‘ALI bin Abi Thalib r.a. berkata, “Sabar ada tiga: sabar menghadapi musibah, sabar menjalani ketaatan, dan sabar menahan diri dari maksiat. Barangsiapa bersabar menghadapi musibah, dan menghadapinya dengan sebaik-baik sabar, akan dituliskan untuknya tiga ratus derajat. Barangsiapa bersabar menjalankan ketaatan, akan dituliskan untuknya enam ratus derajat, dan barangsiapa bersabar menahan diri dari maksiat, akan dituliskan untuknya sembilan ratus derajat.”
Maimun bin Mahran berkata, “Sabar ada dua: sabar menerima musibah itu baik, dan yang lebih utama dari itu adalah sabar menahan diri dari maksiat.”
Tentang firman Allah Ta`ala, “Keselamatan atasmu berkat kesabaranmu. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (Ar Ra’d: 24), Fudhail bin `Iyadh berkata, “Mereka bersabar dalam menjalankan perintah dan menahan diri dari larangan.” Dalam ungkapannya, seakan-akan Fudhail menyatakan bahwa sabar dalam menahan diri dari maksiat merupakan bagian dari yang diperintahkan.
Ketika Abu Bakar r.a sakit, orang-orang menjenguknya. Di antara mereka ada yang berkata, “Maukah kami panggilkan seorang dokter untukmu?” Abu Bakar menjawab, “Aku telah melihat dokter itu.”
Mereka bertanya, “Apa yang dikatakannya kepadamu?” Ia menjawab, “Sungguh Aku Maha berbuat atas apa yang Aku kehendaki.” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Waki`, dari Malik bin Maghul, dari Abu as-Safar).
‘Umar bin Khaththab r.a berkata, “Kehidupan kami yang paling baik, kami dapatkan melalui sabar.” Dalam redaksi lain, “Kehidupan paling utama, kami dapatkan melalui sabar. Seandainya sabar itu berwujud manusia, tentulah ia itu manusia mulia” (Diriwayatkan oleh Ahmad dari Abu Mu`awiyah, dari al-A`masy, dari Mujahid).
‘Ali bin Abi Thalib berkata, “Ingatlah, sabar itu bagian dari iman, posisinya seperti kepala yang membawahi seluruh tubuh. Jika kepala dipotong, tubuh akan roboh.” Kemudian ia mengeraskan suaranya, “INGATLAH, SESUNGGUHNYA TIDAK ADA IMAN BAGI ORANG YANG TIDAK MEMILIKI SABAR.”
Al-Hasan berkata, “Sabar adalah salah satu harta karun. Allah memberikannya hanya kepada hamba yang menurut-Nya mulia.”*
Dari buku Pelipur Lara Mereka yang Tertimpa Musibah karya Imam Ibn Muhammad al-Manbaji.