Hidayatullah.com–Dalam waktu 540 juta terakhir di bumi telah terjadi lima kepunahan massal, yang diakibatkan oleh benturan astreoid, letusan gunung merapi dan fluktuasi iklim. Namun, ini pertama kalinya kepunahan massa terjadi gara-gara suatu spesies, yaitu manusia.
Menurut Profesor Mike Coffin, ahli geofisika lautan dari University of Tasmania, data-data menunjukkan bahwa jumlah spesies bumi tengah menurun dengan kecepatan penurunan yang menakutkan.
“Kita menuju tingkat 75 persen dalam waktu 240 hingga 2.000 tahun dari sekarang,” jelasnya, dikutip laman Radio ABC, Australia.
“Berdasarkan seluruh spesies yang terancam, seperti yang didefinisikan oleh International Union for the Conservation of Nature…dengan berasumsi bahwa seluruh spesies terancam tersebut punah, maka kita akan mencapai kepunahan massal antara 240 hingga 540 tahun dari sekarang.”
Menurut Coffin, saat ini sekitar 8,7 spesies tinggal di bumi, termasuk virus dan bakteri. Namun ini belum diketahui pasti oleh para ilmuwan.
“Ada sekitar 85 persen yang belum diketemukan atau dijelaskan,” jelasnya.
Cara umat manusia mengakibatkan kemusnahan spesies bermacam-macam, mulai dari mengubah iklim global, hingga langsung membunuh suatu spesies.
Kepunahan massa yang terakhir terjadi 65 juta tahun lalu, saat sebuah astreoid menghantam bumi dan mengakibatkan punahnya dinosaurus.
“Homosapian sudah ada selama 200.000 tahun…Dinosaurus ada selama 165 juta tahun, jadi masa kita dalam skala waktu geologis amatlah singkat,” jelas Coffin, “Keberadaan kita belumlah begitu lama, namun tampaknya kita jago dalam mengakibatkan kepunahan massal.”
Menurutnya, bila ada kepunahan massa karena astreoid, justru manusia lah yang paling sulit bertahan hidup. Sementara hewan kecil seperti kecoa bisa cepat menyesuaikan diri, mamalia seperti manusia yang tidak bereproduksi hingga berusia belasan tahun dan memiliki masa kandungan yang lama akan kesulitan.
Pada akhirnya, menurut Coffin, manusia tak akan menghancurkan seluruh kehidupan yang ada di muka bumi. Karena setidaknya pernah terjadi dua kali pembekuan total permukaan bumi, namun, tetap ada makhluk sel yang bertahan hidup.
Coffin berharap kemungkinan terjadinya kepunahan massal akan mendorong masyarakat dan pemerintah bertindak menyikapi penurunan jumlah spesies.*