Sambungan artikel KEDUA
Kabarnya Anda juga menjadi sasaran santet?
Saya merasa begitu. Kejadiannya turun dari ceramah kaki kiri saya bengkak, merah dan nyeri luar biasa. Padahal sebelumnya tidak apa-apa. “Wah, saya ikut jadi sasaran serangan,” kata saya dalam hati. Tapi saya tidak bilang terus terang kepada tim saya. Khawatir mereka jadi takut. Kalo ada yang tanya, saya bilang asam urat saya kambuh.
Padahal semalam saya tak bisa tidur. Lalu saya melakukan ruqyah sendiri. Telapak tangan saya letakkan di tempat yang sakit, terus membaca doa bismillahi (3x), a’udzubi ‘izzatillahi wa qudratihi min syarri maa ajidu wa uhaadzir (7x).
Alhamdulillah, pagi harinya sembuh. Kalau betul itu radang atau asam urat, secara medis tidak akan secepat itu datang dan pergi. Peristiwa inilah “stempel” dari proses pikir saya mencapai haqqul yaqiin. Saya percaya penuh bahwa ini santet.
Setelah Supiyati diruqyah apakah masih ada serangan lagi?
Masih. Serangan masih jalan terus. Tapi efeknya tidak sesakit sebelumnya. Paling hanya pegel-pegel. Sebelumnya, tempat yang diserang terasa panas. Lalu paku-paku itu keluar sendiri setelah kita bacakan doa.
Tak perlu dioperasi?
Tak ada lagi rontgen dan operasi. Tetapi perawatan terhadap bekas luka-laku jalan terus. Jadi penyembuhan Supiyati dilakukan dengan menggabungkan ilmu kedokteran timur dan barat yakni dengan medis dan pendampingan spiritual Islam dengan ruqyah syar’iyya’. Bukan dukun seperti diberitakan media-media.
Terapi spiritual yang di rumah sakit terangkum dalam program Hu Care atau Husnul Khatimah Care.
Apa itu?
Semua pasien tentu ingin sembuh dari sakitnya. Namun ada kalanya pasien memiliki problema yang bukan fisik belaka. Boleh jadi problema keimanannya lebih besar. Pada keadaan demikian pasien memerlukan penanganan Hu Care. Jadi, prosedur teknis medis tetap diterapkan sesuai standar terkini, namun penanganan spiritual Islam mengikuti atau mendampingi seintensif mungkin. Sehingga saat pasien dinyatakan pulang (sembuh), maka tidak saja fisiknya bebas penyakit namun keimanannya makin saleh dan hidupnya makin berkah.
Jika kemudian pasien menjadi kritis dan menemui ajalnya, tim Hu Care mendampingi hingga akhir hayatnya itu husnul khatimah.
Pada kasus Supiyati bagaimana pendampingannya?
Terapi Hu Care berlangsung intensif selama 24 jam penuh. Pendampingannya meliputi pembacaan al Qur`an, dzikir pagi dan sore, dan wirid harian.
Selain itu, keimanan dan tauhidnya terus diperkokoh. Ia dituntun untuk menghafal doa-doa. Semuanya itu untuk membetengi dirinya dari atau dalam istilah saya memperkuat imunitas spiritualnya.
Baca: Tinggalkan Kebodohan dengan Cara Perkuat Ilmu dan Amal
Pernah secara medis dia sudah dinyatakan sembuh, tetapi hafalan doanya kurang fasih dan lancar, dia saya larang pulang.
Setelah imunitas spiritualnya kuat, bagaimana hasilnya?
Dahsyat. Salah satu cara memberikan imunitas spiritual itu dengan wudhu. Maka dia saya minta menjaga wudhu sepanjang hari. Kalau wudhunya batal, segera memperbarui wudhu lagi. Pada dua hari pertama kepulangannya ke rumah, ia lupa dengan amalan ini. Akibatnya rame-rame paku masuk kembali ke tubuhnya.
Selain menjaga wadhu, cara berikutnya menjaga shalat lima kali pada awal waktu. Ia juga saya minta menambah shalat-shalat sunnah lain. Hasilnya dahsyat. Pernah suatu malam dia shalat tahajjud, kemudian ada paku yang jatuh ke lantai. Kejadian itu juga dialami ketika shalat Dhuha dan Dhuhur.
Sekarang keadaan Supiyati bagaimana?
Informasi terakhir sudah normal. Sudah bekerja seperti orang lainnya.* (Habis)