Hidayatullah.com — Teknologi informasi terus berkembang. Semarak dan berbagai inovasi yang ada di dalamnya diakui memang sangat membantu. Namun, karena berbagai alasan, kesibukan, atau mungkin terlalu asyik dengan dunia, akhirnya tidak sedikit umat Islam yang lalai terhadap kewajiban utama khususnya sholat tepat waktu.
Berawal dari keprihatinan tersebut, maka berdirilah sebuah komunitas bernama Shalat Tepat Waktu atau disingkat STW yang saat ini terus mengalami pertumbuhan member.
Komunitas STW saat ini baru massif di aplikasi komunikasi WhatsApp (WA). Umumnya mereka yang telah bergabung semakin termotivasi untuk sholat tepat waktu.
Ketika menjelang waktu shalat atau setelahnya, setiap member selalu melaporkan di grup WA sedang akan ber-STW di masjid mana.
Uniknya, setiap grup STW di WA terbatas hanya untuk seratus anggota dan itu umumnya dari berbagai wilayah sehingga kebanyakan belum saling kenal.
“Di grup saya ada pak Akbar namanya tinggal di Merauke, beliau rutin lapor STW. Akhirnya ini kan memotivasi saya juga untuk sholat tepat waktu,” aku Hanifuddin Chaniago, salah satu member membagi kesannya kepada hidayatullah.com, Selasa (20/01/2015).
Pendiri komunitas STW, Novian Triwidia Jaya, menjelaskan STW adalah sebuah komunitas yang berfokus kepada perbaikan amalan shalat wajib, mengingat amalan yang paling pertama dihisab adalah shalat dan amalan yang senantiasa dilakukan secara berulang adalah shalat. Namun saat ini sepertinya amalan shalat ini ditunaikan hanya sebatas penggugur kewajiban.
“Disinilah STW muncul untuk mengingatkan kembali betapa pentingnya shalat,” katanya kepada media ini beberapa waktu lalu.
Komunitas Shalat Tepat Waktu dibentuk pada tanggal 1 November 2014 dengan anggota 5 orang dan saat ini per 7 Januari 2015 anggota STW sudah berjumlah kurang lebih 350 anggota. Mayoritas anggota STW adalah karyawan, pengusaha, pedagang, ibu rumah tangga, juga ustadz.
“ Alhamdulillah dari beberapa testimoni langsung anggota STW mereka merasa ada perbaikan khususnya dalam kedisiplinan shalat dan lalu berujung kepada akhlak,” imbuh Novian yang juga founder lembaga training pengembangan diri dan manajemen Indonesian Learning Center (ILC).
Mempositifkan Teknologi
Faktnya memang perkembangan teknologi jejaring sosial saat ini telah menerobos dan menyemat ke perangkat-perangkat tangan seperti di smartphone dan gadget teknologi lainnya. Sehingga siapa saja dapat terus terhubung dengan dunia luar kapan dan di mana saja sebab tidak perlu lagi harus terkoneksi via desktop komputer. Sekarang semua sudah beralih ke ujung jari.
Manfaatnya tentu saja banyak. Tapi sisi negatifnya pun tidak sedikit. Maka sekarang kembali kepada penggunannya, mau jadi pengguna aktif yang cerdas atau pamakai teknologi yang pasif. Melihat realitas tersebut, komunitas STW pun kemudian dibentuk untuk merangkul lebih banyak lagi anggota agar dapat bersama-sama saling mengingatkan dalam kebaikan khususnya shalat tepat waktu di tengah anomali pemanfaatan teknologi komunikasi.
Novian menyebutkan, saat ini grup STW sudah ada 8 dengan maksimal 1 grup adalah 100 orang. Grup-grup tersebut tersebar ke hampir ke 9 Propinsi dengan koordinator masing-masing yang telah ditunjuk. Kedepannya, lanjut Novian, setiap grup akan dibagi menjadi zona provinsi agar pengingat waktu shalatnya lebih tepat.
Rencana ke depan selain pembagian zona STW per-provinsi, STW juga akan ada STW offline atau kopi darat yaitu bila suatu wilayah ingin agar warganya rajin ke mesjid atau untuk memakmurkan masjid, maka tim STW akan dikirim ke wilayah tersebut dengan konsep kegiatan silaturrahim dan lain sebagainya.
“Bila muslim di Indonesia sebagian besar sudah melakukan Shalat Tepat Waktu bukan mustahil, insya Allah, keberkahan akan turun ke Indonesia. Dengan bergabung di komunitas STW, insya Allah akan mengalami perbaikan shalat dan ahlaq,” tukasnya.
Komunitas STW memiliki visi yaitu dakwah perbaikan diri dan seluruh umat secara berkelanjutan melalui Shalat Tepat Waktu dan menjadikan STW sebuah kebutuhan dan bukan hanya menunaikan kewajiban.
Dalam setiap grup yang telah ada dalam komunitas ini juga telah membuat aturan yang harus disetujui oleh semua anggota diantaranya, yakni: tidak boleh pasang iklan, hanya berisi nasehat untuk shalat dan perbaikan diri, tidak boleh ada artikel yang menyerang pihak lain, selalu mengedepankan ukhuwah demi persatuan umat.
Adapun agenda yang akan terus digiatkan adalah dakwah secara santun dan lembut melalui media sosial, dakwah STW melalui kampus kampus dan SMA, dakwah STW melalui perkantoran, dakwah melalui kerja social seperti bersih bersih mesjid, pengobatan gratis, bantuan bencana alam, dakwah melalui buku, radio dan tv serta koran. Untuk kalangan mahasiswa dan SMA dibuat komitmen untuk mendorong terbangunnya budata disiplin misalnya hari Jumat adalah hari sedeqah, atau hari Ahad hari bakti sama orangtua.
Komunitas STW kini juga sedang membuka kanal komunikasi virtual dengan mendirikan portal yang beralamat di www.ayoshalat.com yang, kata Novian, insya Allah akan segera dipublish pada akhir Januari guna melebarkan sayap STW melakukan publikasi di media social serta membuat film pendek guna mendakwahkan shalat.
“Dalam berinteraksi prinsip dasar kami adalah mengedepankan ukhuwah sehingga kami tidak mempermasalahkan mazhab dan tidak diperbolehkan untuk debat kusir atau membahas khilafiyah,” kata Novian.*