Hidayatullah.com—Mereka yang teramat doyan dengan aktivitas di jejaring sosial, barangkali perlu berhati-hati. Satu jajak pendapat terhadap mereka yang menggunakan jejaring sosial menemukan, lebih dari setengah dari mereka yang disurvei mengatakan situs tersebut telah mengubah perilaku mereka –dan setengah dari mereka bahkan mengatakan, kehidupan mereka telah berubah menjadi buruk.
Paling umum, mereka yang mengalami dampak negatif dari media sosial mengatakan, rasa percaya diri mereka jatuh setelah membandingkan prestasi mereka dengan teman-teman sesama online.
Dua pertiga mengatakan, mereka merasa sulit untuk rileks sepenuhnya atau tidur setelah menghabiskan waktu berhadapan dengan situs.
Dan seperempat dari mereka yang disurvei mengatakan, mereka menghadapi kesulitan dalam hubungan sesama mereka atau dengan tempat kerja, setelah mengalami konfrontasi online .
Secara total, 298 orang disurvei oleh Salford Business School di University of Salford, untuk lembaga kecemasan di Inggris.
Dari mereka, 53 persen mengatakan, keberadaan situs jaringan sosial telah mengubah perilaku mereka — dan, 51 persen mengatakan, telah mengalami dampak negatif.
Penelitian ini juga menunjukkan, akibat dari kekuatan adiktif internet, 55 persen mengatakan merasa “khawatir atau tidak nyaman” ketika mereka tidak bisa mengakses Facebook mereka atau akun email.
Lebih dari 60 persen orang mengatakan, mereka merasa terdorong untuk mematikan gadget elektronik guna bisa beristirahat, dengan satu dari tiga dari mereka yang disurvei mengatakan, mereka mematikan perangkat internetnya beberapa kali dalam sehari.
Nicky Lidbetter, kepala eksekutif lembaga kecemasan mengatakan: “Jika Anda cenderung untuk cemas, tampaknya tekanan dari penggunaan teknologi telah menjadi titik kritis, membuat orang merasa gelisah dan kewalahan.”
Dia mengatakan, lembaganya terkejut dengan tingginya proporsi orang yang menggunakan cara untuk mematikan peralatannya agar bisa beristirahat, pada saat sesungguhnya mereka tidak mampu mengabaikan peralatan ponsel dan komputer mereka.
Dr Linda Blair, seorang psikolog klinis, mengatakan, banyak orang menderita peningkatan kecemasan karena mereka gagal memperlakukan peralatan mereka.
“Saya pikir salah satu hal utama adalah, orang mulai bersikap seolah-olah teknologi yang memegang kendali mereka, bukan sebaliknya. Kita dapat saja mematikan gadget kita, tapi banyak orang lupa bagaimana (mematikannya),” katanya, sebagaimana dimuat The Telegraph, Minggu (8/7/2012). *