Hidayatullah.com—Wakil Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Anhar Anshory menyatakan menyambut Tahun Baru Islam tidak serta-merta dianggap bid’ah, karena hal hal ini ada unsur dakwah. Pernyataan ini disampaikan Anhar di acara Pengajian Menyambut Milad Muhammadiyah 114 dan Tahun baru Hijriyah 1444 H yang diadakan oleh LPSI UAD, secara hybrid di Masjid Islamic Center UAD.
Menurutnya, warga Muhammadiyah tidak boleh latah ikut-ikutan, sebab di Muhammadiyah misalnya dalam urusan akhlak sudah ada pedomannya yaitu Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHIWM). “Akhlak bermuhammadiyah ini sangat menentukan, karena 16 akhlak bermuhammadiyah itu luar biasa. Himpunan dari khittah-khittah perjuangan Muhammadiyah,” ucap Ketua Lembaga Pengembangan Studi Islam (LPSI) UAD ini dikutip laman Muhammadiyah.
Sementara itu, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, Tafsir dalam kajiannya menyampaikan bahwa budaya juga merupakan dari media berdakwah. Termasuk budaya menyambut Tahun Baru Islam merupakan media dakwah bagi Muhammadiyah.
Tafsir menuturkan, bahwa dalam Islam terdapat dua jenis hari besar, yaitu hari besar secara syariah dan hari besar secara budaya. Terdapat tiga hari besar secara syariah, yaitu hari Idul Fitri, Idul Adha, dan hari Jumat.
“Sementara hari besar secara budaya itu ada PHBI Peringatan Hari Besar Islam, 1 Muharram, 12 Rabiul Awal, 27 Rajab, kemudian 12 Ramadan. Tahun baru hijriah, maulid nabi, kemudian isra’ mi’raj, nuzulul qur’an itu hari besar secara budaya,’ ungkapnya.
Pada kesempatan ini dia juga menjelaskan tentang perbedaan antara keduanya, untuk hari besar secara syariah yang mesti harus diperingati. Sementara untuk hari besar budaya tidak ada ritual tertentu dalam memperingatinya.
“Adanya (Tahun Baru Islam, red) tentu sebagai media dakwah, setau saya Muhammadiyah sah ber PHBI sebagai media dakwah – alat untuk dakwah, tutur tafsir.
Menurutnya, mendakwahkan syariah tanpa dukungan budaya tidak lancar. Hemat Tafsir, dakwah membutuhkan empat dukungan meliputi sumber daya manusia, politik atau kekuasaan, ekonomi, dan yang terakhir membutuhkan dukungan kultur atau budaya, tambahnya.
Katrenanya Anhar Anshory berharap warga Muhammadiyah aktif dalam kajian-kajian yang diadakan, termasuk kajian yang diadakan sayap-sayap organisasi di bawah Muhammadiyah. “Kajian-kajian kita ini semoga bisa memperkuat kohesi sosial, kohesi ukhuwah kita,” tuturnya.*