Hidayatullah.com–Akhir Desember 2020 lalu, publik dikejutkan dengan kasus hubungan sesama jenis yang dilakukan oleh pasien Covid-19 dengan seorang Tenaga Kesehatan (Nakes) di Gedung Wisma Atlit, Jakarta.
Pendiri Yayasan Peduli Sahabat (PS) Agung Sugiarto mengatakan, perilaku menyimpang seperti itu (homoseksual) memang ada di semua lini kehidupan. Hanya dia heran, demi bisa melakukan hubungan badan dengan pasien, Nakes itu rela melepaskan Alat Pelindung Diri (APD) yang dipakainya.
“Artinya jika sudah nafsu seperti itu betul-betul dapat menghilangkan akal nurani. Astaghfirullah…,” ungkap Kak Sinyo—sapaan akrabnya.
Polisi akhirnya menetapkan JN sebagai tersangka karena menyebarkan screenshot chatting terkait hubungan badan sesama jenis yang ia lakukan. Nah, yang menarik motifnya ingin mencari eksistensi.
Itulah salah satu dampak buruknya media sosial. Seperti dahulu ada orang bunuh diri, direkam, lalu diposting di Facebook. Orang-orang seperti itu butuh eksistensi. “Kita tahu anak-anak muda, generasi Z, akan mudah menduplikasi. Meniru apa yang dia lihat,” kata Kak Sinyo.
Keduanya bisa bertemu karena adanya sebuah aplikasi (penyuka sesama jenis), di mana dari jarak radius 500 meter, bisa terdeteksi para pengguna aplikasi itu yang online. Artinya pintu masuk untuk melakukan perilaku menyimpang; lesbian, gay, biseksual, transgender (LGBT); begitu mudah dengan adanya aplikasi seperti itu?
“Saya masih ingat, tahun 2016, menteri Kominfo berjanji akan menutup aplikasi-aplikasi seperti itu. Tapi sampai sekarang tindakan itu belum terlaksana. Bahkan, tambah banyak dan menjamur,” ungkap Kak Sinyo prihatin.
Kak Sinyo merupakan salah satu konselor seksual menyimpang (non-heteroseksual) atau yang lebih familiar dengan sebutan LGBT. Pria asal Magelang, Jawa Tengah inipun mendirikan PS sebagai tempat curhat orang-orang yang punya orientasi seksual sesama jenis, tetapi tidak ingin menjadi pelaku LGBT.
Awal mulanya Kak Sinyo juga sama dengan orang awam lainnya, “buta” soal dunia LGBT. Namun karena suatu hal membuatnya tertarik mempelajari dan mendalami masalah tersebut. Apa itu?
Kepada Achmad Fazeri, wartawan Suara Hidayatullah, alumnus pascasarjana Psikometri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini menceritakan kisah perjalanannya.
Selengkapnya bisa di baca di majalah Suara Hidayatullah edisi Maret 2021, baik cetak maupun digital CP 085731158404