Hidayatullah.com–Dai terkenal asal Arab Saudi Syeikh Aid al Qarni menegaskan, Mesir telah melaksanakan “kewajiban suci” terhadap Jalur Gaza, dalam mendukung warganya, membebaskan blokade dan menghadapi Zionis dengan segala cara diplomatik, politik dan bantuan.
Syeikh Qarni juga mengatakan, fokus peran Mesir di Jalur Gaza tidak membatalkan dukungan Arab dan kaum Muslimin.
“Namun Mesir memiliki kewajiban lebih besar karena situasi keamanan bersama,” ujarnya dikutip Pusat Informasi Palestina (PIC) seraya memuji peran yang dipersembahkan Mesir dengan membuka gerbang Rafah dan membebaskan blokade di saat agresi Zionis terakhir ke Jalur Gaza.
Ia menyatakan, apa yang dilakukan Mesir terhadap Jalur Gaza mencerminkan sejauh mana perubahan yang terjadi selama revolusi, dibandingkan dengan perang ke Gaza akhir 2008 lalu, di mana blokade diperketat terhadap Jalur Gaza di masa rezim Mubarak. Dia menegaskan pentingnya Mesir di masa pendatang dalam melindungi isu Palestina dalam tiga hal. Yaitu pembebasan blokade secara penuh terhadap Jalur Gaza, penyelesaian rekonsiliasi Palestina dan melanjutkan proses rekonstruksi Gaza.
Pria yang dikenal dengan bukunya “La Tahzan” ini juga menegaskan pentingnya membidik kesempatan dan suasana yang kondusif antara gerakan Fatah dan Hamas untuk mengatasi kebuntutan antar keduanya yang disponsori Mesir.
Menurutnya, suasana pasca perang terakhir kondusif untuk membuang perselisihan. Rakyat Palestina secara keseluruhan memiliki keinginan hakiki untuk mengakhirinya. Karena itu para pimpinan Palestina harus berpaling ke masalah ini. Baginya, yang akan mengambil keuntungan dari perselisihan antar Palestina adalah Yahudi yang membunuh rakyat Palestina dan menghancurkan rumah-rumah mereka.
Karenanya ia meminta agar rakyat Palestina berkomitmen dengan perjuangan menghadapi Zionis. Dia menegaskan bahwa agresi terakhir ke Jalur Gaza tidak lain adalah sebuah sesi dalam perang dengan Zionis.
Ia juga menyerukan kepada seluruh pemimpin Arab dan kaum Muslimin menyatukan sikap mereka, teguh mendukung isu Palestina yang mendukung rakyat Palestina yang berjuang, menjaga kota suci al Quds dan Masjid al-Aqsha dari penodaan yang terjadi.
Dia menilai mengejar proses perdamaian dan mengemis kepada entitas Zionis untuk menerima proses perdamaian adalah “sikap yang memalukan.”