MUSLIM sejati juga sangat berhati-hati menghindarkan diri dari melakukan dosa terhadap tetangga, karena sebuah dosa terhadap seorang tetangga adalah lebih mengerikan daripada kejahatan lain.
Nabi Shalallaahu ‘Alahi Wasallam menguji para sahabat tentang `perzinaan’, dan mereka berkata: “Itu adalah haram, Allah dan Rasul-Nya melarang hal tersebut.”
Nabi bersabda kepada mereka, “Seorang laki-laki yang melakukan perzinaan dengan sepuluh perempuan, adalah melakukan dosa yang lebih rendah daripada seseorang yang melakukan perzinaan dengan istri tetangganya.”
Kemudian beliau menguji mereka mengenai pencurian, dan mereka menjawab: “Itu adalah haram, Allah dan Rasul-Nya melarang hal itu.”
Beliau bersabda kepada mereka, “Seorang laki-laki yang mencuri dari sepuluh rumah, adalah melakukan dosa yang lebih rendah daripada seseorang yang melakukan pencurian dari rumah seorang tetangganya.”
Dalam Islam tetangga menikmati sebuah ‘kesucian’ unik, yang tidak dikenal dalam hukum dan sistem lain yang dibuat manusia. Dalam Islam tidak dikenal sikap bebas melihat jendela tetangga dan melakukan hal-hal yang serupa itu.
Kita tidak pun tidak mengenal sikap-sikap anak muda yang melupakan kesopanan dan keimanan dengan menyuarakan lagu dan puisi tentang tetangga perempuan. Tetapi justru perhatikan syair dari salah satu penyair kita yang mulia dan santun ini:
“Aku tundukkan pandanganku ketika tetangga perempuanku muncul di hadapanku, sehingga ia menghilang, masuk ke dalam rumahnya.”
Islam menganjurkan melakukan perlakuan baik kepada tetangga, melindungi kehormatannya, menutupi kesalahan, dan membantunya ketika membutuhkan. Termasuk juga menundukkan pandangan dari tetangga perempuan, dan menjauhkan diri dari segala sesuatu yang akan membahayakan atau membuatnya terganggu. Maka tidak mengherankan, Muslim sejati merupakan tetangga terbaik yang dikenal dalam masyarakat manusia.*
Dari buku It’s My Life-Hidup Saleh dengan Nilai-nilai Spiritual Islam karya Dr. Muhammad Ali Al-Hasyimi.