Hidayatullah.com–Pekan terakhir di bulan Agustus, media internasional, terutama di Amerika, ramai memberitakan laporan yang dimuat oleh surat kabar Stars and Stripes pada Senin 24 Agustus 2009. Surat kabar militer yang didanai oleh Pentagon, namun editorialnya independen itu, melaporkan bahwa Departemen Pertahanan Amerika Serikat telah menyewa perusahaan swasta untuk melakukan evaluasi terhadap hasil kerja para jurnalis di perang Afganistan.
Pentagon menyewa The Rendon Group (TRG) –sebuah perusahaan public relation (PR) internasional yang didirikan oleh John Rendon Yohanes– untuk menilai berita yang pernah dibuat wartawan berdasarkan “perspektif, gaya, dan nada” untuk kemudian diberi nilai “positif”, “negatif”, atau “netral.” Penilaian itu dijadikan bahan pertimbangan, apakah seorang wartawan bisa diikutsertakan dalam pasukan militer.
Wartawan yang ikut pasukan berkewajiban membantu staf Pentagon yang bertugas sebagai image-makers, guna memanipulasi berita yang akan ditulis wartawan dari hasil liputannya ketika ikut bersama pasukan militer di Afganistan. Tujuan akhirnya, militer Amerika bisa mengontrol media atas berita yang mereka buat.
Kapten Elizabeth Mathias, petugas humas militer Amerika di Kabul, mengatakan bahwa mereka tidak menolak akses wartawan manapun berdasarkan biografi mereka. Tujuannya hanya “agar kami tahu dengan siapa kami bekerja.”
Laporan (dari Rendon) berguna bagi para komandan untuk lebih mengenal topik-topik yang bisa diliput para jurnalis, dan menyesuaikan berita yang akan diliput dengan ketertarikan masing-masing mereka.
“Jika beritanya akurat, maka berarti berita itu bagus, tanpa memperhatikan apakah isinya kabar baik atau buruk.” kata wanita itu lebih lanjut.
“(Penilaian) itu berguna bagi mereka (militer) untuk mengukur efek strategis dari aktivitas pasukan AS dan sekutunya berdasarkan pemberitaan di media lokal dan internasional,” demikian bunyi pernyataan Rendon dalam e-mail yang dikirimkan ke Stars and Stripes.
Pentagon dan militer, serta Rendon, bisa berkilah sekehendak hati mereka mengenai tujuan dilakukannya penilaian atas hasil kerja wartawan. Namun kenyataannya, Stars and Stripes berhasil mendapatkan file, bukti bahwa hasil kerja para wartawan memang telah diberi nilai dengan “positif”, “negatif”, atau “netral.”
Seorang reporter dari sebuah surat kabar terkemuka di AS diberi peringkat “netral-positif” atas berita-berita yang ditulisnya. Sementara berita buruk yang ia tulis diberi nilai: “masih bisa dinetralisir” dengan menambahkan kutipan komentar dari pejabat militer.
Seorang reporter lain dari sebuah stasiun televisi, liputannya dinilai bersifat “subyektif.” Dengan menyetir reporter itu untuk meliput keberhasilan sebuah operasi, maka bisa dihasilkan “sebuah liputan yang disukai (militer AS).”
“Tujuan dari memo ini adalah menyediakan bahan evaluasi atas (nama seorang reporter dari sebuah koran terkemuka di AS)… dalam rangka menilai sentimen yang diharapkan dari hasil kerjanya selama diikutsertakan dalam misi di Afganistan,” demikian bunyi pengantar dalam sebuah profil seorang reporter yang dibuat oleh Rendon untuk Pentagon.
Lagi-lagi fakta ini disangkal oleh Pentagon. “Mereka (Rendon) tidak melakukan hal itu (merangking jurnalis), hal itu sudah lama tidak dilakukan—sejak dibentuknya pasukan AS-Afganistan bulan Oktober 2008,” kata Bryan Whitman, jurubicara Pentagon kepada para wartawan Senin (24/8) lalu. Ia juga mengatakan bahwa yang dinilai oleh Departemen Pertahanan adalah akurasi berita.
Kasus ditutup
Juru bicara Pasukan AS-Afganistan (USFOR-A), Kolonel Wayne Shanks dalam e-mailnya kepada Stars and Stripes menulis, “USFOR-A menggunakan informasi itu untuk membantu menilai kinerja penyampaian informasi yang efektif kepada publik.” Ia juga menegaskan bahwa pengumpulan profil para jurnalis sudah dihentikan pada bulan Mei.
Whitman mengatakan, Pentagon tidak lagi “menilai profil jurnalis” sejak Oktober 2008. Sementara Shanks mengatakan, penilaian dihentikan sejak bulan Mei 2009. Dan fakta yang ada bertentangan dengan pernyataan mereka berdua.
Seorang koresponden Pentagon yang meminta dan mendapatkan profilnya pada Kamis (27/8) mengatakan, laporan yang ia terima mencakup hasil kerjanya hingga bulan Juli 2009.
PJ. Tobia, seorang wartawan lepas yang juga meliput perang Afganistan, menulis dalam blognya (28/8), bahwa apa yang diberitakan Stars and Stripes itu benar adanya.
Hal yang mengganggu sejauh ini adalah ketika S&S bertanya kepada pihak militer mengenai Rendon, mereka (militer) menyangkal adanya laporan seperti itu. “Saya sedang memegang salah satu rapor itu di tangan saya sekarang ini, percaya pada saya, laporan itu memang ada,” demikian tulis Tobia di blognya.
Ia juga menceritakan pengalamannya ketika bertemu dengan staf Rendon di Kabul. Dalam pembicaraan, mereka menyangkal ada tujuan kriminal dari apa yang mereka kerjakan.
“Kami hanya membantu pihak militer menentukan tugas mana yang tepat untuk diikuti oleh seorang wartawan tertentu,” demikian kata seorang pegawai Rendon kepada Tobia ketika minum-minum bersama.
“Jika seorang wartawan diklasifikasikan ‘negatif’, kecil kemungkinan mereka bisa ikut dalam sebuah operasi militer. Mereka cenderung hanya diberi kesempatan untuk meliput sebuah pleton yang menjaga karung pasir di Herat.”
Tobia sendiri mendapat penilaian yang cukup bagus dari Rendon.Tulisan-tulisannya yang dimuat di beberapa media, seperti The Washington Post dan Philadelphia Inquirer, sering dikutip beberapa media lainnya.
“Tobia cenderung lebih simpatik dan tidak kritis terhadap militer AS dalam banyak laporan terakhirnya,” demikian penilaian Rendon tertanggal 5 Mei 2009.
Dan memang terbukti, Tobia bisa dibilang sering diikutkan dalam operasi militer AS. Ia pernah ikut pasukan AS ke Wardak dua kali dan ke Kandahar satu kali.
Militer AS di Afganistan benar-benar tidak ingin kesalahan dan kelemahan mereka diketahui umum. Mereka tidak akan mengikutsertakan wartawan dalam pasukan yang “kurang berkualitas”, karena takut mendapat citra buruk.
Mayor Patrick Seiber, jurubicara di Divisi Udara 101 mengatakan kepada Stars and Stripes, “Jika seorang wartawan selalu memusatkan perhatiannya pada topik-topik negatif, maka kami tidak akan mengikut sertakannya dalam pasukan yang bukan pasukan terbaik kami.” Ia mengatakan tidak ada win-win solution dengan wartawan dalam hal ini.
“Kami tidak berusaha mengontrol apa yang mereka laporkan, tapi kami berusaha untuk melakukan yang terbaik,” katanya berkilah.
Seiber pernah menolak mengikutsertakan dua orang wartawan dalam pasukan AS. Satu alasannya karena “tulisannya buruk” dan satu lagi karena melanggar peraturan untuk tidak menuliskan informasi rahasia.
Beberapa organisasi jurnalis profesional dan pemerhati etika media mengkritik upaya Pentagon untuk merangking dan memanipulasi wartawan. Ron Martz, Presiden Asosiasi Reporter dan Editor Militer di AS, menyebut, tindakan Pentagon itu sebagai sesuatu yang mengkhawatirkan.
Amy Mitchel, Deputi Direktur Pew Research Center’s Project for Excellence in Journalism, mengatakan bahwa apa yang dilakukan pemerintah itu bukan cara kerja jurnalisme yang diharapkan di AS, pemerintah hanya ingin mendapat berita yang ingin mereka dengar (berita baik saja).
Pembuatan profil wartawan seperti itu mempengaruhi independensi media, begitu menurut Aidan White, Sekjen Federasi Jurnalis Internasional yang berbasis di Brussel Belgia. Menurutnya, tentara tidak menunjukkan keinginan untuk membantu wartawan bekerja secara bebas.
“Kelihatan mereka lebih tertarik dengan propaganda daripada pemberitaan yang jujur,” katanya.
Merasa sudah ketahuan belangnya dan karena mendapat banyak sorotan negatif, Pentagon akhirnya menghentikan kontrak yang telah disepakati dengan Rendon.
“The Bagram Regional Contracting Center bermaksud untuk menghentikan kontrak analisa media dengan The Rendon Group,” demikian kata Kolonel Wayne Shanks, Kepala Humas International Security Assistance Forces–Afghanistan sebagaimana dikutip Stars and Stripes Senin (31/8).
Kontrak satu tahun yang bernilai USD 1,5 juta itu dihentikan terhitung tanggal 1 September 2009.
“Keputusan untuk menghentikan kontrak dengan Rendon adalah keputusan dari saya pribadi. Sebagai humas senior di Afganistan, jelas sekali masalah Rendon yang bertugas untuk mendukung tugas militer AS di Afganistan telah keluar dari misi utama kami,” kata Laksamana Muda Gregory J. Smith, dalam e-mail-nya kepada Stars and Stripes Ahad (30/8).
Tapi namanya juga perang propaganda. Kadang realitas sesungguhnya tak sama dengan penampilan di atas kertas. [Dija/hidayatullah.com/bersambung]