam Palestina akibat 44 tahun pendudukan Zionis Israel.*