Hidayatullah.com—Badan anti-spionase Tiongkok mengeluarkan peringatan baru tentang risiko keamanan yang ditimbulkan oleh kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) ketika menangani informasi sensitif atau rahasia dengan secara khusus menargetkan aplikasi penulisan AI.
Menurut Kementerian Keamanan Tiongkok pada Minggu lalu, terdapat kasus kebocoran informasi sensitif dalam beberapa tahun terakhir akibat penggunaan program pembuat teks online, termasuk platform penyimpanan cloud, alat penulisan AI, dan aplikasi pengenalan gambar atau teks.
Portal berita Channel News Asia (CNA) mengutip kementerian yang melaporkan bahwa generator teks online adalah metode yang populer untuk menyelesaikan tugas karena lebih mudah dan cepat serta merupakan pilihan pertama bagi banyak pekerja kantoran untuk menangani urusan pekerjaan sehari-hari.
“Dalam beberapa tahun terakhir, alat penulisan AI berkembang pesat dan telah menjadi ‘pena’ bagi banyak pekerja kantoran di mana artikel dapat diproduksi hanya dengan masukan tertentu,” kata kementerian tersebut dalam pemberitahuan di akun resmi WeChat.
Tiongkok mengungkap seorang pria yang dijatuhi hukuman mati karena menjual rahasia ke AS
Menurut laporan Bloomberg pada bulan Mei, Doubao dari ByteDance adalah chatbot AI paling populer, paling banyak diunduh di iOS Apple di Tiongkok dengan sekitar sembilan juta pengguna pada April lalu.
Data tersebut juga menunjukkan bahwa Doubao memiliki pengguna aktif bulanan terbanyak, yaitu lebih dari empat juta per bulan.
Kementerian juga memperingatkan bahwa penggunaan AI berisiko membocorkan informasi rahasia dan rahasia negara jika karyawan yang menangani informasi sensitif “secara ilegal” memasukkan informasi rahasia ke dalam aplikasi penulisan AI untuk menghasilkan artikel tanpa memikirkan kemungkinan risiko apa pun.
Aplikasi secara otomatis akan mengumpulkan informasi dan data terkait yang dapat dengan mudah dicuri oleh lembaga asing.
“Setelah file diunggah ke cloud, hal ini meningkatkan risiko “badan intelijen spionase asing” mengaksesnya melalui “virus trojan”, menurut kementerian.
Otoritas Tiongkok juga memperingatkan terhadap penggunaan aplikasi pengenalan teks atau teknologi Optical Character Recognition di mana teks dapat diekstraksi dari gambar dengan satu klik.
“Ini berarti badan intelijen asing dapat dengan mudah memperoleh data di bagian belakang perangkat lunak melalui cara teknis dan mencuri rahasia negara,” katanya.
Kementerian juga menganggap grup obrolan kerja online sebagai potensi risiko keamanan lainnya melalui diskusi kerja rahasia di grup di mana lembaga asing dapat memperoleh catatan obrolan melalui serangan dunia maya.
Setelah itu, kementerian mendorong praktik baik seperti melakukan pemeriksaan antivirus secara berkala pada perangkat.
“Kita menikmati kemudahan yang diberikan teknologi dalam kehidupan dan pekerjaan kita sehari-hari, namun pada saat yang sama kita harus waspada terhadap badan intelijen asing yang mungkin mencuri rahasia negara kita.*