Di tengah lanskap Eurasia yang luas, Islam bukan hanya agama – ia adalah jembatan budaya, harmoni sosial, dan harapan baru
Hidayatullah.com | HALAMAN Masjid Kul Syarif di jantung kota Kazan, Rusia, mulai ramai. Suara azan berkumandang, warga pun bersiap melaksanakan salat. Meski udara Kazan cukup dingin, tidak menyurutkan niat mereka untuk datang ke masjid.
Kota Kazan adalah salah satu kota di Rusia yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Kazan berdiri pada tahun 1005, usianya lebih tua dibandingkan ibu kota Rusia, Moskow.
Kota ini juga merupakan pusat kebudayaan Tatar kuno, salah satu budaya di Rusia yang sangat kental dengan nilai-nilai Islam.
Tidak heran, di berbagai sudut kota Kazan, kita bisa menemukan masjid berdiri berdampingan dengan gereja katedral. Salah satu masjid yang paling ikonik adalah Masjid Kul Syarif.
Masjid ini awalnya dibangun pada abad ke-16 dan dinamai berdasarkan nama Kul Syarif, seorang pahlawan Tatar. Setelah hancur pada tahun 1552, Masjid Kul Syarif dibangun kembali mulai tahun 1996 dan selesai pada tahun 2005.
Karena nilai sejarah dan keindahan arsitekturnya, Masjid Kul Syarif menjadi salah satu situs warisan budaya UNESCO.
Ilfar Hazrat Hasanov, Imam Masjid Kul Syarif. Ia mengatakan, “Di Kazan, saya tidak pernah mendengar kasus intoleransi.” Ketika ditanya mengapa Kazan bisa menjadi kota dengan populasi Muslim terbesar di Rusia, Hasanov menjelaskan bahwa sejarah panjang telah membentuk kerukunan ini.
“Sejak sebelum tahun 922, sudah ada negara Volga Bulgaria di wilayah ini, dan penduduknya telah memeluk Islam Sunni bermazhab Hanafi,” ujar Hasanov kepada SCTV.
“Meskipun masa komunisme Soviet pernah menekan kehidupan beragama, umat Muslim Tatar berhasil menjaga dan mempertahankan iman Islam mereka,” ujar dia.
Di Republik Tatarstan, termasuk Kazan, sekitar 130 etnis hidup berdampingan. Mayoritas penduduk adalah Muslim Tatar dan Kristen Ortodoks Rusia.
“Kehidupan kami bukan sekadar toleransi. Toleransi berarti bertahan satu sama lain, tapi di sini kami saling menghormati dan bersahabat. Itu kekayaan terbesar kami,” tegas Hasanov.
Hasanov memberi contoh konkret hubungan harmonis antaragama. Ia menceritakan tentang mertua perempuannya, seorang Muslimah taat, yang bersahabat erat dengan tetangganya, seorang Kristen Ortodoks.
“Mereka berteman lebih dari 40 tahun. Saat mertua saya kehilangan suaminya, para tetangga Kristen membantu merawat kebunnya. Mereka bahkan selalu menyediakan daging halal untuk kami saat mengadakan acara,” tuturnya.
Ia juga menyoroti bagaimana pembangunan masjid dan gereja di Kazan sering dilakukan berdampingan: “Jika di suatu tempat dibangun gereja, maka di seberang jalan akan dibangun masjid, dan begitu pula sebaliknya.”

Kazan juga menjadi pusat pendidikan Islam di Rusia. “Saat ini di Tatarstan ada delapan perguruan tinggi Islam. Kami juga baru membangun Akademi Islam Bulgar di kota Bulgar, tempat leluhur kami pertama kali memeluk Islam pada tahun 922,” jelas Hasanov.
Akademi tersebut mendapat dukungan langsung dari Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Tentang semangat muda dalam beragama, Hasanov mengatakan, “Alhamdulillah, sekarang para pemuka agama kami, termasuk imam muda dan para blogger Muslim, mampu menyampaikan dakwah dengan bahasa yang mudah dipahami anak muda.”
Hasanov juga menyebutkan bahwa Mufti Tatarstan saat ini diangkat di usia muda, 27 tahun, dan memiliki latar belakang akademik dan prestasi tinggi, termasuk sabuk hitam dalam bela diri Jiu-jitsu.
Sejarah Panjang Islam di Rusia
Sejarah Kemunculan Umat Muslim di Moskow Sejarah umat Muslim di Moskow dimulai pada masa Golden Horde, saat Islam dinyatakan sebagai agama negara pada tahun 1312.
Hingga kini, ibu kota Rusia ini masih menyimpan jejak-jejak sejak umat Muslim pertama kali muncul di Moskow: jejak-jejak ini tercermin dalam nama-nama jalan di Moskow, seperti Jalan Basmannaya, Arbat, Balchug, Ordynka, Izmailovo, Gang Tatar, Gang Tolmachevsky.
Dalam Rusia modern, di mana lebih dari 140 juta orang hidup dalam beragam budaya dan agama, Islam berdiri sebagai agama terbesar kedua setelah Kristen Ortodoks.
“Muslim merupakan bagian alami dan organik dari masyarakat Rusia,” puji Presiden Vladimir Putin dalam salah satu pidatonya, mencerminkan sikap resmi negara yang semakin terbuka terhadap komunitas Muslim.
Islam memiliki akar yang dalam di tanah Rusia. Agama ini pertama kali masuk ke kawasan Kaukasus Utara pada abad ke-7 melalui jalur perdagangan dan dakwah dari Timur Tengah.
Secara administrative, Rusia memiliki 22 republik (semacam federasi), masing-masing republik punya konstitusi dan bahasa resmi sendiri selain bahasa Rusia, meski tetap tunduk pada pemerintahan pusat.
Dari 22 republik, ada sekitar 8 republik yang mayoritas atau memiliki populasi Muslim yang sangat signifikan. Di antaranya; Tatarstan, Bashkortostan, Chechnya, Ingushetia, Dagestan, Kabardino-Balkaria, Karachay-Cherkessia, dan Adygea.
Di Dagestan, Chechnya, dan Ingushetia, Islam tumbuh menjadi fondasi kehidupan sosial. Dagestan bahkan dikenal sebagai “tanah ribuan masjid,” di mana shalat berjamaah, pendidikan Islam, dan hukum adat Islam tetap hidup hingga kini.
Hampir seluruh penduduk Daegstan beragama Islam Sunni, bermazhab Hanafi dan sebagian kecil Syafi’i. Kota Derbent menjadi saksi sejarah Islam tertua di Rusia.
Di Chechnya, tepatnya di Kota Grozny, berdiri Masjid Akhmad Kadyrov, salah satu masjid terbesar di Eropa. Di Shali, Masjid Nabi Muhammad mampu menampung hingga 30.000 jamaah
Di sisi barat, Tatarstan menjadi saksi penyebaran Islam di kalangan bangsa Tatar. Masjid Kul Sharif yang megah di Kazan berdiri sebagai bukti kebangkitan kembali Islam di jantung Eropa Timur, mengingatkan pada masa kejayaan Khanate Kazan berabad-abad lalu.
Di Tatarstan dan Bashkortostan, meski Islam kuat, populasi Rusia Ortodoks juga cukup besar.
Di kota Shali, Masjid Nabi Muhammad mampu menampung hingga 30.000 jamaah. Di tengah tantangan politik dan sejarah berdarah, Chechnya kini menampilkan wajah Islam yang penuh damai dan kemajuan.
“Islam adalah jiwa dari rakyat Chechnya,” kata seorang ulama lokal. “Di setiap sudut, dari desa hingga kota, nilai-nilai Islam mengalir dalam kehidupan kami.”
Ingushetia, meskipun wilayah kecil, mempertahankan tradisi Islam dengan sangat kuat. Pendidikan Al-Qur’an menjadi prioritas, dan hampir seluruh populasi menjalankan kehidupan berdasarkan prinsip-prinsip Islam.
Menjaga Tradisi dan Identitas Islam
Bagi komunitas Muslim Rusia, Ramadan adalah momen puncak ekspresi keimanan.
Meskipun harus berpuasa selama lebih dari 18 jam dalam kondisi dingin yang ekstrem, umat Muslim di Moskow, St. Petersburg, dan Kazan tetap berpuasa dengan penuh semangat.
Di seluruh negeri, kegiatan Ramadan seperti buka puasa bersama, bazar halal, tadarus Al-Qur’an, dan kegiatan amal menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Masjid-masjid penuh sesak, dan semangat kebersamaan kian terasa.

Tradisi buka puasa massal bahkan mencatatkan rekor, seperti di Moskow yang pernah mengundang lebih dari 12.000 jamaah dalam satu malam.
“Ramadan di Rusia membawa suasana penuh keberkahan dan kebersamaan,” ujar seorang imam di Masjid Katedral Moskow. “Di sini, kita belajar tentang kesabaran, ketakwaan, dan solidaritas sosial.”
Bahkan pada saat perayaan Idul Fitri, keragaman budaya tidak mengurangi kesakralan momen itu.
Shalat Id dilaksanakan di masjid-masjid besar atau di lapangan terbuka, diikuti dengan tradisi halal bihalal dan pesta hidangan tradisional seperti pilaf, shurpa, hingga kue-kue khas Tatarstan.
Pengaruh Global: Desa Muslim dan Migrasi Spiritual
Fenomena menarik lainnya adalah munculnya gelombang migrasi spiritual. Banyak Muslim dari luar Rusia memilih menetap di desa-desa Muslim Dagestan, Chechnya, dan Bashkortostan.
Mereka mencari suasana kehidupan yang lebih Islami, sederhana, dan dekat dengan alam.
Biaya hidup yang lebih rendah, lingkungan yang Islami, serta dukungan komunitas membuat desa-desa Muslim ini semakin menarik.
Beberapa komunitas bahkan menginisiasi pembangunan desa Islam internasional yang mandiri, dengan sistem pendidikan, ekonomi, dan sosial berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
“Di Rusia, kami menemukan kehidupan Islam yang kuat dan harmonis, bahkan lebih damai daripada di banyak negara lain,” ungkap seorang mualaf asal Eropa yang kini tinggal di Dagestan.
Pemerintah daerah pun memberikan dukungan dengan pembangunan masjid baru, pusat studi Islam, dan program pendidikan agama.
Integrasi antara pendatang baru dan komunitas lokal berjalan harmonis, memperkaya keberagaman Islam di Rusia.
Masa Depan Islam di Rusia
Islam kini menjadi bagian penting dari masa depan Rusia. Dengan populasi Muslim lebih dari 25 juta jiwa dan terus bertambah, pengaruh Islam dalam kehidupan sosial, politik, dan budaya Rusia akan semakin terasa.
Pemerintah Rusia sendiri mengakui pentingnya komunitas Muslim. Berbagai inisiatif untuk mendukung keberagaman budaya, termasuk pembangunan masjid dan pusat halal, terus dilakukan.
“Islam di Rusia tidak hanya bertahan,” simpul seorang pengamat budaya, “tetapi tumbuh menjadi kekuatan moral dan sosial yang memperkaya jati diri bangsa.”
Melihat antusiasme masyarakat, dukungan pemerintah, dan semangat komunitas Muslim, masa depan Islam di Rusia tampak sangat cerah. Di tengah lanskap Eurasia yang luas, Islam bukan hanya agama – ia adalah jembatan budaya, harmoni sosial, dan harapan baru.
Pemerintah Rusia, secara aktif mendukung pengembangan Islam sebagai bagian integral dari warisan budaya dan identitas nasional.
Presiden Vladimir Putin pada pertemuan dengan tokoh agama Islam tahun 2018, menjanjikan “dukungan yang tidak diragukan lagi” untuk “kebangkitan kembali pendidikan Islam di Rusia,” kantor berita milik pemerintah TASS.
“Islam tradisional merupakan bagian integral dari kode budaya Rusia, dan Umat Muslim, tanpa diragukan lagi, merupakan komponen yang sangat penting dari masyarakat multinasional Rusia,” katanya dikutip The Moscow Times.
Sementara Perdana Menteri Mikhail Mishustin juga menyatakan bahwa Islam merupakan bagian tak terpisahkan dari warisan sejarah Rusia dan menekankan kontribusi Dewan Spiritual Muslim Rusia dalam memperkuat dialog antaragama serta kerja sama konstruktif antara komunitas agama dan otoritas pemerintah.
Dengan pertumbuhan komunitas Muslim dan meningkatnya kesadaran identitas Islam, masa depan Islam di Rusia tampak semakin menjanjikan.*