“LABBAIKALLAHUMMA labbaik, labbaika laa syarika laka labbaik….”
Suara talbiyah memenuhi ruang bis kami berulang-ulang. Ini adalah kisah perjalanan umrah Wali Kota Balikpapan HM Rizal Effendi, SE dan rombongan, Rabu (04/05/2016) lalu.
Bukan suatu kebetulan, koresponden hidayatullah.com –yang pernah tinggal lama di Balikpapan– diminta menemani sekaligus membimbing perjalanan rombongan dari Madinah ke Makkah siang itu.
Beberapa waktu sebelumnya….
Usai menikmati makan siang, rombongan yang dipimpin oleh Pak Wali bergerak meninggalkan Kota Suci Madinah menuju Miqot Dzulhulaifah, tempat berihramnya penduduk Madinah.
Setelah shalat tahiyyatul masjid di Masjid Miqot dan berniat untuk umrah, rombongan yang berjumlah 17 orang kembali melanjutkan perjalanan menuju Kota Suci Makkah al-Mukarramah. Perjalanan syahdu yang penuh dengan talbiyah dan dzikir mengingat Allah.
“Labbaikallahumma labbaik, labbaika laa syarika laka labbaik, innal hamda, wanni’mata laka wal mulku, laa syarika lak….” Suara talbiyah begitu menggetarkan hati dan menguatkan iman.
Masya Allah! Suara pemimpin dan rakyatnya bersatu mentauhidkan Tuhan semesta alam, Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Di antara kelebihan beribadah haji atau umrah dari Madinah adalah bisa memulai wajib ihram dari Miqot, yang dahulu dipakai oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam dan para Sahabat beliau, yaitu Dzulhulaifah atau Abyar Ali ini.”
Penjelasan yang sudah lumrah diketahui sebagian umat Islam ini kami segarkan kepada rombongan.
Petang pun tiba, waktu adzan Maghrib tinggal 15 menit lagi. Seorang muthawwif dari pihak travel mengumumkan bahwa kami akan singgah sebentar di Istirohah Wadi Qudaid, sebuah tempat beristirahat antara Madinah dan Makkah bagi kafilah musafir.
Konon, di daerah inilah Suraqah bin Malik berhasil mendapati Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam dan Abu Bakar radhiyallahu anhu saat berhijrah dari Makkah ke Madinah. Suraqah bermaksud menangkap atau membunuh Nabi dan Sahabat beliau, tapi Allah menjaga keduanya. Kuda yang ditunggangi Suraqah selalu terjatuh saat mendekati Nabi.
“Bapak dan Ibu sekalian, insya Allah kita singgah sebentar di sini untuk melepas lelah. Bagi yang mau buang air atau minum-minum teh dipersilakan, tapi kita tidak lama di sini. Insya Allah langsung berangkat lagi, shalat Maghrib dan Isya akan kita jamak ta’khir di Makkah nanti,” kata seorang muthawwif sebelum rombongan kami turun dari bis.
Memilih Shalat
Waktu adzan Maghrib semakin dekat. Wakil Wali Kota Balikpapan, H Rahmad Mas’ud, yang juga ikut dalam perjalanan terlihat sibuk membeli teh hangat dan ayam panggang. Dengan lincah ia menghidangkan makanan tersebut ke meja rombongan.
Adzan Maghrib pun terdengar gagah berkumandang memanggil para musafir yang beristirahat di Lembah Qudaid. Di saat yang sama, datang pula panggilan dari bis untuk segera melanjutkan perjalanan ke Makkah. Rombongan kami bermusyawarah, ikut shalat di sini atau di Makkah nanti?
“Sebaiknya kita ikut shalat Maghrib dan jamak Isya berjamaah di sini, karena kita singgah pas waktu adzan,” saran Wali Kota kepada rombongan.
“Kurang baik kalau kita paksakan berangkat sedangkan orang lain pergi shalat, kecuali kalau kita tidak singgah, bolehlah jamak ta’khir di Makkah nanti,” lanjutnya.
Akhirnya kami mengikuti saran Wali Kota, shalat Maghrib dan Isya berjamaah bersama kafilah lainnya di Masjid Wadi Qudaid. Setelah itu barulah kami melanjutkan perjalanan menuju Kota Suci Makkah. Suara talbiyah terus membangkitkan semangat kami.
“Labbaikallahumma labbaik, labbaika laa syarika laka labbaik, innal hamda, wanni’mata laka wal mulku, laa syarika lak…”
Pukul 21.30 waktu Makkah, tibalah rombongan di sebuah hotel yang tidak jauh dari Masjidil Haram. Usai menyimpan barang dan makan malam, kami bergegas menuju Masjidil Haram untuk bersama-sama menjalankan rukun thawaf dan sa’i umrah bersama-sama.
Dini hari pukul 2.30, selesailah rangkaian ibadah umrah yang ditutup dengan tahallul. Rombongan kami kembali ke hotel untuk beristirahat menunggu waktu Subuh.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
“Bapak, Ibu, nanti tidurnya jangan kelamaan ya. Usahakan kita kumpul di lobi jam 4, sama-sama ke masjid, masih ada waktu untuk tahajud sebelum shalat Subuh,” kata Wali Kota yang disambut semangat kafilah kami.
Di antara rombongan umrah tersebut adalah istri Wali Kota dan istri Wakil Wali Kota, Kapolres Balikpapan AKBP Jeffri Dian Juniarta bersama kedua orangtuanya.
Turut serta Dandim Balikpapan Letkol Inf Heri Setya dan istri, Danlanal Balikpapan Letkol Laut (P) Arief Budiman dan istri, Danlanud Balikpapan Kolonel PNB Haddezul dan istri, serta Dirut PDAM Balikpapan Haidir Effendi.
Melihat komposisi rombongan ini, jangan-jangan Rizal Effendi-Rahmad Mas’ud sekalian hendak menyusun program kerja Pemerintah Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, di Tanah Suci. Pasangan baru pemimpin Kota Beriman itu insya Allah akan dilantik pada 30 Mei nanti.
Salah seorang warga Balikpapan yang juga bersama rombongan sempat menyinggung, apa benar dugaan itu?
Pak Wali hanya tersenyum dan menunjuk Dirut PDAM, seraya berkata, “Pak Dirut yang punya program besar di sini, berdoa maksimal agar Balikpapan hujan deras biar Waduk Manggar (salah satu sumber air baku warga Balikpapan yang kerap surut) terisi.” Hehe…. [Baca juga: Wali Kota Balikpapan Temui Mahasiswanya di Madinah]*/ Muhammad Dinul Haq