Hidayatullah.com–Seorang menteri senior Otoritas Palestina akan mengunjungi pemimpin politik yang dipenjara Marwan Barghouti setelah menerima persetujuan dari otoritas ‘‘Israel’’, lapor The New Arab. Hussain Al-Sheikh, kepala Otoritas Umum Urusan Sipil Otoritas Palestina (OP), akan mengunjungi Barghouti di penjara Hadarim ‘‘Israel’’, tempat dia ditahan sejak 2002.
Bulan lalu, The New Arab melaporkan bahwa Barghouti memiliki keinginan untuk mencalonkan diri sebagai presiden Palestina dalam pemilihan mendatang. Barghouti belum membuat pengumuman resmi tentang masalah tersebut.
Sumber yang tidak disebutkan namanya menambahkan bahwa Al-Sheikh akan berusaha membawa Barghouthi ke kamp Fatah dengan membujuknya untuk mencalonkan diri dalam daftar terpadu, selama pemilihan. Berbicara kepada The New Arab, Amjad Abu El Ezz, seorang dosen ilmu politik yang berbasis di Ramallah, mengatakan Mahmoud Abbas mengatur pertemuan antara Fatah dengan tahanan politik sebelum pemilu.
“Presiden Abbas tahu bahwa tugasnya adalah mengatur rumah Fatah sebelum pemilihan dan pertemuan dengan tahanan politik melakukan hal itu,” kata El Ezz. “Barghouti adalah tokoh yang sangat berpengaruh dalam politik Palestina. Kunjungan Al-Sheikh, di mana ia tampaknya berkonsultasi dengan Barghouti tentang daftar pemilihan partai [dan] menerima kritiknya, menunjukkan bahwa partai tersebut berhubungan dengan rakyat,” ujarnya menambahkan.
Pada 2017, Barghouti memimpin aksi mogok makan terbesar oleh tahanan Palestina yang ditahan di tahanan ‘‘Israel’’ dalam sejarah negara itu. Dia akan menandai 20 tahun di balik jeruji besi pada bulan April.
Kunjungan itu dilakukan menjelang pertemuan Komite Sentral Fatah untuk membahas hasil pembicaraan dialog nasional antara faksi-faksi Palestina di Kairo. Partai-partai saingan Palestina berkumpul di ibu kota Mesir awal pekan ini untuk membahas poin-poin ketidaksepakatan dan rencana pemilihan mendatang.
Para hadirin berbicara positif tentang pertemuan tersebut, yang mempertemukan politisi Hamas dan Fatah. Dua faksi politik Palestina yang paling menonjol – Hamas dan Fatah – berbeda pandangan sejak tahun 2006, ketika Hamas memperoleh kemenangan mengejutkan dalam pemilihan legislatif.
Fatah adalah kelompok sekuler yang didukung AS dan penjajah ‘Israel’. Fatah menolak mengakui kemenangan kelompok perlawanan tersebut yang kemudian mengakibatkan perpecahan berdarah.
Pada bulan Januari, Presiden OP Mahmoud Abbas mengeluarkan keputusan yang memerintahkan pemilihan nasional tiga putaran. Pertama – untuk badan legislatif Palestina yang sudah lama tidak ada – akan berlangsung pada 22 Mei.
Pemilu ini akan diikuti oleh pemilihan presiden pada 31 Juli dan pemilihan Dewan Nasional pada 31 Agustus. Ini akan menjadi pemilu pertama di Palestina dalam 15 tahun.*