Oleh: Ady C. Effendy
BAYANGKAN tentang kebangkitan manusia dan saat yang dijanjikan yaitu ketika para saksi akan memberikan kesaksiannya. Di Hari Kiamat terdapat kebangkitan, dalam kebangkitan itu terdapat keluh kesah, pada jembatan Shirat akan ada yang tergelincir jatuh, sementara pada saat penimbangan akan ada air mata penyesalan. Kezholiman yang ada pada waktu itu akan menjadi suatu hal yang kelabu. Penyesalan yang terbesar pada waktu itu adalah terhadap segala keburukan.
Satu golongan manusia akan berada di Surga, menanjak dalam tingkatan-tingkatannya, sementara satu golongan manusia akan berada didalam Neraka, terjatuh kedalam kerak-keraknya.
Tidak ada satupun yang memisahkan antara dirimu dengan berbagai hal ini terkecuali kematian. Bila telah dimumkan bahwa anda telah mati, sementara anda akan berkata: Tuhanku kembalikanlah aku kedunia untuk beramal soleh. Tertolaklah permintaan itu, dan dikatakan: Semuanya telah berlalu.
Diriwayatkan dari Bukhari dan Muslim sebuah hadits dari Abu Hurairah ra. dari Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassallam bersabda: “Di Hari Kiamat manusia akan berkeringat sampai keringat mereka mengalir ke tanah sepanjang 70 dziraan, dan menutupi mereka hingga mencapai telinga-telinga mereka.”
Diriwayatkan dari Bukhari bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam bersabda: “(Pada Hari Kiamat) manusia akan dihadapkan kepada jembatan Shirat yang berada diatas Neraka Jahannam. Pada jembatan itu terdapat besi berduri, kait besi, dan penjepit yang akan menarik orang-orang dari sisi kanan dan kiri. Para malaikat yang berada didekat jembatan itu akan berdoa, “Ya Allah, berilah keselamatan.” Beberapa orang akan melewati jembatan itu bagaikan petir; beberapa akan melewatinya seperti angin; yang lainnya bagaikan seekor kuda yang berlari; beberapa orang seperti sedang berlari; beberapa dengan berjalan; beberapa dengan merangkak; beberapa dengan merayap. Mereka yang terjatuh kedalam Neraka, tidak akan mati ataupun mendapatkan kehidupan yang baru. Para ahli maksiat (dari golongan muslimin) akan dibakar di dalam Neraka sebanyak dosa-dosa mereka, setelah itu mereka akan mendapatkan syafaat (dari Rasulullah).”
Ahli Makrifat
Allah Subhanahu Wata’ala memiliki hamba-hamba-Nya yang istimewa di antara manusia.
Mereka menyibukkan diri mengingat Neraka sehingga mengurangi waktu tidurnya, begitu besar kerinduan mereka akan surga-Nya sehingga mereka banyak berpuasa yang membuat tubuh mereka menjadi ramping dan berubah warnanya. Mereka menjauhkan diri dari syahwat dunia yang berlebihan. Mereka bersungguh-sungguh dalam ketaatan melalui sholat dan puasa.
‘Atha al Silmi dicela karena banyak menangis sehingga ia berkata: “Sesungguhnya aku bila mengingat para penghuni neraka dan apa yang menimpa mereka berupa azab dari Allah Subhanahu Wata’ala, aku membayangkan seakan-akan diriku berada diantara mereka, lantas bagaimanakah jiwa yang tangannya dibelengu dan ditarik ke dalam neraka tidak menangis?”
Ditanyakan kepada Zaid bin Mazid: “Mengapa kami selalu melihat engkau menangis dan merasa takut: Sesungguhnya Allah telah berjanji bahwa apabila saya bermaksiat kepada-Nya maka Dia akan memenjarakanku didalam neraka. Demi Allah jikalau Dia tidak menjanjikan kepadaku kecuali dengan mengunciku didalam kamar mandi maka tentulah aku akan menangis tanpa henti (lalu bagaimana halnya dengan azab neraka?).”
Amid al Shami menangis di dalam masjid sehingga suaranya terdengar dan air matanya membasahi dinding, sehingga penguasa setempat mengirimkan utusan padanya dan berkata: “Engkau mengganggu orang-orang yang sedang shalat dengan tangisanmu bisakah engkau menahannya sedikit.” Lalu dia menangis kembali dan berkata: “Sesungguhnya kesedihan akan Hari Kiamat telah membuat air mataku mengalir dengan deras.”
Itulah gambaran insan-insan istimewa yang diberikan hati-hati yang hidup dan bermakrifat akan hakikat kehidupan manusia dan tujuannya.
Bilapun kita belum mencapai derajat ketaatan dan makrifat yang demikian mendalam, setidaknya harus ada dalam benak-benak kita dan hati-hati kita rencana dan persiapan untuk menghadapi hari yang pasti menjelang itu.
Harta, kemudahan, dan kesenangan duniawi tidak pernah dapat memuaskan dahaga jiwa dan hati insan manusia. Pemenuhan segala kebutuhan duniawi akan segera beralih dari kesenangan menjadi kebosanan dan kekosongan batin.
Insan manusia lantas akan mencari dan mencari lagi. Mereka yang mengetahui jalan yang hakiki tidak akan tercebur kembali dalam lautan tuntutan kehidupan materi dan duniawi. Insan ini akan berpaling kepada hakikat insaninya, yakni rohnya, hatinya atau jiwanya yang kering dan membutuhkan kesejukan.
Mereka yang tidak mengetahui jalannya akan beralih kembali kepada materi atau kesenangan duniawi yang lebih menarik.
Tercebur kembali ke dalam lautan desakan kenikmatan duniawi hingga titik di mana segala kenikmatan duniawi telah sedemikian membosankan dan menjemukan. Terkadang hal ini bisa mendorong pada depresi dan pelarian bahkan pada upaya menghilangkan nyawa sendiri.
Itulah yang terjadi pada insan-insan yang tenggelam dalam materialisme di Barat. Perolehan atas segala sesuatu rupanya telah menghilangkan rasa kesenangan dan keasyikan terhadap berbagai materi itu sendiri. Banyak di antara mereka yang mengakhiri hidupnya sendiri yang terasa begitu membosankan demi mencari sesuatu hal yang ‘baru’ setelah kematian, tanpa menyadari apa yang sesungguhnya ada setelah ajal itu menghampiri. Wallahu a’lam.*
Penulis adalah sekretaris Umum Indonesian Muslim Society in Qatar (IMSQA)