Hidayatullah.com–Koordinator Indonesian Crime Analyst Forum (ICAF), yang juga pemerhati intelijen Mustofa B. Nahrawardaya meminta media-media Islam, khususnya media online tidak terpancing isu dan hal-hal yang memungkinkan digunakan untuk memecah-belah umat. Pernyataan ini disampaikan tokoh muda Muhammadiyah terkait kasus diretasnya media ini belum lama ini.
Menurutnya, situs – situs Islam selama ini cukup memiliki pengaruh signifikant pada perkembangan Islam di Indonesia.
“Jangankan hidayatullah.com, perkembangan media Islam pada skala international itu meningkat pesat bahkan menjadi barometer,” jelas saat bertemu hidayatullah.com usai jumpa pers peringatan Satu Abad Muhammadiyah di Jakarta, Kamis (15/11/2012).
Mustofa menganalisa ada dua kemungkinan latar belakang hadirnya hacker yang meretas situs hidayatullah.com beberapa waktu lalu.
Pertama, hal ini dilakukan kelompok non-Kristen dengan menggunakan nama ‘Hacker Kristen’ dalam rangka mengadu domba umat Islam dan kelompok Kristen. Setelah itu ia akan menggiring emosi umat masuk ke dalam skenario adu domba tersebut.
Kedua, Ini memang dilakukan kelompok kristen. Alasannyapun masih relevan menurut Mustofa. Pasalnya, kelompok Kristen memiliki ketidakpuasan terhadap peraturan SKB 3 Menteri.
“Tiga minggu belakangan ini kasus sengketa Gereja Yasmin dan Gereja Filadelfia muncul lagi bersamaan dengan kasus peretasan hidayatullah.com,” jelasnya. Namun demikian, ia meminta hidayatullah.com tidak larut dalam kemungkinan pancingan adu domba seperti itu.
“Ini adalah sinyal, hanya cara mereka memprotes tidak sehat dan tidak fair. Meretas media jelas perilaku tidak sportif dan tidak positif. Dan terlalu kekanak kanakan,” ujarnya lagi.
Di era digital ini menurut Mustofa lagi, prospek dominasi media Islam dinilai sangat memungkinkan. Menurut amatannya, selama ini, portal-portal berita Islam jauh lebih didengar dibandingkan media umum, khususnya terhadap masalah-masalah keumatan. Karenanya, ia menyarankan media-media Islam versi online terus berbenah dan semakin memperkuat sistem IT.
“Karena itu harus mempersiapkan pertahanan IT yang kuat, kita ini dalam kondisi perang media. Kalau sudah kalah opini, ya cara paling kotor melakukan hack, merusak server atau menghilangkan database. Dan itu tidak mustahil terjadi,” tambahnya. *