Lanjutan ciri rumah yang diberkahi Allah
Ketiga, rumah yang diisi majelis dzikir
فَاذۡكُرُوۡنِىۡٓ اَذۡكُرۡكُمۡ وَاشۡکُرُوۡا لِىۡ وَلَا تَكۡفُرُوۡنِ
“Ingatlah kalian kepada-Ku, niscaya Aku ingat pula kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kalian kufur.” (QS: Al-BaOarah [2]: 152).
Berdzikir dan bersyukur harus selalu menjadi bagian dari pendekatan ibadah kepada Allah. Jika hal ini direalisasikan dalam kegiatan berumah tangga, maka akan terbentuklah keluarga yang sakīnah, mawaddah, dan rahmah.
Rumah tangga tersebut disinari cahaya llahi ke dalam hati-hati penghuninya sehingga hati mereka menjadi tenteram. Dalam Al-Quran, Allah Swt menyatakan, (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah.
اَلَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا وَتَطۡمَٮِٕنُّ قُلُوۡبُهُمۡ بِذِكۡرِ اللّٰهِ ؕ اَلَا بِذِكۡرِ اللّٰهِ تَطۡمَٮِٕنُّ الۡقُلُوۡبُ
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS: Al-Ra’d [13) 28).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا. وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلا
“Artinya; Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah kepada Allah, dzikir yang banyak ,dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” (QS: Al-Ahzäb 41-42).
Konsep rumah ideal bagi seorang mukmin adalah rumah yang memenuhi kriteria marhamah, muthma ‘innah, dan mubarakah
Imam AI-Fudhail ibn lyadh berkata, “Sesungguhnya rumah yang disebutkan di dalamnya nama Allah, Ia akan bersinar pada penghuni langit sebagaimana lampu yang menyinari penghuni rumah yang gelap gulita. Dan sesungguhnya rumah yang tidak disebutkan di dalamnya nama Allah, ia akan menjadi gelap bagi penghuninya.”’
Ini menjelaskan bahwa rumah yang dijadikan tempat berdzikir akan diberi nur llahi bagi penghuninya cahaya ketenangan, cahaya ketenteraman, cahaya keharmonisan dan kerukunan. Cahaya tersebut merupakan berkah.
Tetapi jika rumah tersebut kosong dari dzikir dan syukur dari penghuninya, rumah tersebut akan menjadi gelap gulita bahkan ada yang mengatakan rumahnya laksana kuburan. Karena itu, bagaimana mungkin rumah yang kosong dari dzikir kepada Allah dapat memberikan ketenangan? Jika demikian, berkah Allah tidak akan terpancar di dalamnya.
Rasulullah ﷺ memberikan perumpamaan dalam sebuah haditsnya, “Perumpamaan rumah yang di dalamnya terdapat zikrullah dan rumah yang tiada zikrullah seperti orang yang hidup dan orang yang mati.
Empat, rumah yang selalu dibacakan Al-Quran
Dalam Al-Qur’an, Allah Swt berfirman;
يٰۤاَيُّهَا النَّاسُ قَدۡ جَآءَتۡكُمۡ مَّوۡعِظَةٌ مِّنۡ رَّبِّكُمۡ وَشِفَآءٌ لِّمَا فِى الصُّدُوۡرِۙ وَهُدًى وَّرَحۡمَةٌ لِّـلۡمُؤۡمِنِيۡنَ
“Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Our’an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman.” (QS: Yünus [10]: 57).
وَنُنَزِّلُ مِنَ الۡـقُرۡاٰنِ مَا هُوَ شِفَآءٌ وَّرَحۡمَةٌ لِّـلۡمُؤۡمِنِيۡنَۙ وَلَا يَزِيۡدُ الظّٰلِمِيۡنَ اِلَّا خَسَارًا
“Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an(sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang dzalim (Al-Qur’anitu) hanya akan menambah kerugian.” (QS: Al-Isrâ’ [17]: 82).
Al-Qur’an menjadi penasihat penawar hati yang sedang gelisah, tidak tenang. dada terasa sempit. la menjadi petunjuk dan rahmat bagi manusia.
Cahaya Al-Qur’an masuk ke dalam hati hamba yang beriman sehingga memberikan ketenangan dan ketentraman. Cahaya Al-Qur’an menyinari rumah-rumah mereka.
Lantunan ayat-ayat Al-Qur’an selalu menggema, menyelimuti sekitar rumah. Rasulullai ﷺ bersabda, “Sinarilah rumah-rumah kamu sekalian dengan bacaan Al-Qur’an.”
Al-Qur’an sendiri mengungkapkan, “Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat,” (QS: Al-A‘raf [7]: 204).
Rasulullah ﷺ bersabda :
لاَ تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنَ الْبَيْتِ الَّذِى تُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ
“Janganlah kalian menjadikan rumah-rumah kalian seperti kuburan, sesungguhnya setan lari dari rumah yang dibacakan padanya Surat Al-Baqarah.” (HR: Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu).
اجْعَلُوا مِنْ صَلاَتِكُمْ فِى بُيُوتِكُمْ وَلاَ تَتَّخِذُوهَا قُبُورًا
“Jadikanlah sebagian shalat kalian (yaitu shalat-shalat sunnah) di rumah-rumah kalian, dan janganlah menjadikan rumah-rumah kalian seperti kuburan (yang tidak boleh dilakukan shalat padanya).” (HR: Muslim dari Ibnu Umar radhiyallahu’anhuma).
Menurut para ulama tafsir, adanya perintah menyimak bacaan Al-Qur’an berarti adanya perintah membaca Al-Qur’an. Jika mendengar saja sudah mengundang rahmat, apalagi membacanya.
Lima, rumah yang mengurusi anak yatim dengan baik
Anak-anak yatim perlu mendapatkan kasih sayang dan kepedulian. Mengabaikan kepedulian terhadap mereka termasuk golongan orang-orang yang mendustakan agama.
اَرَءَيْتَ الَّذِيْ يُكَذِّبُ بِالدِّيْنِ
فَذٰلِكَ الَّذِيْ يَدُعُّ الْيَتِيْمَ
Allah Swt. berfirman, “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah Orang yang menghardik anak yatim. Dan tidak menganjurkan memberi makan Orang miskin.” (QS: Al-Ma’un [107] 1-3).
Menurut ayat ini ada dua hal yang menyebabkan seseorang tergolong pendusta agama, yaitu menghardik anak yatim dan tidak mau menganjurkan memberi makan Orang miskin. Rasulullah ﷺ bersabda;
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: خَيْرُ بَيْوْتِكُمْ بَيْتٌ فِيْهِ يَتِيْمٌ مُكْرَمٌ -أبو نعيم
Artinya: Rasulullah ﷺ Shallallahu Alaihi Wasallam telah bersabda, ”Sebaik-baik rumah kalian, rumah di dalamnya yatim yang dimuliakan.” (Riwayat Abu Nu’aim, dishahihkan oleh As Suyuthi)
Rasulullah ﷺ menilai bahwa rumah yang paling baik adalah rumah yang di dalamnya ada anak yatim yang diasuh dengan baik. Sebaliknya, seburuk-buruk rumah adalah jika ada anak yatim di rumah tersebut tetapi tidak diasuh dengan baik.
Enam, rumah yang selalu menjamu dan menghormati tamu
Untuk menjalin silaturahim Islam mengajarkan untuk berkunjung ke rumah keluarga, kerabat terdekat, teman, dan yang lainnya. Sebagai indikasi orang yang beriman, kita diperintahkan untuk menghormati tamu dan orang-orang yang berkunjung ke rumah kita.
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلأخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
“Barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhari).
Masa toleransi bertamu adalah sehari semalam, sedangkan untuk menginap sampai tiga hari. Adapun selebihnya dari itu, maka dianggap sedekah.’
إِذَا دَخَلَ الضَّيْفُ عَلَى الْقَوْمِ دَخَلَ بِرِزْقِهِ وَإِذَاخَرَجَ خَرَجَ بِمَغْفِرَةِ ذُنُوْبِهِمْ
Artinya: “Ketika tamu datang pada suatu kaum, maka ia datang dengan membawa rezekinya. Ketika ia keluar dari kaum, maka ia keluar dengan membawa pengampunan dosa bagi mereka.” (HR. Ad-Dailami).
Beliau juga bersabda, “Sesungguhnya para malaikat senantiasa memohonkan rahmat kepada Allah untuk seseorang di antara kamu selama hidangannya masih diletakkan (belum diangkat untuk disimpan).” (HR:At-Tirmidzi).
“Barangsapa memberi makan kepada seorang Muslim makanan yang diinginkanya, maka Allah mengharamkannya dari api neraka.” (HR: Al-Hakim).
“Apabila Allah menghendaki kebaikan untuk suatu kaum, maka akan diberi hadiah berupa tamu yang akan singgah dengan membawa rezekinya dan pulang pun dengan rezekinya. Sungguh Allah mengampuni dosa orang-orang yang berada di rumah tersebut.”(HR: Abu Syeikh).
Tujuh, rumah yang selalu didatangi orang alim
Ulama adalah pewaris para nabi. Kita dianjurkan memuliakannya.
شَهِدَ ٱللَّهُ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ وَٱلْمَلَٰٓئِكَةُ وَأُو۟لُوا۟ ٱلْعِلْمِ قَآئِمًۢا بِٱلْقِسْطِ ۚ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS: Ali Imran [3]: 18).
وقال صلى الله عليه وسلم : من نظر إلى وجه العالم نظرة ففرح بها خلق الله تعالى من تلك النظرة ملكا يستغفر له إلى يوم القيامة. (من كتاب لباب الحديث)
Nabi ﷺ bersabda, “Barangsiapa memandang wajah orang alim dengan satu pandangan lalu ia merasa senang dengannya, maka Allahu ta’ala menciptakan malaikat dari pandangan itu dan memohonkan ampun kepadanya sampai hari kiamat.” (Sumber: Kitab Lubabul Hadits).* (bersambung) <<<Rumah yang diisi dengan majelis ilmu>>