Islam mengajarkan kepada umatnya agar tidak menyakiti sesama Muslim, karena dengan lisan kita akan menjadi sebab kita ke neraka
Hidayatullah.com | MENJELANG pemilihan umum (Pemilu) 2024 kondisi politik sudah mulai menghangat. Semakin dekat dengan Pemilu, biasanya kondisinya makin memanas.
Tidak jarang, caci maki, fitnah keji datang silih berganti. Pengalaman 10 tahun ini telah menyaksikan bagaimana sesama Muslim seolah diadu-domba dengan fitnah, hal ini membuat di antara kita semua saling mencela, saling memaki dan saling membenci. Hal ini diperparah dengan hadirnya buzzer-buzzerRp yang hadirnya seolah untuk menyemai perpecahan.
Dalam Islam, menyakiti seorang Muslim termasuk perbuatan tercelah. Ia termasuk dosa besar.
Hal ini berdasar firman Allah Ta’ala:
وَالَّذِيۡنَ يُؤۡذُوۡنَ الۡمُؤۡمِنِيۡنَ وَالۡمُؤۡمِنٰتِ بِغَيۡرِ مَا اكۡتَسَبُوۡا فَقَدِ احۡتَمَلُوۡا بُهۡتَانًا وَّاِثۡمًا مُّبِيۡنًا
“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” (QS: al-Ahzab[33]:58).
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat ini menegaskan adanya suatu kedustaan besar bila menyakiti umat Islam dengan sesuatu yang tidak pernah mereka lakuan, yang tujuannya untuk mendiskreditkan mereka. Orang yang melakukan ini lebih parah dibanding orang yang melakukan riba, padahal riba termasuk perbuatan terkutuk.
Dari Al Baro bin Azib, Rasulullah ﷺ bersabda:
((الرِّبَا اثنان وسبعون بابًا، أدناها مثل إتيان الرجل أمَّه، وإن أرْبَى الربا استطالة الرجل في عرض أخيه
“Riba memiliki tujuh puluh dua pintu. Yang paling rendah seperti menzinahi ibu kandungnya. Dan sesungguhnya riba yang paling riba adalah merusak kehormatan saudaranya.” (HR: Ath-Thabrani, Lihat silsilah shahihah no 1871).
Dalam firman yang lain Allah dengan tegas melarang orang beriman saling menyakiti.
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا لَا يَسۡخَرۡ قَوۡمٌ مِّنۡ قَوۡمٍ عَسٰٓى اَنۡ يَّكُوۡنُوۡا خَيۡرًا مِّنۡهُمۡ وَلَا نِسَآءٌ مِّنۡ نِّسَآءٍ عَسٰٓى اَنۡ يَّكُنَّ خَيۡرًا مِّنۡهُنَّۚ وَلَا تَلۡمِزُوۡۤا اَنۡفُسَكُمۡ وَلَا تَنَابَزُوۡا بِالۡاَلۡقَابِؕ بِئۡسَ الِاسۡمُ الۡفُسُوۡقُ بَعۡدَ الۡاِيۡمَانِ ۚ وَمَنۡ لَّمۡ يَتُبۡ فَاُولٰٓٮِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوۡنَ
“Hai orang-orang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diolok-olok) lebih baik daripada wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim.” (QS: al-Hujurat[49]: 11)
Para ulama menjelaskan, maksud kalimat “janganlah mencela dirimu sendiri” adalah mencela antara sesama mukmin karena orang-orang mukmin seperti satu tubuh. Hal ini ditegaskan oleh sabda Rasul ﷺ
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يُسْلِمُهُ، وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ، وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرُبَاتِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Dari Abdullah ibn Umar radhiyallahu ‘anhu: Bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, dia tidak menzaliminya dan tidak membiarkannya disakiti. Barangsiapa yang membantu kebutuhan saudaranya maka Allah akan membantu kebutuhannya. Barangsiapa yang menghilangkan satu kesusahan seorang muslim, maka Allah menghilangkan satu kesusahan baginya dari kesusahan-kesusahan hari kiamat. Barangsiapa yang menutupi (aib) seorang muslim maka Allah akan menutupi (aibnya) pada hari kiamat.” (HR: Bukhari Muslim).
Hadits ini menegaskan bahwa meremehkan sesama muslim merupakan sebuah larangan, apalagi sengaja mencari kesalahan dengan cara memutarbalik fakta, jelas lebih dilarang. Peringatan yang cukup keras datang dari Allah dalam firman-Nya:
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوا اجۡتَنِبُوۡا كَثِيۡرًا مِّنَ الظَّنِّ اِنَّ بَعۡضَ الظَّنِّ اِثۡمٌۖ وَّلَا تَجَسَّسُوۡا وَلَا يَغۡتَبْ بَّعۡضُكُمۡ بَعۡضًا ؕ اَ يُحِبُّ اَحَدُكُمۡ اَنۡ يَّاۡكُلَ لَحۡمَ اَخِيۡهِ مَيۡتًا فَكَرِهۡتُمُوۡهُ ؕ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ؕ اِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيۡمٌ
Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.” (QS: Al Hujurat:12)
Demikian juga Rasulullah ﷺ menegaskan agar setiap orang beriman tidak menyakiti saudara seiman lainnya. Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu berkata, seseorang bertanya, “Wahai Rasulullah, ada seorang wanita yang rajin shalat malam dan shiyam sunnah, tetapi tetangganya tersiksa karena lisannya.” Maka beliau bersabda, “Dia tidak memiliki kebaikkan sama sekali. Dia akan masuk neraka.” (Riwayat Hakim dan dia nyatakan sebagai hadits shahih).
Tidur di tikar dan selimut api neraka
Islam mengajarkan kepada umatnya agar meminimalisasi menyakiti sesama Muslim. Sebab ini termasuk perbuatan yang bukan hanya merugikan orang lain, tetapi juga dirinya sendiri.
Karenanya, menurut sebagian ulama, orang yang melakukannya kena hukuman ta’zir (hukuman yang mendidik) agar tidak diulangi lagi. Selain itu pelakunya juga akan mendapat hukuman dari masyaraat berupa sangsi moral bahwa dia termasuk orang yang rendah ahlaknya dan hina karena minimnya ilmu agamanya.
Ia termasuk orang yang lemah iman karena orang yang imannya bagus tidak akan menyakiti muslim lainnya. Rasulullah ﷺ bersabda
المسْلِمُ مَنْ سَلِمَ المسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ , و المهاجِرَ مَنْ هَجَرَ مَا نهَى اللهُ عَنْهُ
“Yang disebut dengan muslim sejati adalah orang yang selamat orang muslim lainnya dari lisan dan tangannya. Dan orang yang berhijrah adalah orang yang berhijrah dari perkara yang dilarang oleh Allah.” (HR: Bukhari no. 10 dan Muslim no. 40).
Sedang di akhirat, orang yang melakukan hal tersebut termasuk orang yang bangkrut. Suatu ketika Rasulullah bertanya kepada para sahabat: “Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut itu? ” Para sahabat menjawab “Menurut kami, orang yang bangkrut diantara kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan.”
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka.” (Riwayat Muslim)
Memang setan akan berusaha membuat orang menyakiti hati orang lain. Dengan cara ini pahala orang yang menyakiti akan berkurang drastis, dipindahkan ke orang yang disakiti hatinya. Bila pahala orang yang menyakiti hati sudah habis, orang yang suka menyakiti hati akan mengambil dosa orang yang disakiti hati. Sehingga tidak ada kebaikan sedikitpun pada dirinya dan tempatnya dalam neraka bersama setan.
Rasulullah ﷺ bersabda:
لَمَّا عُرِجَ بِيْ، مَرَرْتُ بِقَوْمٍ لَهُمْ أَظْفَارٌ مِنْ نُحَاسٍ يَخْمِشُوْنَ وُجُوْهَهُمْ وَصُدُوْرَهُمْ فَقُلْتُ: مَنْ هَؤُلآء يَا جِبْرِيْلُ؟ قَالَ: هَؤُلآء الَّذِيْنَ يَأْكُلُوْنَ لُحُوْمَ النَّاسَ وَيَقَعُوْنَ فِيْ
“Ketika aku dinaikkan ke langit, aku melewati sekelompok orang yang memiliki kuku-kuku dari tembaga, mereka melukai wajah-wajah mereka dan dada-dada mereka. Maka aku bertanya: “Siapakah mereka wahai Jibril?. Jibril menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang memakan daging manusia (ghibah) dan mencela kehormatan mereka.” (HR: Ahmad)
Bukan hanya itu mereka kelak juga tidur dari tikar yang terbuat dari api neraka sebagaimana firman Allah:
لَهُمۡ مِّنۡ جَهَـنَّمَ مِهَادٌ وَّمِنۡ فَوۡقِهِمۡ غَوَاشٍ ؕ وَكَذٰلِكَ نَجۡزِى الظّٰلِمِيۡنَ
“Mereka mempunyai tikar tidur dari api neraka dan di atas mereka ada selimut (api neraka) . Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang zalim.” (QS: al-A’raaf [7]: 41).
Semoga kita dijauhkan dari perbuatan yang tercelah ini. Aamiin.*/Bahrul Ulum