Hidayatullah.com–Indonesia di antara beberapa negara di dunia yang sudah mengembangkan alat tes mendeteksi Covid-19 lewat pernapasan dengan hasil tes yang dikatakan bisa diketahui dalam waktu dua menit. Di antara salah satu alat tes terbaru adalah buatan Universitas Gajah Mada (UGM), yang bisa mendapatkan hasil dalam waktu 80 detik, dengan tingkat akurasi 90 persen.
Alat tes yang diberi nama GeNose C-19 sekarang sudah disetujui akan digunakan oleh Pemerintah. Alat yang menggunakan kecerdasan buatan, atau artificial intelligence (AI), dalam bentuk “hidung elektronik” akan bisa menganalisa sampel pernapasan dan mencari tahu apakah terdapat unsur yang hanya ada dalam virus Covid-19.
GeNose C-19 sekarang sedang diproduksi dan diperkirakan akan bisa digunakan mulai bulan Februari 2021. Diharapkan tes Covid-19 dalam jumlah besar-besaran bila dilakukan di rumah sakit, bandara, pelabuhan dan tempat-tempat umumya di berbagai daerah di Indonesia.
“Kita memerlukan alat tes yang lebih cepat guna mencegah adanya penularan,” kata Menteri Riset dan Teknologi, Bambang Brodjonegoro dikutip laman ABC News. “Ini akan mempercepat proses deteksi dan mengurangi kemungkinan penularan virus,” tambahnya.
Teknologi serupa yang dikembangkan oleh sebuah perusahaan Singapura, Breathonix, yang berharap mendapatkan persetujuan di tahun 2021, dengan uji klinis yang melibatkan 180 orang menunjukkan tingkat akurasi 90 persen. Di Australia sebuah perusahaan yang berbasis di Melbourne, GreyScan, bekerjasama dengan University of Tasmania, juga mengembangkan sebuah alat yang selama ini digunakan untuk mendeteksi bahan peledak untuk melacak Covid-19 dalam sampel pernapasan.
Professor Catherine Bennett Kepala Bidang Epidemiologi di Deakin University di Melbourne, Australia, mengatakan bukti yang ada menunjukkan alat seperti GeNose C-19 ini memang bisa digunakan.
“Dasar sains-nya memang ada,” katanya. “Kita bisa melacak tanda-tanda dari infeksi yang disebabkan oleh virus,” tambah Bennett.
Profesor Benner menggambarkan alat tes ini seperti kerja ‘anjing pelacak’ yang bisa mengetahui sesuatu dari bau. “Mereka bisa mendeteksi bahan kimia di udara dan itulah yang digunakan untuk mendeteksi bahan peledak, dan sekarang sudah diujicoba untuk melacak Covid-19.
“Masalahnya apakah alat tes ini bisa benar-benar membedakan sampel pernapasan itu karena flu biasa atau Covid,” kata Profesor Bennet.
Namun walau dengan tingkat akurasi yang lebih rendah dibandingkan tes swab PCR yang sudah ada sekarang ini, menurut Profesor Bennet alat ini akan sangat berguna bagi Indonesia.
“Ini bisa menjadi cara untuk mengetes orang di tempat keramaian di pusat perbelanjaan, dengan tes cepat dan meski kurang akurat paling tidak bisa mendapatkan orang-orang yang positif yang kemudian bisa diarahkan ke tes yang akurat,” katanya. “Kita tidak akan bisa mendapatkan semua orang. Mungkin sekitar 10 persen tidak akan bisa terdeteksi. “Namun masih ada 90 persen orang yang bisa dideteksi. Dan itu yang sekarang tidak dilakukan. Jadi tes cepat seperti ini akan membuat perbedaan besar,” kata Bennett lagi.
Menurut Profesor Kuwat Triyana kepala proyek ini mengatakan, tes dengan alat buatan UGM hanya memerlukan waktu sekitar 80 detik untuk mendapatkan hasilnya. Ini dinilai jauh lebih cepat dari tes swab hidung PCR yang memerlukan waktu dua hari.
“Cara kerjanya sederhana,” katanya. “Sampel pernapasan diambil dari mulut seseorang kemudian dimasukkan ke dalam kantong dan ditutup kemudian dimasukkan ke mesin yang bisa melacak apakah ada partikel Covid dalam waktu 80 detik,” kata Triyana.
Sejauh ini sudah lebih dari 2000 orang menjalankan tes menggunakan alat tersebut. Profesor Kuwat mengatakan akurasi alat tes ini akan meningkat dengan penggunaan yang lebih luas.
“Dengan alat ini, kita bisa menentukan siapa saja yang negatif,” katanya. “Dan yang positif bisa diarahkan untuk menjalani tes PCR,” tambah Triyana.
Profesor Kuwat mengatakan Pemerintah Indonesia sudah memesan sekitar 30 ribu alat GeNose tersebut. “Bila digunakan dengan benar, 10 ribu unit GeNose ini bisa melakukan tes terhadap 1,2 juta orang setiap hari,” katanya.*