ABDUL Kadir (45 tahun) sedang nyenyak-nyenyaknya tidur, ketika sesuatu terjadi padanya. Saat ia terbangun sekitar pukul 02.00 dinihari, sesuatu itu baru ia sadari.
“Tas saya mana?” batinnya bertanya-tanya kala mendapati sebuah tas kecil yang diselempangkan ke badannya sebelum tidur kini telah tiada.
Ternyata, tas itu telah hilang bersama dompet dan dokumen-dokumen Kadir. Yang bikin tambah sesak, duit sebanyak Rp 10 juta di dalam tas itu ikut melayang.
Uang itu diembat copet saat Kadir sang bendahara sedang tidur tengah pelayaran dari Sorong ke Ternate. Inilah cerita paling berkesan yang dialaminya dalam perjalanan di atas KM Labobar selama hampir sepekan dari Pelabuhan Nabire, Papua, menuju Kota Balikpapan, Kalimantan Timur.
Entah bagaimana caranya sang copet mencolong tas yang dililitkan Kadir ke badannya itu. Yang jelas, “tragisnya”, duit Rp 10 juta itu merupakan kas pesantren. “Uang dalam rekening kabur (hilang) semua,” ujar bendahara Pesantren Hidayatullah Nabire ini.
Kadir merupakan salah seorang dai yang membersamai 71 orang rombongan dai-daiyah Papua berangkat ke Kota Minyak untuk mengikuti Silaturahim Nasional di Gunung Tembak.
Rombongan ini mengawali perjalanan dari Jayapura pada hari Rabu (14/11/2018) dan tiba pada Senin (19/11/2018) di Pelabuhan Semayang Balikpapan. Di samping pencopetan itu, banyak suka duka dilewati kafilah yang terdiri dari 47 pria dewasa, 12 wanita, dan 12 anak-anak ini.
Saat melaporkan kejadian tersebut ke petugas kapal dengan harapan agar ada upaya untuk mencari sang pelaku, pihaknya malah disemprot. “Kenapa tidak dititip uangnya?” cerita Yusuf, rekan Kadir, saat dibersamai hidayatullah.com dalam perjalanan di atas truk TNI dari Pelabuhan Balikpapan menuju kampus Gunung Tembak, Senin sore.
Selama hampir sepekan itu, rombongan memulai perjalanan dengan KM Labobar berawal dari Jayapura, Rabu pekan kemarin, lalu secara berurutan transit di Serui, Nabire, Manokwari, Sorong, Ternate, Bitung, Amurang, Pantoloan, dan Balikpapan. Kapal motor milik PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) ini melintasi empat pulau; Papua, Maluku, Sulawesi, dan Kalimantan.
Ke-71 rombongan dai Papua ini berasal dari Jayapura, Sentani, dan Nabire. Total ada 161 orang rombongan dai-daiyah Papua yang ke Balikpapan ikut Silatnas termasuk yang berangkat naik pesawat.
Bukan tanpa alasan mayoritas mereka memilih naik kapal. Bukan cuma lebih efisien secara finansial, tapi juga banyak keasyikan dan kesan tersendiri bepergian menggunakan kapal.