Hidayatullah.com—Sementara banyak warga Israel dengan bangga menyebut Ariel Sharon sebagai “buldozer”, warga Israel lainnya mengingat dia dengan kekecewaan.
Daerah Nitzan, sekitar 15 kilometer utara Jalur Gaza, sekarang menjadi tempat tinggal sekitar 19.000 pemukim Yahudi yang ditarik keluar oleh Ariel Sharon dari wilayah pesisir Palestina itu.
Banyak pemukim Yahudi merasa pahit dikhianati Sharon ketika pemimpin Zionis itu memerintahkan tentara untuk memaksa pemukim Yahudi meninggalkan rumah-rumah mereka di Gaza.
“Pada tahun-tahun pemukiman Gush Katif dibangun, kami merasa apa yang kami lakukan itu penting, baik untuk negara maupun diri kami sendiri. Dan ketika di tahun 2003 Sharon mengungkapkan rencananya untuk menarik diri dari Gaza, kami merasa dikhianati. Rasanya seperti mendapat tamparan sangat keras di wajah,” kata Laurence Beziz seorang Yahudi bekas pemukim di Gaza dikutip Euronews (13/1/2014).
Keseluruhan ada 500 keluarga dipindahkan dari Gaza ke Nitzan. Banyak di antara mereka yang masih menunggu kompensasi penuh dari pemerintah Zionis Israel. Dan sebagian dari mereka yakin Sharon akan membantunya mendapatkan kompensasi itu jika saja dia tidak diserang stroke.
“Saya sangat sedih dengan kematian Ariel Sharon. Ketika saya mendengar berita itu saya tidak dapat berhenti menangis. Laki-laki itu “buldozer” tetapi dia juga seorang yang peka terhadap kepentingan kami dan akan membantu kami jika dia memiliki lebih banyak waktu. Jika dia tidak kena stroke, saya yakin dia akan memperhatikan kami. Meskipun dia mendepak kami keluar Gaza secara paksa, dia akan membantu kami. Saya benar-benar percaya Sharon adalah seorang pahlawan. Meskipun saya saat itu sangat marah ketika dia mengusir kami dari Gaza. Saya kira jika tidak kena stroke, dia tidak akan pernah meninggalkan kami di sini seperti ini,” kata seorang pemukim Yahudi lainnya, Malka Mordecai.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Delapan setengah tahun setelah dipaksa keluar Gaza, kata koresponden Euronews di Nitzan, masih banyak warga Yahudi yang tidak jelas nasibnya.*