Hidayatullah.com–Mohamed Soltan, salah satu tahanan politik Mesir kalangan atas yang ditangkap atas keterlibatan dalam sebuah demonstrasi melawan pemerintahan kudeta yang menggulingkan Presiden Mohammad Mursy, berkampanye untuk kebebasannya, membuat decak-kagum penonton yang berkumpul di London Imperial College, 14 Oktober 2015, belum lama ini.
Soltan, yang memegang paspor AS dan Mesir, ditangkap tak lama setelah aksi demontrasi yang terjadi di Rab’a al-Adawiya Square di Mesir.
Pemuda berusia 27 tahun yang juga aktivis Hak Asasi Manusia (HAM), ditangkap ketika Ia hendak menemui ayahnya di Mesir.
Soltan sempat menghabiskan hampir dua tahun di penjara Mesir, dan 490 hari melakukan aksi mogok makan. Ia kehilangan sepertiga dari berat tubuhnya dan nyaris meninggal.
Aksi mogok makannya mendapatkan perhatian internasional, yang menambah tekanan terhadap pemerintah AS agar segera membebaskannya.
Soltan, telah merasakan banyak penahanan di Mesir, ia mogok makan karena dijatuhi hukuman penjara seumur hidup pada bulan April. Kelompok hak asasi manusia (HAM) mengecam tuduhan terhadap dia. Kelompok HAM juga mengkritik Pemerintahan Obama, karena gagal membebaskan Soltan dan membiarkan Ia kelaparan dalam penjara.
Akhirnya ia berhasil dibebaskan hukuman karena melepaskan kewarganegaraan Mesir-nya. Dan akhirnya diberlakukan hukuman sebagai warga negara asing yang memungkinkan ia dideportasi dari negara itu.
“Soltan sendiri sebenarnya tidak mau melepas kewarganegaraan Mesir, tempat keluarga dan nenek moyangnya berasal. Tapi ia tidak punya pilihan, setelah menerima hukuman seumur hidup,” menurut salah satu pengacaranya, Maha Youssef dikutip Midle East Monitor.
Soltan dibesarkan di Midwest dan lulus dari Ohio State University pada tahun 2012, ditangkap ketika junta militer Mesir pimpinan Jenderal Abdul Fatah Al Sisi yang menggulingkan Presiden Mohammad Mursy pada bulan Juli tahun 2013.
Meskipun ayah Soltan, Salah Sultan, teman dekat Mohammad Mursy, yang juga telah menjadi pemimpin senior di Al Ikhwan al Muslimun, Soltan sendiri bukan anggota kelompok Ikhwan. Tapi ia bergabung dengan demonstran memprotes penggulingan Mursy di Rabaa al-Adawiya yang akhirnya dibubarkan paksa oleh pasukan keamanan pada 14 Agustus 2013.
“Setelah upaya yang luas, pemerintah AS telah berhasil mendeportasi Mohamed kembali pulang ke AS,” tulis sebuah pernyataan.
Dunia telah lupa bahwa ini terjadi
Soltan menceritakan kembali kenangan yang menghantuinya, pembantaian Rab’a, di mana ia ditembak pada 11 jam sebelum diamankan.
Sebuah tembakan luput dari kepalanya beberapa inchi, satunya mengenai lengannya. Dia menyalahkan pemerintahan kudeta Jendeal Al- Sisi karena telah mentarget dirinya secara sengaja karena dia sedang melakukan live tweet mengungkapkan bagaimana mengerikannya hari yang berdarah itu.* (BERSAMBUNG)