Hidayatullah.com — Pasukan Israel telah “meneror” keluarga seorang pria Palestina yang terbunuh pada hari Ahad setelah menembak orang ‘Israel’ di Baitul Maqdis (Yerusalem), kata saudara iparnya kepada The New Arab. Fadi Abu Shkheidem ditembak pasukan ‘Israel’ setelah dia menembaki orang Israel dengan senjata otomatis di dekat kompleks Al-Aqsha, menyebabkan satu orang Israel tewas dan beberapa petugas polisi Israel terluka, menurut laporan.
Tak lama setelah itu, polisi Israel mulai “meneror” keluarganya, menahan putranya yang berusia delapan tahun tanpa tuduhan, kata saudara iparnya, Muhannad Abu Rumi. “Polisi ‘Israel’ memanggil dua saudara laki-lakinya dan memanggil mereka ke pusat interogasi Mascobiyyah di Yerusalem di mana mereka diinterogasi selama beberapa jam,” kata Abu Rumi kepada The New Arab.
“Setelah itu… ratusan tentara penjajah [Israel] menyerbu rumah Abu Shkheidem di kamp pengungsi Shuufat di Yerusalem,” katanya. “Polisi ‘Israel’ mendobrak masuk ke rumah Fadi dan dua saudara laki-lakinya, membongkar dan menghancurkan isi rumah dan menggeledahnya selama hampir tiga jam. Tujuannya bukan untuk mencari tetapi untuk meneror,” tambah dia.
Di antara mereka yang ditahan adalah putra Abu Shkheidem yang berusia delapan tahun dan putrinya yang berusia 20 tahun, Aya, yang diinterogasi selama beberapa jam sebelum dibebaskan. Pengacara keluarga, Madhat Dibeh, mengatakan kepada The New Arab bahwa intelijen Israel menginterogasi anak-anak Abu Shkheidem tentang kebiasaan pribadi ayah mereka dan kehidupan pribadi keluarga.
“Keduanya dibebaskan Ahad malam, tapi Aya ditangkap lagi untuk diinterogasi pada Selasa dan dibebaskan setelah beberapa jam,” katanya.
Pasukan penjajah juga menyerang tenda pemakaman yang didirikan oleh keluarga Abu Shkheidem di kamp Suufat , dengan tabung gas air mata dan peluru karet. Istri Abu Shkheidem, yang mengunjungi keluarganya di Yordania pada saat itu, ditangkap oleh pasukan Israel dalam perjalanan kembali ke perbatasan Allenby pada Senin pagi dan masih ditahan, menurut Dibeh.
Muhannad Abu Rumi, menggambarkan saudara iparnya sebagai “pria keluarga” dan “aktivis masyarakat”. “[Dia] membantu kaum muda dan mengorganisir beberapa kampanye melawan narkoba di kamp pengungsi Shuufat. Dia memiliki hubungan baik dengan semua warga dari semua afiliasi politik dan sangat dihormati,” katanya.
“Fadi hadir di kompleks Al-Aqsha dan menyaksikan serangan-serangan pemukim ilegal ke tempat suci setiap hari. Dia melihat penghancuran rumah dan pelanggaran terhadap warga Yerusalem setiap hari dan sangat prihatin dengan hal itu.”
Fadi Abu Shkheidem adalah orang Palestina kedua yang gugur di Baitul Maqdis dalam waktu kurang dari seminggu setelah Omar Abu Assab yang berusia 16 tahun ditembak mati pada hari Rabu di Kota Tua Yerusalem setelah diduga mencoba menikam dua polisi penjajah.*