Hidayatullah.com – Qatar menyatakan bahwa aksi perlawanan Palestina yang terjadi saat ini karena penjajah Zionis Israel sendiri.
“Kami menganggap Israel sendiri yang bertanggung jawab atas eskalasi ini karena pelanggaran yang terus berlanjut dan berulang ke Al-Aqsha,” kata Kementerian Luar Negeri Qatar dalam pernyataan resminya, lansir Al Jazeera (07/10/2023).
Qatar lantas meminta kedua belah pihak untuk menahan diri dan mengimbau masyarakat internasional untuk menghentikan Israel menggunakan peristiwa ini sebagai alasan untuk melancarkan perang yang tidak proporsional terhadap warga sipil Palestina di Gaza.
Pernyataan Qatar serupa dengan pernyataan Imarah Islam Afghanistan. Negara yang dipimpin kelompok Taliban juga menyebut bahwa peristiwa ini terjadi karena penjajahan Zionis Israel selama bertahun-tahun.
“Peristiwa yang terjadi adalah hasil dari apa yang telah dilakukan Zionis selama bertahun-tahun. Perlawanan Palestina adalah perjuangan yang adil,” ujar Afghanistan.
Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas mengatakan bahwa rakyat Palestina memiliki hak untuk mempertahankan diri dari “teror pemukim dan pasukan pendudukan”, kantor berita resmi WAFA mengutip pernyataannya.
Ia berbicara dalam sebuah pertemuan darurat yang diadakan di Ramallah dengan sejumlah pejabat tinggi Otoritas Palestina.
Sementara negara mayoritas Muslim lain seperti Arab Saudi dan Turki menyerukan “penghentian kekerasan segera”.
“Kami mengikuti perkembangan yang belum pernah terjadi sebelumnya antara sejumlah faksi Palestina dan pasukan pendudukan Israel yang telah menyebabkan tingkat kekerasan yang tinggi di sejumlah bidang,” ujar Kementerian Luar Negeri Arab Saudi.
Presiden Turki Tayyip Erdogan menyerukan kepada warga Israel dan Palestina untuk mengendalikan diri dan menahan diri dari tindakan-tindakan permusuhan yang dapat memperburuk situasi.
“Kami menyerukan agar semua pihak menahan diri,” kata Erdogan dalam sebuah kongres Partai AK yang berkuasa di Ankara. “Mereka harus menahan diri dari tindakan-tindakan agresif,” katanya.
Israel Bombardir Gaza
Heba Akilah dari Al Jazeera, yang melaporkan dari Jalur Gaza, mengatakan bahwa ada serangan pesawat tak berawak dan artileri Israel yang “intens dan terus berlanjut” di wilayah timur daerah kantong tersebut.
Dia mengatakan ada juga serangan di bagian utara, di Jabalia dan Beit Lahia; di Bureij, di Gaza tengah; dan di Khan Younis dan Rafah di bagian selatan.
“Sebagian besar wilayah yang diserang Israel adalah lokasi perlawanan Palestina, dan daerah perbatasan di mana puluhan warga Palestina sejak pagi berkumpul, di mana pagar berduri telah dipotong,” kata Akilah.
Jumlah warga Palestina yang tewas di Gaza akibat serangan Israel telah meningkat menjadi 198 orang, menurut pejabat kesehatan. Lebih dari 1.600 orang juga terluka.
100 Penjajah Tewas
Sementara, di pihak penjajah Israel diperkirakan 40 orang tewas dalam serangan kelompok perlawanan Hamas, meskipun Sara Khairat dari Al Jazeera melaporkan bahwa media lokal melaporkan setidaknya 100 orang tewas.
Angka tersebut tidak dapat segera diverifikasi.
“Jumlah korban tewas terakhir dari pemerintah Israel adalah sedikitnya 40 orang tewas. Namun, media lokal Israel … melaporkan bahwa ada 100 orang yang tewas,” kata Khairat dari Yerusalem Timur yang diduduki Israel, “jadi kami masih menunggu konfirmasi dari pemerintah Israel atau kementerian kesehatan.”
Hari Sabtu pagi, Brigade Izzuddin Al-Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), mengumumkan dimulainya Operasi “Taufan Al-Aqsha” terhadap ‘Israel’ dan meluncurkan 5000 ribu roket, lansir Al Jazeera.
Untuk pertama kalinya otoritas zionis mengumumkan status “perang” sejak 1973. Para pejuang juga dikabarkan berhasil menculik sejumlah anggota pasukan IDF, pemukim Zionis, dan tidak kurang 35 orang dambil dan dilarikan ke Jalur Gaza.*