Hidayatullah.com–Surat kabar Turki Yeni Safak melaporkan bahwa Ankara telah mengambil langkah pertama untuk menerapkan kembali model kerjasama dengan Libya. Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan hari Sabtu menandatangani perjanjian kerja sama keamanan dengan Otoritas Palestina (OP).
Dalam sebuah laporan yang diterjemahkan oleh Arabi21, surat kabar itu menunjukkan bahwa Turki, yang menyatakan pendapat kuat mengenai agresi penjajah ‘Israel’ baru-baru ini di Jalur Gaza, dua hari lalu meratifikasi perjanjian kerja sama keamanan yang ditandatangani dengan OP pada 2018. Yeni Safak mengindikasikan bahwa keputusan ini dianggap sebagai langkah pertama dalam menerapkan model yang mirip dengan Perjanjian Batas Maritim yang ditandatangani Turki dengan Libya.
Berdasarkan perjanjian yang mulai berlaku, pasukan penegak hukum Palestina akan dilatih di Akademi Gendarmerie dan Penjaga Pantai di Turki, kata surat kabar itu melaporkan. Surat kabar itu menambahkan bahwa proyek jangka pendek dan jangka panjang ini akan dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan pasukan penegak hukum Palestina dengan memberikan pelatihan, konsultasi dan bantuan teknis.
Surat kabar itu menjelaskan bahwa Ankara mengirim pesan yang jelas kepada penjajah ‘Israel’ dan mengambil langkah tegas selama pertemuan Dewan Keamanan Nasional yang diadakan Rabu lalu.
“Perjanjian kerja sama keamanan yang ditandatangani antara Republik Turki dan pemerintah Negara Palestina pada tahun 2018 diterbitkan dalam Lembaran Negara dan mulai berlaku,” tulis Yeni Safak.
Yeni Safak menambahkan bahwa perjanjian tersebut menggerakkan fase baru dalam hubungan Turki-Palestina, di mana kerjasama dalam memerangi pencucian uang, kejahatan dunia maya, penyelundupan budaya dan kekayaan alam, narkotika dan perdagangan manusia, dan memerangi penyelundupan migran dan imigrasi ilegal disepakati.
Surat kabar itu mencatat bahwa pertukaran intelijen dan teknik operasional untuk memerangi terorisme adalah salah satu ketentuan yang paling menonjol dari perjanjian, mencatat bahwa bagian kesepakatan tentang masalah keamanan maritim dan pesisir juga signifikan.
Diplomasi Erdogan atas Palestina
Sementara itu, Profesor Cihat Yayc, mantan laksamana angkatan laut Turki dan kepala Pusat Strategi Maritim dan Global di Universitas Bahçeşehir, mengatakan kepada Daily Sabah bahwa kedua negara harus mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan, karena ia mencatat bahwa hampir semua negara di kawasan Mediterania tidak akan melakukannya, bahkan akan menentangnya. Langkah ini diambil Erdogan untuk memperkuat tangan Palestina setelah ‘Israel’ melanjutkan serangan tanpa pandang bulunya yang menargetkan warga sipil dan infrastruktur sipil.
Untuk diketahui, Gaza telah berada di bawah blokade darat, laut dan udara oleh penjajah ‘Israel’, sementara kegiatan Polisi Angkatan Laut Palestina dibatasi hingga 11 kilometer (6,84 mil) dari pantai. “Dengan menandatangani perjanjian seperti itu, rakyat Palestina akan mendapatkan kendali atas zona maritim seluas 10.200 kilometer persegi, yang akan membuka jalan bagi mereka untuk memanfaatkan semua sumber daya di laut,” kata Yayc.
Menurut Yayc, kesepakatan itu juga akan memungkinkan Turki untuk memperluas zona yurisdiksi maritimnya di Mediterania, merusak rencana Yunani dan pemerintahan Siprus Yunani di daerah tersebut. “Negara punya kepentingan. Terkadang sumber daya, terkadang minyak, prestise atau untuk menjaga yang tertindas,” kata Yayc, menambahkan bahwa satu-satunya motivasi Turki adalah untuk melindungi yang tertindas.
Sebelum ini Turki melakukan Nota Kesepahaman dengan Libya. Nota berisi tentang kerja sama militer dan keamanan antara Turki dan Libya mencakup bidang-bidang berikut: pelatihan, konsultasi, transfer pengalaman, perencanaan, dukungan material, dan pembentukan Kantor Kerja Sama Pertahanan dan Keamanan bersama di Turki dan Libya, jika ada permintaan. Kantor ini akan memberikan pelatihan, informasi teknis, dukungan, pengembangan, pemeliharaan, perbaikan, pemulihan, pembuangan, pelabuhan, dan memberikan dukungan konsultasi kepada kedua negara.
Nota kesepahaman tersebut sekaligus mencakup pelatihan keamanan dan militer, praktik atau partisipasi dalam latihan dan pelatihan bersama, keamanan dan pertahanan, terorisme dan pemberantasan migrasi ilegal, pengamanan perbatasan darat, laut, dan udara, pemberantasan penyelundupan dan narkotika, operasi pembersihan bahan peledak.
Selain itu juga ada operasi bantuan bencana alam, pelatihan, pertukaran informasi dan pengalaman serta pelaksanaan operasi bersama di berbagai bidang kerja sama antara para pihak dan kunjungan resmi, struktur organisasi pasukan pertahanan dan keamanan.
Siswa angkatan pertama dari program pelatihan militer oleh Angkatan Bersenjata Turki untuk tentara Libya telah lulus tahun 2019. Upacara kelulusan diadakan di Tripoli untuk pasukan Libya yang menyelesaikan pelatihan delapan minggu untuk mencapai standar internasional.
Terkait perjanjian yuridiksi maritim ini, Hamas juga sudah menyetujui dengan mengatakan perjanjian maritim Turki-Palestina adalah hal yang mungkin untuk diimplementasikan.
Pejabat Turki telah mengintensifkan upaya diplomatik untuk mengakhiri agresi ‘Israel’ terhadap Palestina ketika Presiden Recep Tayyip Erdo heldan mengadakan panggilan telepon dengan para pemimpin dunia dan mendesak organisasi global untuk mengambil tindakan segera.
Ketegangan baru-baru ini yang dimulai di Yerusalem (Baitul Maqdis) Timur pada bulan suci Ramadhan menyebar ke Gaza setelah kelompok perlawanan Palestina bersumpah untuk membalas serangan ‘Israel’ di Masjid Al-Aqsha dan lingkungan Syeikh Jarrah jika mereka tidak dihentikan.
Penjajah ‘Israel’ menduduki Yerusalem Timur, tempat Masjid Al-Aqsha berada, selama perang Arab-’Israel’ 1967. Zionos mencaplok seluruh kota pada tahun 1980 dalam sebuah langkah yang tidak pernah diakui oleh masyarakat internasional.*