Khutbah Jumat kali ini membahas tiga perkara dalam ibadah, salah satunya niat, mempunyai ilmu sebelum beramal dan ikhlas
Khutbah Jumat Pertama
الحمد لله رب العالمين، الذي أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله وكفا بالله شهيدا، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لاشريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله. اللهم صل وسلم وبارك على محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين أما بعد : فيا عبادالله أوصيكم ونفسي بتقوا الله يا أيها الذين ءامنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون قال الله تعالى في كتابه الكريم: يا أيها الناس اعبدوا ربكم الذي خلقكم والذين من قبلكم لعلكم تتقون
Alhamdulillah, yang pertama, senantiasa mengucapkan puji syukur kepada Allah atas banyaknya nikmat yang telah dicurahkan kepada kita semua, berupa kesehatan, umur panjang; terlebih nikmat hidayah iman – Islam yang akan mengantarkan kita menemukan kebahagiaan hidup hakiki.
Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada panutan kita Rasulullah Muhammad ﷺ, beserta segenap keluarga, para shahabat serta seluruh umatnya hingga akhir zaman, amiin. Selanjutnya, perkenankan kami selaku khatib mengajak kepada hadirin semuanya, marilah kita bersama-sama selalu berikhtiar meningkatkan iman dan takwa kepada Allahı SWT dengan cara melaksanakan apa yang diperintahkan, serta berusaha sekuat tenaga meninggalkan larangan-Nya.
Hadirin sekalian, jamaah shalat Jum’at yang dirahmati Allah,
Perlu diingat bahwa ibadah tidak hanya terbatas dalam bentuk shalat, puasa atau zakat saja; tetapi juga dalam bentuk umum yang disebut “ghairu mahdlah” yaitu tidak ada ketentuan baku atau khusus, sehingga cakupannya jauh lebih luas.
Maka dalam hal ibadah mahdlah inilah yang perlu menjadi perhatian kita, agar pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam syariat agama dan semakin meningkat kualitasnya. Dalam melaksanakan amal ibadah terdapat setidaknya tiga perkara penting untuk memperoleh perhatian kita, yaitu:
Pertama, mempunyai ilmu sebelum beramal. Sebuah amal perbuatan tidak akan benar dan sempurna, kecuali dilandasi dengan ilmu. Amal perbuatan yang tanpa ilmu itu akan lebih banyak salahnya daripada benarnya.
Hadirin sekalian, jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah, dirahmati Allah,
Ilmu didapat dengan belajar, dan belajar semestinya dengan berguru. Akan sangat jauh berbeda antara belajar dari buku dengan berguru. Sebab, ketika ada sesuatu hal yang sukar dipahami maka kita bisa bertanya langsung kepada sang guru, dan ketika pemahamannya salah maka dengan jelas kita akan ditegur untuk dikoreksi.
Sementara bila belajar pada buku, seolah-olah kita paham, padahal justru salah paham. Lalu bagaimana kita akan dapat beramal dengan benar? Apalagi bila kita merasa tidak paham, bagaimana kita akan menemukan jawabannya?
Bila orang belajar dengan hanya membaca buku saja bisa berakibat salah paham, lalu bagaimana bila orang beramal tanpa pernah mau belajar. Apa kiranya yang akan terjadi?
Apakah ada jaminan bahwa amalan yang kita lakukan itu sudah benar? Dan bagaimana kita mau menambah bobot nilai ibadah kita bila tanpa ilmu yang jelas?
Bagaimana kita akan dapat menunaikan ibadah sholat dengan benar akan tetapi tidak pernah mempelajari ilmunya Demikian pula dengan puasa fardhu, zakat dan lain sebagainya. Maka dari itulah dalam Islam hita diwajibkan mencari ilmu, bahkan agar dijalani dengan tekun dan penuh semangat. Kita diperintahkan suka bertanya pada orang yang tepat:
فَسۡـــَٔلُوۡۤا اَهۡلَ الذِّكۡرِ اِنۡ كُنۡتُمۡ لَا تَعۡلَمُوۡنَۙ
“..maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (QS: An Nahl: 43)
Dengan bekal ilmu maka manusia akan diangkat derajatnya dalam kehidupan ini, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an:
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡۤا اِذَا قِيۡلَ لَـكُمۡ تَفَسَّحُوۡا فِى الۡمَجٰلِسِ فَافۡسَحُوۡا يَفۡسَحِ اللّٰهُ لَـكُمۡ ۚ وَاِذَا قِيۡلَ انْشُزُوۡا فَانْشُزُوۡا يَرۡفَعِ اللّٰهُ الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا مِنۡكُمۡ ۙ وَالَّذِيۡنَ اُوۡتُوا الۡعِلۡمَ دَرَجٰتٍ ؕ وَاللّٰهُ بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ خَبِيۡرٌ
“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orangorang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS: Al-Mujadilah:11).
Hadirin sekalian, jamaah shalat Jum’at yang dirahmati Allah,
Kedua, adanya niat yang benar dan tulus ikhlas. Niat ini harus dijaga sejak memulai pekerjaan hingga selesainya. Amal perbuatan tidak akan diterima oleh Allah kecuali dengan niat, sebagaimana Sabda Rasulullah ﷺ :
Dari ‘Umar bin Al Khattab, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah ﷺ bersabda,
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ ، وَإِنَّمَا لاِمْرِئٍ مَا نَوَى ، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا ، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Dan setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, mkaa hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR: Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907).
Perbuatan yang tidak ikhlas itu tidak akan diterima, dan hanya akan menimbulkan kerugian serta penyesalan, Allah mengingatkan:
وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلْقَيِّمَةِ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya dalam menjalankan) agama dengan lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS: Al Bayyinah: 5)
Ikhlas, artinya: bersih, murni. Tujuan beramal hanya untuk satu: yaitu mendapatkan ridha Allah, bukan untuk mendapatkan penilaian dari selain Allah.
Ada diantara manusia yang pada awal beramal telah berniat hanya untuk mencari ridho Allah; akan tetapi di tengah jalan muncul maksud lain untuk mendapatkan pengakuan dan pamer (riya’) agar orang lain kagum. Dan bahkan akhirnya bisa mengarah pada bentuk kesombongan atau membanggakan amal, pada sisi lain menganggap remeh amal orang lain. Na’udzu billahi min dzalik.
Hadirin sekalian, jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah,
Ketiga, haruslah bersikap sabar dalam mengerjakan amal, sehingga ia bisa mengerjakannya dengan tenang, khusyuk dan berdampak pada hasil kerja yang baik. Sabar berarti kuat dalam menahan diri dari berkeluh kesah.
Orang yang sabar dalam beramal, maka tidak akan menampakkan ekspresi raut wajah yang menggambarkan terpaksa, sehingga tampak kesusahan, akan tetapi selalu menunjukkan keridhaan dan sukacita. Disinilah rahasianya kita akan merasakan nikmatnya dalam beribadah
وَاۡمُرۡ اَهۡلَكَ بِالصَّلٰوةِ وَاصۡطَبِرۡ عَلَيۡهَا ؕ لَا نَسْأَلُكَ رِزۡقًا ؕ نَحۡنُ نَرۡزُقُكَ ؕ وَالۡعَاقِبَةُ لِلتَّقۡوٰى
“Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan shalat dan sabar dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS: Thaha: 132)
Orang yang tidak sabar dalam ibadah akan tampak dalam pelaksanaannya yang terburu-buru, tidak khusyuk. Secara fisik badannya mengerjakan ibadah, tetapi hatinya melayang-layang; dan justru mengingat berbagai urusan duniawi.
Secara dhahir, badannya mungkin ada di masjid, tetapi pikirannya ada di pasar, di mall, tempat hiburan, di rumah atau tempat wisata dan sebagainya. Demikian khutbah Jumat pada siang ini, semoga kita semua senantiasa diberikan pertolongan untuk bisa memiliki kekuatan dan kemudahan menunaikan perintah dan menjauhi larangan-Nya.
باراة الله لي ولكم في القرآن العظيم وتفعني وإياكة بما فيه من الآيات والذكر أحكيم و الله منا ومنكم ولاية إله هوالشمية وتقبل بعينا
Khutbah Jumat Kedua
الحمد لله الذي جعنا ويكة عباور العين والتها بالقرآن أشهد أن لا اله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمد
عبده ورسوله
Artikel ditulis Ustad Syamsul Alam, Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII), Bantul-Yogyakakrta. Khutbah Jumat lain, bisa dilihat di laman hidayatullah.com atau diklik di SINI