“Para ibu bendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuannya. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf…” (al-Baqarah [2]: 233)
Hidayatullah.com–Betapa pentingnya air susu ibu (ASI), sehingga al-Qur’an dan Hadits menjelaskannya secara rinci. Ayat di atas juga menjelaskan peran ayah dalam menjaga keberlangsungan pemberian ASI agar anak-anak tidak telantar.
Namun ada akalanya, karena kondisi tertentu atau uzur syar’i, seorang ibu tak bisa memberikan ASI. Sedangkan jika si ibu tidak bisa memberikannya karena lebih memilih kesibukan di kantor atau urusan lain, lantas menggantinya dengan susu formula, hal ini telah jelas peringatannya.
Rasulullah SAW bersabda, “Kemudian malaikat itu mengajakku melanjutkan perjalanan, tiba-tiba aku melihat beberapa wanita yang payudaranya dicabik-cabik ular yang ganas. Aku bertanya: ‘Kenapa mereka?’ Malaikat itu menjawab: ‘Mereka adalah para wanita yang tidak mau menyusui anak-anaknya (tanpa alasan syar’i).” (Riwayat Ibnu Hibban dalam shahihnya 7491).
Ketika ibunda Rasulullah SAW tak bisa menyusui, tidak serta-merta pemberian ASI diganti dengan susu kambing atau sapi. Meskipun kedua jenis susu tersebut menjadi minuman sehari-hari penduduk Arab, namun membayar Halimah sebagai ibu susuan selama dua tahun adalah langkah terbaik.
Ini sejalan dengan penjelasan al-Qur’an: “Jika kamu menemui kesulitan, maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya…” (ath-Thalaq [65]: 6).
Ketika seorang ibu tidak mampu memberikan ASI pada anaknya, maka dibutuhkan peran dari orang-orang di lingkungan sekitarnya. Yang paling utama adalah peran seorang suami.
Kelancaran ASI
Dalam tinjauan kesehatan, ada dua hormon yang berpengaruh terhadap keluarnya ASI.
Pertama, hormon prolaktin yang dihasilkan oleh kelenjar pituitari. Ketika bayi menyusu, rangsangan sensorik akan dikirim ke otak lalu direspons dengan keluarnya hormon prolaktin yang kemudian akan merangsang sel-sel untuk memproduksi ASI.
Hormon prolaktin dipengaruhi oleh jumlah nutrisi yang dikonsumsi oleh seorang ibu. Itulah sebabnya, apa yang telah dianjurkan dalam al-Qur’an mengenai pemberian makan dengan cara yang ma’ruf, jelas manfaatnya ketika sang ibu sedang masa menyusui.
Kedua, hormon oksitosin atau disebut juga hormon cinta. Pelepasan hormon ini sangat dipengaruhi oleh suasana hati yang dirasakan ibu. Apabila sang ibu merasa tertekan, kelelahan, takut, tidak merasa percaya diri pasca melahirkan, tegang, dan stres, maka akan menghambat pelepasan hormon ini.
Tidak salah al-Qur’an memerintahkan ibunda Maryam AS untuk makan dan minum dengan senang hati:
“Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: ‘Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Rabbmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyangkanlah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. Maka makan, minum, dan bersenang hatilah kamu…” (Maryam[19]: 24-26).
Ayat ini menjelaskan perlunya penjagaan nutrisi, demi ketika akan menyusui bayi dengan memakan kurma. ‘Amr bin Maimun berkata, “Tidak ada sesuatu yang lebih baik bagi orang-orang yang nifas kecuali kurma kering dan kurma basah.”
Sementara Ibnu Nafis di dalam bukunya al-Mukhtar min al-Aghziyah menjelaskan beberapa makanan yang dapat memperlancar keluarnya ASI. Di antaranya, roti tepung tanpa kulit dedak dengan ditaburi biji adas, air barley dicampur susu, dan juga air kacang arab, lemak angsa, lemak ayam, air murni yang mengandung ion besi (Fe), adas manis dan mentimun.
Berikut ini beberapa bahan alam lain yang dapat berperan untuk memperlancar keluarnya ASI:
- Susu Kurma
Dari ‘Aisyah RA, “Bahwasanya Nabi SAW menyebut susu dan kurma kering adalah dua jenis pengobatan.” (Riwayat Ibnu Sunni, tercantum dalam kitab Mausu’ah ath–Thibbun–Nabawi, Abu Nu’aim).
Cara untuk membuat rendaman susu kurma adalah dengan menyiapkan segelas susu yang telah dipasteurisasi. Ambil tujuh buah kurma, buang bijinya, suir-suir, dan masukkan ke dalam susu. Tutup gelas, diamkan semalam. Di pagi hari, aduk rendaman susu kurma lalu minum sebagai menu sarapan.
2. Hulbah (Klabet)
Rasulullah SAW diberitakan pernah mengunjungi Sa’ad bin Abi Waqqash RA yang sedang sakit di Makkah.. Kemudian, beliau memerintahkan agar dipanggilkan dokter. Harits bin Kaladah, sang dokter, memeriksa lelaki itu dan berkata, “Tidak apa-apa. Ambilkan saja fariqah, yakni hulbah yang dicampur dengan kurma ajwa masak yang dibuat gulai dan berikan kepadanya.” Setelah Sa’ad memakan racikan itu, ia pun sembuh. (Zadul–Ma’ad).
Dalam jurnal berjudul “Medicinal Values of Fenugreek – A Review” dinyatakan bahwa hulbah digunakan untuk induksi kelahiran dan meningkatkan produksi ASI.
Sementara dalam jurnal “The Effect of Herbal Tea Containing Fenugreek Seed on the Signs of Breast Milk Sufficiency in Iranian Girl Infants” dikatakan bahwa menurut hasil penelitian, diketahui fenugreek (klabet) dianggap sebagai tanaman galaktogoga (memperlancar ASI). Penggunaannya sejak tahun 1945 oleh wanita dilaporkan meningkatkan produksi ASI mereka setelah 24-72 jam dikonsumsi.
3. Al-Murinja (Daun Kelor)
Dari jurnal berjudul “Uji Efek Pelancar ASI Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera (Lamk) Pada Tikus Putih Galur Wistar” diperoleh kesimpulan bahwa daun kelor merupakan bahan makanan yang dapat meningkatkan produksi ASI.
Pemberian tepung kelor dapat meningkatkan produksi air susu induk tikus secara signifikan. Dengan dosis mulai 42 miligram/kilogram dapat membuat pelepasan air susu tikus putih meningkat dan berat badan anak tikus meningkat seiring dengan meningkatnya dosis yang diberikan.
4. Daun Jintan
Daun jintan telah menjadi herbal pelancar ASI sejak lama, terutama bagi masyarakat Batak. Di daerah Sumatera Utara, tanaman ini menjadi makanan wajib selama 30 hari bagi mereka yang baru melahirkan. Nama lain tanaman ini adalah daun bangun-bangun.
Daun ini mengandung berbagai bahan aktif seperti carvacrol, forksolin, coleol, phytosterol, barbatusin, dan fitokemikal lainnya. Senyawa-senyawa tersebut bermanfaat merangsang produksi ASI, pemulihan keseimbangan setelah melahirkan, agen pembersih rahim, antioksidan, serta merangsang semangat.
Dalam penelitian yang dilakukan Sihombing (2006) membuktikan tumbuhan tersebut mengandung zat besi dan karotenoid yang tinggi. Kadar FeSO4 pada daun jintan (Coleus amboinicus) tersebut dapat diandalkan sebagai sumber zat besi bagi ibu menyusui.*
- Penulis adalah praktisi thibbun-nabawi/Suara Hidayatullah