Hidayatullah.com–Zionis punya banyak cara menindas rakyat Palestina. Bila terhadap Jalur Gaza mereka melancarkan bom bardir dan pembunuhan masal. Maka di petak lain negeri Palestina punya caranya sendiri. Ujungnya tetap saja membunuh, tapi secara perlahan. Diantaranya adalah dengan memutus mata pencaharian dan pemiskinan secara sistemik terhadap rakyat Palestina.
Itulah yang umumnya terjadi di Kota Salfit, kawasan garis hijau. Daerah yang berada di balik tembok tinggi menjulang yang lebih dikenal dengan nama Tembok Aperteid.
Sebut saja Abu Jihad, petani gandum berumur 75 tahun asli kelahiran Kota Salfit. Tanah Palestina yang dikenal subur, betul-betul membuat dia dan keluarganya hidup bahagia, apalagi saat tiba masa panen. Biasanya, dia bersama anaknya memanen gandum bersama. Tapi itu cerita lama. Adapun sekarang, setelah berdiri kokohnya tembok aperteid jangankan memanen, bahkan menilik tanahnya pun harus mendapat izin dari penjajah.
Trump Berkuasa, Pemukiman Haram Merebak di Palestina Jajahan
Abu Jihad juga menuturkan kesemena-menaan Zionis terhadap mereka. Zionis melarang mereka untuk mengelola lahan mereka sendiri. Bahkan mendekatinya pun tidak boleh. Dahulu, pernah diizinkan, itupun ditetapkan batas waktu yang sangat singkat sehingga tidak bisa untuk merawat tanaman. “Sehingga mata pencaharian kami itupun sirna,” kisahnya. Lansir The Palestinian Information Centre (Palinfo), Jum’at (10/02/2017).
“Duhai, kiranya aku diberi kesempatan untuk bertani lagi di belakang tembok itu, pasti aku akan mulai menanam. Sehingga aku dapat bernostalgia kenangan-kenangan indah yang telah dirampas oleh Zionis dari ku dan keluarga ku,” tambahnya.
Bertahan Sampai Mati
Abu Jihad mengaku tidak akan melupakan tanggal 14 Desember 2001. Hari berpulangnya anak beliau menuju keharibaan Allah Swt. Hari itu Zionis membunuhnya di tempat bersama lima pemuda lainnya. Zionis melakukan pengepungan dan penyerangan mendadak terhadap kaum muslimin di Kota itu. Bahkan, demi melakukan pembunuhan brutal itu, mengerahkan pasukan khusus.
Kepada Palinfo Abu Jihad berkata, “Mereka membunuh anakku, merampas ladang ku, dan memenjarakan ku dengan alasan yang mengada-ada, sampai-sampai aku nyaris mati!” katanya menjelaskan.
“Mereka ingin mengusir kami dari negeri ini, akan tetapi kami menolak! Kami tegar dan tidak bergeser. Kami akan mati dalam pendirian itu dan dikubur di tanah ini!” pungkasnya.*/MR Utama