Hidayatullah.com—Ketua komite penyelidikan kematian Yassir Arafat mengatakan pada hari Kamis lalu bahwa mendiang pemimpin Palestina itu meninggal karena racun, tetapi mereka tidak dapat mengkonfirmasi tentang penggunaan jenis elemen radioaktif yang disebut polonium, lapor Maan (14/7/2012).
Abdullah Al Bashir, yang juga seorang dokter di Yordania, memberikan komentarnya saat konferensi pers di Ramallah. Menurutnya, meskipun adanya penggunaan polonium belum bisa dikonfirmasi, namun unsur radioaktif itu tidak dapat dikecualikan dari penyelidikan sekarang ini.
Dugaan adanya permainan busuk dalam kasus kematian Arafat mencuat, setelah para dokter Prancis mengatakan bahwa mereka tidak bisa menentukan penyebab pasti kematian Arafat yang wafat pada Nopember 2004 itu.
Al Basher mengatakan bahwa laporan medis yang diberikan para dokter Prancis tidak lengkap. Pihak rumah sakit militer di Prancis tempat Arafat dirawat juga menolak untuk memberikan keterangan yang cukup guna membantu penyelidikan kasus itu oleh komisi.
Isu kematian Arafat mencuat kembali setelah Aljazeera pekan lalu mengangkat laporan hasil penelitian Swiss Radiophysics Institute yang mengatakan bahwa mereka “secara mengejutkan” menemukan kadar polonium-210 yang tinggi di baju Arafat. Zat radioaktif yang sama pernah digunakan untuk membunuh mantan mata-mata Rusia Alexander Litvinenko di London pada tahun 2006.
Meskipun menemukan kadar polonium yang tinggi dalam baju Arafat, tetapi lembaga penelitian Swiss itu mengatakan bahwa laporan medis dari dokter Prancis tentang kondisi kesehatan Arafat tidak sejalan dengan keberadaan zat radioaktif itu.
Otoritas Palestina sudah menyetujui penggalian kembali makam Yassir Arafat untuk keperluan penyelidikan lebih lanjut, namun belum menetapkan tanggal pasti kapan kuburan itu akan digali kembali.*