Oleh: Dr. Murniati Mukhlisin
SAAT Boxing Day dua tahun lalu, Sakinah Finance memberikan tips kepada yang suka (baca: gila) belanja (shopaholic) supaya tidak berlomba-lomba mengantri untuk mendapatkan barang serba diskon. Hal ini untuk menghindari belanja menggebu-gebu (impulse shopping) atau belanja yang tiada manfaatnya (mubazir).
Kali ini kami ingin berbagi tentang apa rahasia dibalik Boxing Day atau sejenisnya yang juga kita dapati di Indonesia saat lebaran atau natalan. Boxing Day adalah tradisi berbagi kado natal di Inggris yang sudah berlangsung berabad-abad Apakah ada tips bagi yang ingin belanja tapi pada saat yang bersamaan berhemat (saver) saat musim diskon?
Boxing Day
Boxing Day yang diadakan kemarin serempak di semua kota di negaranya David Cameron ini menjadi pesta rakyat pasca natalan.
Menurut The Guardian, diperkirakan ada 14 juta pembeli yang belanja antara £2.74 milyar hingga £2.9 milyar pada hari itu.
Sedangkan Black Friday, suatu program diskon besar-besaran serupa Boxing Day meniru tradisi negaranya Barrack Obama mengalami peningkatan belanja pembeli sebesar £1.4 milyar di Inggris bulan lalu.
Kalau Boxing Day diadakan serempak pada tanggal 26 atau 27 Desember sejak tahun 1830an, Black Friday dibuat setiap hari Jumat setelah Thanksgiving Day sejak tahun 1932.
Mengapa diskon?
Sebagian perusahaan akan tutup buku setiap akhir tahun. Artinya mereka berusaha untuk menghabiskan stok yang ada di tokonya menjelang tutup buku, apakah salah satunya di bulan November saat Black Friday dan apakah Desember saat Boxing Day.
Bagi negara empat musim seperti di bumi daratan Eropa, penghabisan stok juga dilakukan di saat pergantian musim, dari musim gugur (spring) ke musim panas (summer) contohnya.
Pembeli yang jeli akan tahu tema, motif dan model apa dari tahun ke tahun atau musim ke musim yang mempengaruhi minat belinya. Umumnya produk bertema khas dengan model tertentu tahun itu, jadi pembeli tidak akan minat membeli lagi di tahun selanjutnya. Maka dari itu barang produksi tahun ini harus habis sebelum bergantinya tahun dan musim.
Di Indonesia, hampir semua toko misalnya di Tanah Abang atau Thamrin City akan mengambil kesempatan untuk menggenjot keuntungaan saat even-even tertentu misalnya lebaran dan perayaan hari besar lainnya, musim haji serta bulan mulainya tahun ajaran baru atau bulan masuk kuliah. Namun setelah toko sepi, program diskon atau penghabisan stok mulai digelar.
Taktik
Ketika barang-barang sisa masih didapati di gudang, maka para toko akan bergegas menjual dengan memotong keuntungan separuhnya atau tidak mengambil untung asalkan pulang modal dan semua biaya pokok tertutup (break-even point). Barang-barang cacat produksi atau sisa pabrik pun dijual dengan harga yang sangat miring asalkan tidak menjadi barang onggokan di toko.
Mengapa demikian? Jika stok habis, penjualan toko-toko atau perusahaan akan naik, untung tentu saja naik atau kalaupun stabil yang jelas kinerja akan naik. Selanjutnya perusahaan juga akan dapat memproduksi barang baru lagi, menggunakan gudang yang sudah kosong dan mengejar keuntungan baru lagi.
Bagaimana dengan pembeli?
Bagi yang ingin memenuhi kebutuhan baju baru, alat rumah tangga baru, dan buku-buku memang menunggu masa diskon adalah pilihan tepat.
Namun para keluarga perlu memperhatikan beberapa hal. Pertama, menuliskan barang yang diperlukan, apakah memang butuh atau hanya ingin dan ikut-ikutan. Ingat semua yang kita belanjakan juga harus memenuhi tujuan-tujuan syariah (Maqasid Syariah) yang sering disentuh saat pelatihan Sakinah Finance.
Kedua, apakah sudah ada dana untuk membeli barang-barang yang sudah dituliskan tadi? Jika tidak, sebaiknya jangan dipaksakan hingga sambil harus berhutang.
Ketiga, apakah barang-barang tersebut dapat digunakan minimal dalam masa satu tahun ke depan? Maksudnya jangan sampai barang yang dibeli hanya akan dipakai beberapa saat saja.
Anggaran
Umumnya perencana keuangan di Amerika dan Inggris menyarankan belanja baju dan sepatu saja adalah sebesar 5-10% dari total gaji setahun. Hal ini juga melihat ukuran rata – rata belanja keluarga di negara maju misalnya di Inggris. Menurut Office for National Statistics, bagi keluarga beranak dua, belanja baju dan sepatunya pada tahun 2013 adalah sekitar £1,200 atau Rp.24 juta dalam satu tahun.
Jika mengikuti persentase di atas, untuk ukuran di Indonesia dengan keluarga berpenghasilan Rp.100 juta pertahun maka belanja baju dan sepatunya adalah sekitar Rp.5-10 juta per keluarga dalam satu tahun.
Namun berbeda dengan Indonesia, penduduk yang tinggal di empat musim memerlukan baju lebih bervariasi bukan hanya model tetapi juga fungsinya sesuai dengan musimnya.
Kesimpulan
Di mata perusahaan, pembeli itu ada dua macam; yang suka belanja barang keluaran model terbaru dan pembeli yang tidak peduli dengan model atau produk cacat asal harganya dibanting.
Nah, bagi pembaca yang pebisnis, sudah tahu kan bagaimana memasang strategi bisnisnya? Secara syariah, tentu saja rukun jual beli harus dipenuhi, kejujuran akan informasi produk harus diinformasikan kepada pembeli, dan tidak berniaga dengan saling menyakiti (lihat QS An-Nisa (4): 29).
Bagi pembeli yang cerdik, belanja kebutuhan rumah tangga setahun sekali saat program diskon bisa menghemat asalkan kembali ke tips-tips di atas; terencanakan dengan baik, sesuai dengan tujuan syariah, dan tidak memaksakan semua keinginan.
Rasulullah Shalallahu ‘alihi Wassallam pernah mengajarkan Fatimah Az-Zahra putrinya dan Ali bin Abi Thalib menantunya, bagaimana mengendalikan keinginannya yang waktu itu ingin meminta pembantu (khadimat) yaitu dengan banyak berzikir; tasbih, tahmid, takbir masing-masing 10 kali setelah shalat dan 33 kali sebelum tidur (HR Bukhari dan Muslim). Alangkah baiknya anjuran ini kita amalkan untuk mengendalikan ribuan keiginan kita. Wallahu a’lam bis-shawaab. Salam Sakinah!
Konsultan Sakinah Finance, Colchester – Inggris