Sambungan artikel PERTAMA
Al-Quran dapat membawa pembaca dan pendengarnya menyelami apa yang menjadi tujuannya, masuk ke alam pikiran seakan-akan dialah yang menjadi subyek dan obyek dari ayat-ayat tersebut.
Cerita tentang bintang yang menjadi lemparan di atas misalnya, atau cerita tentang dialog para penghuni surga dan penghuni neraka yang terdapat dalam surat Al-A’rof, “dan para penghuni surga menyeru penghuni-penghuni neraka, sungguh kami telah memperoleh apa yang dijanjikan Tuhan kepada kami itu benar, apakah kalian telah memperoleh apa yang dijanjikan Tuhan kepada kalian juga? Mereka menjawab, ya. Lalu penyeru mengumumkan kepada mereka bahwa laknat Allah bagi orang-orang yang dzalim.” (QS Al-A’raf : 44 ).
Saya dapat merasakan betapa bahagianya penghuni surga mendapatkan apa yang telah Allah janjikan pada mereka semasa mereka hidup di dunia, dan betapa sedih dan putus asa penghuni neraka mendapatkan balasan dari apa yang mereka lakukan di dunia. Rasa sakit bertambah kala malaikat mengumumkan bahwa laknat Allah tetap atas mereka.
Rasa yang tercipta dari hayalan yang dibawa oleh ayat-ayat Al-Quran ini juga dirasakan oleh seorang anak ketika saya membacakan kepadanya kisah Maryam yang didatangi oleh malaikat yang menyerupai seorang pemuda tampan ( QS. Maryam16-34), dia berkata, “pasti Maryam sangat terkejut dan ketakutan, duduk di pojok kamarnya, menutupi dirinya dengan selimut sambil menghardik pemuda itu dan menyuruhnya pergi.”
Saya tersenyum mendengarnya berbicara sambil menatap langit-langit ruangan.
Selain seni ilustrasi yang mengantarkan pembaca ke alam hayalan, gambaran dan deskripsi yang begitu hidup dengan menggunakan majas metafora dan personifikasi mampu memberikan penjelasan yang cukup tanpa harus membuka kitab tafsir terlebih dahulu.
Ayat tentang adanya kehidupan setelah kematian dalam Surat Al-fathir: 9 mampu dipahami dan dipercayai oleh anak-anak sekalipun.
Keindahan Al-Quran seperti yang ditangkap dan dipahami oleh anak-anak juga dirasakan oleh Sayyid Qutb. Ia mengungkapkan rasa rindunya merasakan Al-Quran seperti yang beliau dapati di masa kecilnya ketika Ibunnya membacakan ayat-ayat suci itu kepadanya, hingga beliau menulis satu buku yang dipersembahkan untuk Ibunya, buku itu adalah Attashwiirul Fanniy fil Quran. Dalam muqadimah buku kecil tersebut, beliau mengatakan,” …kenangan indah itu berlalu, khayalan-khayalan polosku pun berlalu. Hari berganti hari hingga aku memasukisekolah tinggi. Aku membaca tafsir Al-Quran dari beberapa kitab tafsir dan mendengarkan tafsir tentang ayat-ayatNya dari para dosen, akan tetapi aku tidak menemukan dari apa yang aku baca dan dengar ayat-ayat yang indah dan ni’mat seperti yang pernah aku temukan saat aku masih kecil.”
Kembangkan Imajinasi anak
Imajinasi menurut kamus bahasa Indonesia online adalah daya pikir untuk membayangkan atau menciptakan gambar, kejadian berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang.
Sebuah artikel parenting menyebutkan beberapa manfaat imajinasi pada anak, diantaranya adalah membuat anak berpikir kreatif dan pandai menganalisa keadaan, memperkaya pengetahuan dan wawasan anak, menstimulasi kecerdasan visual spasial dan membantu menemukan bakat dan kemampuan anak. Bercerita dan membacakan cerita seimajinatif mungkin merupakan salah satu cara mengembangkan imajinasi mereka. (www.ayahbunda.co.id).
Keindahan Al-Quran dalam berkisah, karakteristik dan metode yang padu dalam menyampaikan tujuannya, baik tujuan itu berupa penyampaian kabar gembira maupun peringatan, menceritakan kisah yang sudah terjadi atau yang akan terjadi, menggambarkan kehidupan dunia dan akhirat, menggambarkan hal-hal yang kasat mata dan abstrak, semuanya dapat dipahami oleh setiap manusia, bahkan anak-anak sekalipun.
Sebagai kitab yang benar dan panduan hidup sepanjang masa, Al-Quran adalah sebaik-baik cerita yang dapat mengembangkan imajinasi anak. Tak hanya membantu mengembangkan imajinasi, memperdengarkan dan membacakan apa yang terkandung di dalamnya akan menumbuhkan kecintaan pada al-quran dalam diri mereka, menunjukkan pada mereka jalan kebenaran yang diridhoi dan jalan kesesatan yang dimurkai.
“Kami menceritakan kepadamu(Muhammad) sebaik-baik kisah dengan mewahyukan Al-Quran ini kepadamu, dan sesungguhnya engkau sebelum itu termasuk orang-orang yang lalai(tidak mengetahui). (Yusuf:3).Wallahu A’lam.*/Sarah Zakiyah, seorang guru tinggal di Depok Jawa Barat