Hidayatullah.com — Para pejabat zionis Israel melakukan pertemuan di terowongan yang berada di bawah Tembok Al-Buraq, kompleks Masjid Al-Aqsha pada pada Ahad (21/05/2023).
Dikutip dari Anadolu, pertemuan yang dipimpin gembong zionis Benjamin Netanyahu itu digelar di bawah kompleks Masjid Al-Aqsha untuk memperingati pendudukan Israel di Yerusalem Timur pada 1967.
Otoritas Palestina (OP) mengecam pertemuan ini dan menyebutnya sebagai upaya zionis Israel untuk Yudaisasi (me-Yahudi-kan) Yerusalem atau Baitul Maqdis.
“Pemerintah pendudukan Israel berupaya meneguhkan kedaulatannya atas Yerusalem Timur, dan untuk menghadirkan narasi palsu dengan mengorbankan realitas sejarah wilayah tersebut, yang akarnya adalah Islam, Kristen, Palestina, dan Arab,” ujar Ahmed Al-Ruwaidi, penasehat Presiden OP Mahmoud Abbas.
Sementara Hamas, kelompok perlawanan Palestina, menyebut rapat Israel merupakan “eskalasi berbahaya.”
“Langkah ini adalah upaya untuk memalsukan identitas Yerusalem, yang merupakan agresi terang-terangan terhadap rakyat kami,” kata jubir Hamas, Hazem Qassem.
Pada 1996, warga Palestina menemukan bahwa Israel diam-diam menggali terowongan mengarah ke area Tembok Al-Buraq kuno, memicu bentrokan dengan Palestina yang menyebabkan 63 orang tewas dan 600 lainnya terluka.
Dikenal oleh Yahudi sebagai “Tembok Barat atau Ratapan”, Tembok Al-Buraq berada di bagian barat komplek Masjid Al-Aqsa, yang oleh umat Islam menjadi tempat paling suci ketiga di dunia.
Yahudi menyebut area itu “Bukit Bait Suci”, menyatakan tempat itu lokasi dua kuil Yahudi zaman kuno.
Israel menduduki Yerusalem Timur, dimana Al-Aqsa berlokasi, selama perang Arab-Israel pada 1967. Negara itu mencaplok keseluruhan kota pada 1980, sebuah tindakan yang tidak dikecam masyarakat internasional.*