WAJAH sumringah terpancar dari raut Ustadz Imran Baihaki dan Ustadz Husnul Mubarok. Keduanya, adalah dai utusan Dompet Dhuafa (DD) untuk berdakwah di Kapal Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni).
Selama sepekan (30 Desember 2014-5 Januari 2015), keduanya ikut dalam program ‘Dai Samudra’ untuk berdakwah di tengah laut. Mereka menjadi dai untuk 350-400 penumpang kapal milik Pelni bernama Kapal Motor (KM) Lawit (rute Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta-Tanjung Pandan Pontianak-Tanjung Perak Surabaya) dan KM Ceremai (rute Tanjung Perak Surabaya-Tanjung Priok Jakarta).
‘Dai Samudera’ merupakan salah satu program DD yang menyebarkan para dai untuk melakukan kegiatan dakwah Islam di atas kapal, khususnya untuk para penumpang yang melakukan perjalanan dari satu pulau ke destinasi pulau lainnya.
Melalui amal da’awi (kegiatan dakwah) seperti ini, ‘Dai Samudera’ menyapa para penumpang sebagai objek dakwah secara langsung, akrab dan penuh semangat persaudaraan, baik persaudaraan seakidah atau pun sebangsa dan setanah air.
Selain itu, sang dai pun dapat ikut serta memakmurkan musala-musala yang ada di atas kapal, baik bertindak sebagai imam shalat wajib, muadzin, imam/khotib shalat jumat dan mengisi ceramah agama atau tausiah seperti kuliah maghrib, kuliah subuh dan kuliah zuhur.
Para dai juga membuka forum tanya jawab atau konsultasi yang berkaitan dengan permasalahan keislaman, akidah, akhlak, fiqh, hadits, muamalah, dan masalah-masalah kontemporer. Sang dai juga menyediakan kesempatan belajar membaca Al-Quran (tahsin qiroatil qur’an) bagi para penumpang yang belum bisa atau belum lancar membaca Al-Quran.
Kegiatan dakwah yang dilaksanakan oleh kami di KM Lawit cukup padat, karena “Rute perjalanan cukup panjang, sekitar 4 hari 4 malam dari Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta menuju Tanjung Pandan Pontianak hingga berakhir di Tanjung Perak Surabaya,” ujar Imran Baihaki dan Husnul Mubarok.
Banyak kegiatan dilakukan keduanya dalam misi dakwah ini. Yang pasti misalnya kegiatan di KM Lawit, memimpin shalat wajib berjamaah, tausiyah agama (ba’da shubuh, kuliah ba’da zuhur, kuliah ba’da maghrib), imam/khutbah shalat Jumat, kajian kitab, kajian tafsir qur’an dan hadits Nabi. Juga konsultasi agama (umum atau pun bersifat peribadi).
“Shalat wajib berjamaah dapat dilaksanakan dengan baik dan khidmat. Shalat wajib ini dikerjakan dalam tiga waktu, yaitu shalat Shubuh, Zuhur dan Ashar dikerjakan pada waktu Zuhur secara jama’ taqdim dan qashar. Kemudian Maghrib dan Isya yang dikerjakan pada waktu Maghrib secara jama’ taqdim dan qashar.”
Tidak hanya itu, setiap waktu shalat wajib, musala KM Lawit yang bernama Musala Safinatul Muqorrobin senantiasa penuh dengan jamaah shalat.
Di musala seluas sekitar 8 x12 meter tersebut –baik laki-laki atau pun kaum wanita– yang tempatnya disediakan khusus di bagian belakang shaf laki-laki melaksanakan shalat wajib berjamaah.
Bahkan layaknya kegiatan di darat, setiap hari, para dai juga membuka konsultasi agama dengan para penumpang.
“Setiap hari minimal dua atau tiga orang penumpang yang melakukan konsultasi agama dengan berbagai permasalahan dan pertanyaannya kepada kami. Ada juga penumpang yang curhat masalah kehidupan peribadi yang dialaminya. Bahkan ada dari satu orang yang mengajukan beberapa pertanyaan, dua atau tiga pertanyaan,” ujarnya.
Konsultasi agama dilakukan nonformal, santai tetapi serius. Waktu dan lokasinya tidak terbatas, bisa diadakan di musala, restoran, kafeteria, kamar, ruang lobi dek kapal dan di lorong dek sambil memandang indahnya hamparan lautan.
Mengenai kajian kitab, tema yang diangkat pun disesuaikan dengan kondisi para jamaah yang merupakan seseorang yang melakukan sebuah perjalanan (musafir). Di antara tema yang dipilih berkenaan dengan adab-adab safar (perjalanan). Kajian kitab dilaksanakan pada waktu kuliah shubuh. Kitab yang digunakan adalah “Manhajul Mu’min”. Kajian kitab ini diikuti oleh sekitar 15-20 orang. Termasuk beberapa kaum wanita yang duduk di tempat bagian belakang yang memang sudah disediakan.
Kegiatan dakwah di KM Ceremai tidak jauh beda pelaksanaanya dengan kegiatan dakwah di KM Lawit. Hanya saja, di KM Ceremai tidak ada kegiatan shalat/khutbah Jum’at, karena perjalanan dari Tanjung Perak Surabaya menuju Tanjung Priok Jakarta jatuh antara hari Ahad dan Senin.
Kedua, kegiatan dakwah di KM Ceremai berlangsung singkat dan tidak sepadat kegiatan di KM Lawit. Selain jedah waktunya yang singkat, jadwal pemberangkatan KM Ceremai mengalami perubahan.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Semula dijadwalkan berangkat dari Tanjung Perak pada jam 18.00 sore, hari Sabtu, tanggal 3 Januari berubah menjadi jam 01.30 hari Ahad tanggal 4 Januari sehingga KM Ceremai tiba di Pelabuhan Tanjung Priok pada jam 4 pagi, hari Senin tanggal 5 Januari 2015.
Lantaran kondisi tersebut dan lamanya waktu menunggu pemberangkatan KM Ceremai di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, maka agenda kegiatan dakwah yang sudah disusun sebelumnya otomatis mengalami perubahan.
“Meski begitu, kami tetap semangat dan mencoba melakukan koordinasi dengan Perwira KM Ceremai dan pengurus musala KM Ceremai. Tepat pada jam 7.30 setelah sarapan pagi, kami menemui Mualim (perwira kapal berijazah pelayaran niaga nautika) di Anjungan Kapal Ceremai. Setelah tiba di Anjungan, kami diterima oleh salah seorang Perwira atau Mualim yang bernama Bambang Rosadi. Ia menyambut kami dengan baik dan hangat, bahkan sempat mengambil foto bersama-sama di ruangan anjungan kapal.
Setelah Muallim mengetahui maksud dan tujuan Dai Samudera, ia pun mengistruksikan salah seorang anak buah kapal (ABK) untuk mengantarkan kami ke pengurus musala.”
Atas misi dakwah ini, Imran Baihaki dan Husnul Mubarok mengaku gembira dan mengucapatkan terima kasih kepada berbagai pihak dan Mualim. Ia berharap misi dakwah seperti ini terus berjalan dan tidak berhenti.*/Yogie