IMAM ABDUL WAHHAB ASY SYA`RANI menjelaskan bahwa salah satu dari adab berkarib adalah tidak mengecewakan orang yang mana ia, ia pernah makan roti dan garam di tempatnya. Akhlak ini tidak hanya diamalkan oleh para penuntut ilmu, namun juga oleh pencuri.
Syeikh Ali Khawwas mengisahkan bahwa di masa Sultan Qaitbay berkuasa di Mesir, ada pemimpin pencuri yang terkenal yang bernama Hamur. Saat itu ia bersama anak buahanya menyatroni sebuah rumah yang didiami pedagang yang berada di samping masjid Al Ghamri.
Saat si pencuri berdiri di atas kepada pedagang, si pedagang terbangun, dan Hamur pun berkata,”Jangan khawatir wahai khwaja, anak-anak itu hanya ingin memperoleh makan.”
Pedagang itu pun bertanya,”Berapa jumlah kalian?” Hamur pun menjawab,”Sepuluh.” Pedagang itu pun akhirnya bangkin dan mengeluarkan seribu dinar, kemudian ditambah lagi empat ratus dinar.
Hamur pun berkata,”Kami tidak menyangka Anda memberi sebanyak ini.” Saat itu uang itu pun dibagi-bagi dan mereka pun memasukkannya ke saku masing-masing.
Saat itu salah satu dari kawanan itu melihat kotak kecil di rak rumah, lalu ia pun membukanya dan melihat ada barang yang menarik perhatiannya, ia pun mencicipinya, lalu berkata,”Garam!”
Hamur pun mendengar apa yang dikatakan oleh anak buahnya itu, lalu ia berkata,”Kembalikan apa yang ada pada kalian, sesungguhnya teman kalian telah merasakan garam dari khwaja ini, dia tidak boleh mengganggunya seumur hidup!”
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Akhirnya Hamur dan kawanannya pun mengembalikan ulang yang telah diperoleh sebelumnya dan ketika khwaja memaksa mereka hingga bersumpah, agar mereka mengambil seratus dinar, mereka pun menolaknya. (Al Anwar fi Adab Ash Shuhbah Indza Al Ahyar, hal. 139)