IMAM MUHAMMAD BIN SUHNUN (256 H), sudah terbiasa mengisi hari-hari dengan menelaah dan menulis. Aktivitas itu beliau lakukan hingga larut malam. Mengetahui majikannya sibuk, budak beliau yang biasa dipanggil Ummu Mudam menyediakan makanan, lalu mempersilahkan Imam Bin Suhnun untuk makan.
Akan tetapi ulama pengikut madzhab Maliki tersebut hanya menjawab,”Saya saat ini sedang sibuk.”Dan beliau tetap asyik dengan tulisan dan tidak menyentuh makanan yang telah disediakan. Hal itu mendorong Ummu Mudam berinisiatif menyuapkannya hidangan itu ke mulut sang majikan. Suapan demi suapan ia berikan hingga makanan itu habis.
Saat adzan shubuh berkumandang, kepada budaknya, Imam Bin Suhnun mengatakan,”Saya telah menyibukkanmu tadi malam wahai Umu Mudam, sekarang mana makanan itu?”
Budak itu menjawab,”Demi Allah wahai tuan, saya sudah menyuapkannya ke mulut Anda.” Bin Suhnun terheran,”Saya tidak merasa!” (At Tartib Al Madarik, 4/217)