Hidayatullah.com—Menteri Luar Negeri AS John Kerry dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersepakat mencabut izin resmi Harakah Islamiyah Palestina 1948 (Gerakan Islam Palestina 1948) yang berada di Garis Hijau (Green Line), di wilayah Tepi Barat yang terjajah.
Dalam konferensi persnya kemarin Selasa (17/11/2015) di Majma Ibnu Taimiah di kota Ummu Fahm, Syeikh Raid Shalah menegaskan, pengumuman Israel melarang dan membekukan aktivitas gerakan tersebut dilakukan setelah ada kesepahaman antara Amerika dan Israel terkait masjid Al-Aqsha.
“Saya ungkap rahasia kepada semua orang sekarang, bahwa sehari setelah pengumuman kesepakatan Kerry dan Netanyahu, ada pembicaraan antara seorang pejabat penting Arab tanpa saya sebutkan namanya dengan pejabat penting di konsulat Amerika di Al-Quds membicarakan kesepakatan ini. Pejabat Amerika tersebut mengatakan, kesepakatan ini akan membantu untuk mengeluarkan Harakah Islamiyah dari undang-undang. Bahkan pejabat Arab mengatakan; kalian bisa mematahkan kaki Syeikh Raed Shalah di masjid Al-Aqsha,” tegas Shalah.
Syeikh Raid Salah mengaku tidak kaget terhadap putusan AS dan Isrel tersebut. Menurutnya, keputusan tersebut bertujuan agar “pemukim Ilegal Yahudi’ dapat semena-mena menyerang Masjid al-Aqsha,” ujarnya kepada pada keterangan pers kepada Al Jazeera, Rabu (18/11/2015).
“Karena mereka tahu, bahwa selama ini Harakah Islamiyahlah yang senantiasa teguh menghadang serangan mereka terhadap Masjid al-Aqsha,” tambahnya.
Menurut Syeikh Raid, Harakah Islamiyah yang dia pimpinnya bermula dari nilai nilai yang lurus yang diajarkan oleh Islam. Berangkat dari patriotisme perjuangan Palestina.
“Oleh karena itu, Harakah Islamiyah akan senantiasa ada. Menyebar sebagaimana dia bermula. Tidak peduli apapun yang yang dikatakan oleh orang-orang dzalim itu,” tandasnya.
Syeikh Raid juga mengatakan dirinya akan senantiasa memimpin gerak laju Harakah Islamiyah. Membela nya dan memperjuangkan tujuan tujuan mulia nya.
“Sehingga saya berjumpa dengan Allah dalam keaadaan seperti itu,” pungkasnya.
Sebagaimana diketahui. Garis Hijau (Green Line) adalah kawasan yang berada di balik Tembok Pemisah yang dibangun oleh Zionis setelah genjatan senjata pada tahun 1949.
Tembok setinggi 8 meter dengan panjang mencapai 700 Kilometers ini dibangun oleh Zionis demi berlindung dari serangan bom Syahid para pejuang Palestina.
Belakangan Zionis terkejut. Pasalnya, pendduk Palestina yang tinggal di dalam Garis Hijau mereka anggap tidak berpotensi melawan. Ternyata menjadi pelopor Intifada ke-3 (Intifada al-Quds) yang sudah memasuki bulan kedua dan menjalar ke seluruh wilayah Palestina.*