Oleh: Aktifanus Jawahir
BANJIR besar melanda beberapa propinsi di negara tetangga Malaysia beberapa minggu lalu, yang paling parah adalah propinsi (negara bagian) Kelantan Darul Naim, diikuti oleh propinsi Pahang Darul Makmur, Terengganu Darul Iman, sedikit di Perak Darul Ridzuan, juga Johor Darul Takzim, Negeri Sembilan Darul Khusus.
Kini kondisi sudah berangsur normal, namun kerugian harta benda; kehilangan rumah, lumpur yang tebal dan parah, kerusakan ratusan Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, dan kehancuran beberapa sekolah agama dan maahad tahfiz Al Qur’an sangat memilukan dan menyedihkan sekali.
Memang ada kehilangan beberapa nyawa, kerugian semua berjumlah ribuan juta ringgit Malaysia. Kelantan adalah propinsi disebelah Timur bagian utara berbatasan dengan Thailand di Utara, Perak di bagian Barat dan Terengganu serta Pahang dibagian Selatan.
Wilayah ini penduduknya hampir 99% Melayu beragama Islamdan diperintah oleh partai oposisi Partai Islam Se Malaysia (PAS) yang bergabung dengan Partai Keadilan Rakyat (PKR) pimpinan Anwar Ibrahim dan Partai Aksi Demokrasi (Democratic Action Party-DAP).
DAP ini mayoritas anggotanya adalah keturunan Tionghoa, kemudian keturunan India dan sedikit Melayu yang beragama Islam. Ketiganya bergabung dalam oposisi Pakatan Rakyat (PR) yang bagi PAS kerjasama ini dibenarkan dalam konteks tahaluf siyasi.
PAS sudah berkuasa di Kelantan sejak tahun 1990 setelah Pemilihan Umum Malaysia ke 8 dimana dari tahun 1990 sampai 2013 Menteri Besar (Gubernur) nya adalah Tuan Guru Ustaz Nik Abdul Aziz Nik Mat.
Kini beliau digantikan oleh wakilnya Ustadz Ahmad Yacub. Kelantan adalah kubu kuat PAS, di mana sebelumnya dari tahun 1957 semenjak Malaysia merdeka pada 31 Agustus 1957 PAS berkuasa di Kelantan sampai tahun 1978 di mana menteri besarnya adalah almarhum Haji Mohammad Asri Haji Muda, kemudian digantikan oleh keponakannya Haji Luthfi Ishak, pada tahun 1974 setelah terjadi konflik rasial pada 13 Mei 1969 PAS diajak oleh Partai Kebangsaan Melayu Bersatu (United Malay National Of Organization-UMNO) yang mengusai Malaysia di pemerintahan pusat dari tahun 1957 sampai ke hari ini.
Sementara PKR dan DAP sejak tahun 2008 pada pemilu Malaysia ke 12 menguasai propinsi terkaya di Malaysia yaitu Selangor di mana menteri besarnya yang pertama adalah Abdul Khalid Ibrahim. Semenjak akhir tahun lalu digantikan oleh Mohamed Azmin Ali yang juga Wakil Ketua Umum PKR dimana ketua umumnya adalah Dr Wan Azizah Wan Ismail, istri Anwar Ibrahim, sementara sebelumnya Khalid Ibrahim dipecat dari PKR kerana ada beberapa kasus.
Sedangkan DAP juga dari tahun 2008 memerintah Propinsi Pulau Pinang, dibagian utara Malaysia.
Untuk propinsi yang tidak ada sultan, maka ketua eksekutifnya disebut Ketua Menteri, sementara simbol kepala pemerintahan adalah ‘Yang Dipertua Negeri’ yang diangkat oleh ‘Yang Dipertuan Agung’. Sembilan Propinsi di Malaysia ada sultan atau raja yaitu Selangor Darul Ehsan, Kelantan, Pahang, Johor Darul Takzim, Terengganu, Kedah Darul Aman, Perak, Negeri Sembilan dan Perlis Indra Kayangan. Sedangkan yang tidak ada Sultan adalah Melaka, Pulau Pinang, Sarawak dan Sabah.
PAS memerintah juga Negara bagian Kedah dari tahun 2008 sampai 2013 namun diambil alih kembali oleh UMNO dan Barisan Nasional pada pemilu Malaysia ke 13 pada 5 Mei 2013. Sedangkan propinsi Perak juga diperintah PAS tidak sampai setahun pada tahun 2008 namun kemudian dikudeta oleh pemerintahan pusat yang dikuasai oleh UMNO.
Untuk bergabung dalam koalisi Fron Nasional yang kemudian bertukar nama menjadi Barisan Nasional (BN). Itu semasa perdana menterinya adalah almarhum Abdul Razak Hussein yang menggantikan Tunku Abdul Rahman Putra, Razak dikenal sebagai bapak perpaduan rakyat dan sangat merakyat, bersedia membantu rakyat tanpa melihat latar belakang politiknya, apakah PAS atau UMNO.
Kembali kepada peristiwa banjir, diantaranya disebabkan meluapnya air sungai di Kelantan, kemudian air pasang dari Laut China Selatan.
Ini adalah banjir terbesar dalam sejarah banjir di Malaysia, namun rakyat Malaysia saling membantu dan membahu baik pemerintahan pusat Putra Jaya Kuala Lumpur, pemerintahan negara bagian Kelantan dan semua pemerintah propinsi yang dilanda banjir.
Termasuk juga ormas, LSM, serta bantuan dari BUMN pusat atau pemerintahan propinsi serta Baitul Mal dan Pusat Pungutan Zakat serta koporat dan individu, membantu turun tangan bersungguh-sungguh membantu rakyat dan propinsi yang dilanda musibah dan malapetaka ini, termnasuk instrument pemerintahan pusat, propinsi dan swasta.
Sejak peristiwa banjir, banyak sekolah libur. Kini, mereka kembali ke sekolah mulai tanggal 4 dan 5 Januari 2015. Malahan ada beberapa sekolah di Kelantan dan Pahang masih diliburkan seminggu lagi, namun nanti mesti ada hari ganti belajar untuk pengajaran mata pelajaran yang tertinggal.
Namun banjir ini adalah musibah dan ujian yang maha dahsyat bagi umat Islam dan rakyat Malaysia, ini harus dipahami tidak sekedar peristiwa alam biasa. Setidaknya, juga harus dipahami bila semua ini karena ulah dan perangai manusia, sesuai dengan firman Allah Subhahu Wata’ala; “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” [QS: Ar Rum : 41]
Apakah ulah manusia tidak dikira siapa, apa yang memerintah atau yang berkuasa, melakukan korupsi menyalahgunakan kuasa, atau sewenang-wenang menjatuhkan hukuman kepada mereka yang tidak ada bukti shahih bersalah.
Yang kaya dan kuat dilindungi, yang miskin dan lemah dizalimi, oleh siapa saja yang merasa kuat punya kedudukan kekuasaan ada gelar dan pangkat, orang-orang bawah lemah dan miskin walaupun sudah bukti yang shahih mereka dizalimi namun dibikarkan begitu saja, ini terjadi didepan mata dan dirasakan sendiri oleh penulis yang mengalami bagaimana hidup bertetangga dan satu taman. Kepada siapa kita harus mengadu, dewan perkotaan, pilisi atau pengadilan , pasti kemungkinan besar mereka akan berpihak kepada siapa?
Malaysia dengan penduduknya sekitar 29 juta orang, atau 1 perlapan dari jumlah penduduk Indonesia, di mana yang Islamnya berbangsa Melayu atau bangsa lain beragama Islam sekitar 52%, namun tantangan dan persoalan serangan akidah dan pemikiran juga tidak kurang hebatnya.
Bagaimana sekularisasi, pluralisme, liberalisme, anti hadis, Ahmadiyah serta Syi’ah begitu hebat bergerak, dan menjadi sasarannya baik anggota partai yang memerintah maupun partai oposisi. Jadi persoalan akidah dan fikrah adalah lebih penting.
Banjir akan berakhir di mana yang rusak dan hancur dapat diganti diperbaiki dan direnovasi kembali, namun jika yang terjadi banjir akidah dan fikrah agama serta ajaran yang sesat serta menyesatkan, maka dampaknya jauh lebih dahsyat dari segala-galanya.
Ancaman akidah dan fikrah (Ghazwul fFikri) akan terus sampai masa dan ketikanya, karena mereka mendapat dana yang besar dari negara dan institusi-institusi non Islam dan orientalis dari Barat, termasuk juga dari LSM dan Yayasan Yahudi dan Syiah.
Bukan kita tidak simpati atau tidak ikut berduka dengan hilangnya nyawa umat Islam di Aceh akibat musibah tsunami 26 Desember 2004 atau banjir yang merugikan banyak orang di Malaysia baru-baru ini, namun ada hikmahnya dari semua ini.
Bahkan melalui tulisan ini kita himbau umat Islam di Indonesia maupun umat Islam di manapun mereka berada, sudilah kiranya memberikan bantuan berupa zakat sadaqah atau sumbangan kepada korban banjir di Malaysia.
Musibah dan bencana banjir atau bencana lain akan kembali terulang dan di mana saja, semua berada di bawah qadha’ dan qadar Allah Yang Maha Segala-galaNya, semua dengan izin dan dalam rangkaian skenario Allah Yang Maha Perkasa, sebagaimana juga jatuhnya Pesawat Airasia QZ 8501 di Pulau Jawa sebelah utara.
Tsunami, banjir, jatuhnya pesawat adalah hal yang tidak diinginkan semua manusia. Meski demikian, semua musibah ini pasti ada hikmahnya.
Di balik semua ini, kita harus menjaga agar tidak terserang ‘banjir akidah’ dari gelombang pemikiran dan aliran sesat. Tugas ini adalah tugas semua orang, khususnya para pejabat dan penguasa.
Wabil khusus para pejabat dan mereka yang memiliki otoritas dan kekuasaan penting di masyarakat. Sebab kekuasaannya bisa digunakan untuk menyelamatkan akidah dan melindungi agama, khususnya umat Islam.
Peliharalah kekuasaan dan jangan disahlahgunakan, sebab semuanya nanti akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah Subhanahu Wata’ala di Yaumil Mahsyar kelak.*
Penulis warga Indonesia tinggal di Malaysia