BUDI lagi asyik menikmati tidur lelapnya. Tiba-tiba suara keras menyalak-nyalak. “Dor! Dor! Dor!” berpuluh-puluh kali.
Ia pun terbangun, kaget bukan kepalang. Cepat ia ketahui itu bahwa itu suara tembakan. Tanpa babibu lagi, remaja asal Jawa Barat ini langsung bangkit dan lari terbirit-birit ke arah mihrab masjid menjauhi sumber suara.
Lewat tengah malam itu, Budi dan beratus-ratus jamaah Masjid Al-Makmur dikagetkan oleh suara tembakan.
“Darderdor” itu berasal dari senjata-senjata aparat kepolisian Brigadir Mobile (Brimob) yang “menyerang” ke arah masjid di bilangan Jl Mas Mansyur, Kebon Kacang, Tanah Abang, Jakarta Pusat itu.
Rabu (22/05/2019) dinihari itu, menurut saksi mata, ada sekitar 20 aparat Brimob yang singgah di depan masjid, lalu menembakkan gas air mata ke arah masjid.
“Mereka naik motor,” ujar Budi, nama samaran, saat ditemui hidayatullah.com di Masjid Al-Makmur, Rabu siang sebelum zuhur.
Menurut banyak saksi mata yang ditemui media ini, kejadian penembakan itu berlangsung pada sekitar pukul 02.00 WIB, ada yang menyebut sekitar pukul 03.00 WIB. Pukul berapapun, yang jelas penembakan itu menelan korban yang jatuh sakit, termasuk pingsan, bahkan banyak dilarikan ke rumah sakit terdekat. “Banyak yang tepar,” ungkapnya.
Dede, nama samaran, jamaah asal Sukabumi, juga merasakan kekalutan yang sama. Ia sedang tidak tidur saat serangan itu datang.
“Saya lihat, saya sedang di situ. Pas polisi datang, saya keluar,” ujarnya menunjuk pintu masjid dalam wawancara terpisah di Masjid Al-Makmur saat ditemui, Rabu siang. Jamaah pun keluar masjid dan menghadapi aparat agar tak bertindak anarkis. Di luar tampak kerumunan massa lainnya yang entah dari kelompok mana.
Bersama dua temannya, Dede bergantian menceritakan detik-detik tembakan tersebut. Menurut mereka, kepolisian menembakkan gas air mata ke seluruh penjuru masjid di bagian atas atap, membuat efek gas air memapar seluruh jamaah di rumah ibadah itu. Ada beratus-ratus orang di dalamnya.
Gas air mata diketahui sangat berbahaya bagi mata, pernapasan, dan kesehatan manusia. Mengandung zat-zat beracun seperti Chlorobenzylidene malononitrile (CS Gas), bisa menyebabkan iritasi pada selaput lendir mata, hidung, tenggorokan, dan perut. Efek yang bisa ditimbulkan banyak, misalnya, mata sulit berkedip, sakit kepala, dan sensasi terbakar.
Begitulah kurang lebih yang terjadi saat ratusan jamaah di dalam Masjid Al-Makmur terpapar gas air mata. Saat dan pasca penembakan, situasi berubah menjadi kepanikan. Terdengar teriakan dari jamaah, termasuk kaum wanita terutama para relawan.
Pekikan takbir menggema, disambut ucapan dua kalimat tauhid oleh para jamaah. Mata mereka pada perih. Yang punya masker segera menggunakannya. Sebagian lagi terkapar hingga harus diberikan pertolongan pertama.
“Relawan-relawan itu banyak yang mau muntah,” ungkap saksi mata yang disembunyikan identitasnya. “Sampai kehabisan oksigen para relawan-relawan itu,” sebut saksi mata lainnya.
Sebagian korban gas air mata terpaksa dilarikan ke rumah sakit sebab kondisinya sudah sesak nafas dan sangat mengkhawatirkan. “Sudah enggak sanggup ini, bawa langsung ke rumah sakit (pakai ambulans),” tutur relawan lainnya ditirukan saksi mata. Hanya sekitar 1-2 orang yang bisa diselamatkan di masjid, selebihnya ke RS.
Sekitar satu jam kemudian, asap perlahan menipis lalu hilang. Saat bersantap sahur, efeknya masih terasa.
“Tidak Manusiawi”
Menurut saksi mata, kejadian itu berawal dari pengejaran yang dilakukan aparat Brimob bersepeda motor terhadap sekelompok massa. Massa yang entah dari mana ini diketahui berbuat kericuhan di depan Bawaslu, Jl MH Thamrin, pada Selasa (21/05/2019) malam, beberapa waktu setelah aksi damai menolak pemilu curang selesai digelar.
Saat massa yang dikejar ini melintasi Masjid Al-Makmur, tuturnya, sebagian bergerak ke arah masjid, diikuti aparat yang berhenti lalu menembakkan gas air mata ke berbagai penjuru masjid bagian atas atap. Polisi katanya tidak sampai masuk ke dalam masjid. “Di gerbang doank.”
Menurut mereka tembakan tersebut sengaja diarahkan ke masjid. Saat itu pun, salah seorang habib asal Cianjur, Jawa Barat, mengambil alat pengeras suara masjid lalu mengingatkan aparat agar tak melakukan penembakan ke masjid.
“Kepada (aparat) yang menembak tolong tidak menembaki di masjid,” seru sang habib, sebagaimana video yang direkam Dede dan diberikan kepada hidayatullah.com. Tapi tetap saja ditembaki, tutur jamaah.
Dede menyayangkan terjadinya penembakan gas air mata ke arah masjid tersebut. “Tidak manusiawi ya,” ujarnya. “Mereka itu kan digaji sama rakyat, tapi mungkin ya mereka tugas dari atasan ya,” tambahnya. “Harusnya ada tindakan-tindakan yang pro rakyat lah. Apalagi ini kan masjid.”
Baca: Jamaah Masjid Al-Makmur Doakan Kebaikan untuk Indonesia
Rabu siang itu, di tengah obrolan dengan para saksi mata, tiba-tiba seorang pria masuk ke Masjid Al-Makmur dan berteriak. “Bangkit! Bangkit!”
Sebagian jamaah yang sedang istirahat langsung berdiri lalu bergegas keluar masjid. Suasana tenang mendadak tegang. Sebagian jamaah bersiap siaga. Sebagian lainnya sudah di luar masjid. Ada yang pegang tongkat, ada yang pegang batu.
“Yang punya motor di luar, masukkan!” Seru seseorang. “Ada polisi mau datang!”
Usut punya usut, ternyata jamaah tengah bersiaga menghadapi kabarnya akan datang aparat kepolisian. Antipati mereka terhadap kepolisian siang itu tampaknya efek dari kejadian semalam, saat aparat Brimob menembakkan senjata gas air mata ke arah masjid.
Kadiv Humas Mabes Polri M Iqbal di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Rabu (22/05/2019) membantah bahwa anggota Brimob tidak pernah menyerang masjid seperti foto-foto yang tersebar di media sosial.*