Khutbah Jumat kali ini membahas materi berkumpul bersama orang shaleh, yang bisa membuat kita meraih kedudukan tinggi sehingga tidak rugi hidup di dunia dan akhirat
Oleh: Ali Akbar bin Muhammad bin Aqil
Khutbah Jumat Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Berkumpul dengan orang shaleh merupakan salah satu anjuran dalam ajaran Islam. Tombo Ati alias obat hati pun salah satunya adalah bergaul dengan orang shaleh.
Orang shaleh adalah orang yang melaksanakan semua kewajiban Allah ﷻ, menjauhi semua larangan-Nya, dan mengamalkan sunah-sunah Rasul ﷺ. Tidak hanya itu, dia juga melaksanakan kewajibannya terhadap sesama.
Orang-orang shaleh disebut oleh Allah ﷻ sebagai golongan yang diberi nikmat :
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا، ذَلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللَّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ عَلِيمًا
“Dan siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah. Yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shaleh. Mereka itulah sebaik-baiknya teman. Yang demikian itu adalah karunia dari Allah, dan cukuplah Allah Zat Yang Maha mengetahui.” (QS. An-Nisaa’ : 69-70)
Jika kita runut kembali ke belakang, disyariatkannya shalat jenazah bermula dari kemangkatan seorang yang shaleh, Raja Najasyi. Rasul ﷺ bersabda :
قَد تُوُفِّيَ الْيَوْمَ رَجُلٌ صَالِحٌ مِنْ الْحَبَشِ فَهَلُمُّوا فَصَلُّوا عَلَيْهِ، فَصَلَّى رَسُولُ اللَّهِ ﷺ فصففنا وَنَحْنُ صُفُوفٌ
“Pada hari ini telah meninggal dunia seorang shaleh bangsa Habasyi, marilah shalat untuk jenazahnya.” Jabir berkata: “Kami pun mengatur shaf, kemudian Nabi ﷺ shalat untuknya, kami pun bershaf-shaf di belakang beliau.” (HR. Bukhari-Muslim)
Lebih dari itu, jenazah orang shaleh beda dengan jenazah orang yang tidak shaleh. Disebut dalam sebuah hadits : “Ketika jenazah diletakkan dan dipikul di atas pundak-pundak manusia yang mengusungnya, jika ia seorang yang shaleh, maka akan mengatakan, ‘Cepat bawalah aku! Dan lebih cepat lagi kalian membawaku.’
“Jika ia tidak shaleh, maka ia mengatakan, ‘Aduh celakalah aku, ke mana kalian akan membawaku?!’ Suaranya akan didengar oleh semuanya, kecuali manusia. Jika manusia mendengarnya, niscaya ia akan jatuh pingsan.” (HR. Bukhari)
Kaum Muslimin yang berbahagia
Keutamaan berkumpul dengan orang shaleh dijelaskan dalam sebuah kisah yang dikutip oleh Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith. Ada seorang hamba yang divonis menjadi penghuni neraka karena timbangan amal keburukannya lebih berat dari kebaikannya. Ketika dibawa menuju neraka, Malaikat Jibril diperintahkan oleh Allah ﷻ untuk bertanya kepadanya, “Apakah kamu pernah hadir di majelis seorang alim? Apakah kamu pernah cinta kepada orang alim? Apakah kamu pernah duduk satu meja perjamuan dengan orang alim?”
Semua pertanyaan di atas dijawab, “Tidak pernah.” Namun, Allah ﷻ yang Maha Mengetahui keadaan para hamba-Nya, memberi titah kepada Jibril untuk memasukkannya ke dalam surga. Allah ﷻ berkata, “Raih tangan hamba-Ku ini dan masukkan ia ke surga. Sesungguhnya ia mencintai seseorang yang mencintai seorang ulama. Ia diampuni karena keberkahan ulama itu.”
Jika hal di atas dapat terjadi pada seorang yang sudah divonis ahli neraka, maka betapa beruntungnya kita yang sejak dini, tidak hanya cinta kepada orang yang mencintai ulama. Namun, kita juga ikut ambil dalam menghadiri majelis-majelis kaum salihin, kita ikut mencintai mereka, dan sering duduk bersama mereka. Hati menjadi hidup, hidup menjadi indah dan bahagia sampai di akhirat kelak.
Orang-orang shaleh itu memiliki karakter dan sifat khas. Sebuah pertanyaan terlontar dari Sayidina Abdullah bin Abbas, “Wahai Rasulullah, siapakah teman duduk terbaik kami?” Rasul ﷺ menjawab,
مَن ذكَّرَكُمْ باللّٰهِ رُؤْيَتُه، وزادَكُمْ في عِلْمِكُمْ مَنطِقُه، وذكَّرَكُمْ بالآخِرَةِ عَمَلُهُ
“Orang yang mengingatkanmu pada Allah ketika melihatnya, menambah ilmumu ketika ia berbicara, dan mengingatkanmu pada akhirat ketika ia beramal.” (HR. Abu Ya’la)
Berdasarkan keterangan tersebut ada tiga ciri khas orang shaleh yang layak untuk kita lazimi dengan sering bergaul bersamanya. Pertama, dengan memandangnya membuat kita mudah ingat kepada Allah. Melihat wajah orang shaleh membuat diri kita tidak sukar dalam berzikir di berbagai situasi.
Habib Muhammad bin Zain bin Sumaith berkata, “Janganlah engkau duduk kecuali bersama orang yang memandangnya dapat membuatmu mengingat Allah, keadaan dan semangatnya dapat membangkitkan semangatmu untuk mendekatkan diri kepada Allah.”
Kedua, ucapan kaum salihin sarat ilmu yang memperkaya wawasan dan pengetahuan, khususnya dalam urusan agama. Ada sebuah hikayat mengenai keutamaan berkumpul dengan orang shaleh.
Kisah ini dituturkan langsung oleh Abu Sulaiman Ad-Darani yang ringkasnya adalah bahwa beliau suatu kali hadir di sebuah majelis. Ucapan sohibul majelis begitu membekas di hati. Tapi, saat beranjak pulang, ia merasa pengaruh ucapannya hilang tak tersisa sama sekali.
Keesokan harinya, ia hadir kembali. Hal yang sama terjadi, ucapan orang shaleh ini begitu terasa kuat di hati, bahkan sampai di jalan menuju rumah. Tapi, tiba-tiba saat akan sampai ke rumah, pengaruhnya hilang.
Hari ketiga, ia menghadiri majelis yang sama. Pengaruh ucapan orang shaleh membekas dalam hatinya sampai kembali masuk ke rumah. Merasakan kenikmatan semacam ini, Abu Sulaiman Ad-Darani berkata, “Maka aku hancurkan semua benda yang dapat melalaikan dan aku melazimi jalan menuju Allah.”
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan
Ketiga, karakter orang shaleh itu adalah amal perbuatannya membuat kita senantiasa ingat tentang kehidupan di akhirat. Ketika kita melihat seorang wali Allah, berupa ucapan, muamalah, perbuatan, ibadahnya, ilmu, dan diamnya sekali pun, semua itu akan mengingatkan kita kepada akhirat.
Dunia adalah kehidupan yang sementara. Di dunia kita seperti orang yang menumpang berteduh di pohon untuk beberapa saat.
Setelah itu kita melanjutkan perjalanan. Adapun akhirat adalah kehidupan yang abadi, untuk selama-lamanya.
Dengan berkumpul bersama orang shaleh, membuat kita meraih kedudukan yang sangat tinggi sehingga tidak rugi hidup di dunia, dan sanggup membawa bekal yang banyak untuk kehidupan di akhirat kelak.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Jumat kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. اَمَّا بَعْدُ :
فَيَا اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ تَعَالىَ وَذَرُوا الْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَ وَمَا بَطَنْ، وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ.
وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ، فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا: اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ،
اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ وَالجُنُونِ والجُذَامِ وَسَيِّيءِ الأسْقَامِ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا, اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى والتُّقَى والعَفَافَ والغِنَى، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Penulis pengajar di Pesantren Darut Tauhid, Malang. Pengasuh Grup Qolbun Salim. Tulisan pernah dimuat di Majalah Cahaya Nabawiy. Khutbah Jumat lain bisa klik Di SINI