Khutbah Jumat kali ini membahas memanfaatkan kesempatan sebemum masa sempit, sebab berbuat baik tidak perlu menunggu miskin, sakit, apalagi sudah pensiun
Hidayatullah.com | KISAH-KISAH para Nabi mengajarkan yang menggelora dan semangat untuk berlomba-lomba mengerjakan amal kebaikan. Mari segera memanfaatkan kesempatan yang diberikan Allah ﷻ beramal shaleh, tidak perlu menunggu kita sakit, menunggu masa tua, menunggu sudah pension atau saat kematian yang datang menjelang.
Inilah naskah khutbah Jumat lengkapnya;
Khutbah Jumat Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
Ma’asyiral Muslimin Jamaah Jumat yang berbahagia
Hari demi hari berganti bulan. Bulan demi bulan berganti tahun. Tidak lama lagi kita melepas tahun yang lama. Kita masuk ke tahun yang baru.
Dari 2022 ke 2023. Berlalunya satu waktu memberi pesan bahwa usia kita semakin berkurang. Bukan bertambah menjadi lebih muda.
Sudah berapa jam, hari, bulan, dan tahun yang kita lewati? Lalu, amal apa yang sudah kita lakukan?
Langkah-langkah apa yang sudah kita kerjakan untuk mewarnai kehidupan ini dengan amal saleh? Apakah layak, momen pergantian musim disambut dengan foya-foya dan hura-hura, yang tidak mencerminkan pribadi yang seharusnya memanfaatkan sisa-sisa usia dengan kebajikan?
Bercermin dari para Nabi utusan Allah ﷻ, akan kita temukan jejak-jejak sejarah yang melangit, tentang bagaimana para Nabi ini memanfaatkan kesempatan yang Allah ﷻ berikan dengan sebaik-baiknya, sehingga hidup mereka menjadi berkah.
Allah ﷻ haturkan pujian kepada para nabi-Nya sebab mereka sigap dalam mengemas kebaikan. Mari kita perhatikan sejumlah peristiwa penting yang diabadikan dalam Al-Quran.
Pertama, Nabi Musa. Beliau begitu berbahagia usai berdialog dengan Allah ﷻ. Kesempatan berdialog dengan Allah ﷻ, beliau manfaatkan dengan memohon kepada-Nya dalam untaian doa yang berbunyi :
رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي
“Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku.” (QS. Thaha ayat 25-28).
Permohonan Nabi Musa dikabulkan Allah ﷻ dengan berfirman :
قَالَ قَدْ اُوْتِيْتَ سُؤْلَكَ يٰمُوْسٰى
“Dia (Allah) berfirman, “Sungguh, telah diperkenankan permintaanmu, wahai Musa!” (QS. Toha : 36)
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat Hafidzakumullah
Teladan kedua bisa kita peroleh dari jejak kehidupan Nabi Zakariya. Pada suatu hari, beliau datang kepada Maryam di mihrabnya.
Terlihat di dekat Maryam banyak buah-buahan dan makanan. Terjadilah percakapan antara beliau berdua:
قَالَ يَا مَرْيَمُ أَنَّى لَكِ هَذَا قَالَتْ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Dia berkata, “Wahai Maryam! Dari mana ini engkau peroleh?” Dia (Maryam) menjawab, “Itu dari Allah.” Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan.” (QS. Ali Imran : 37)
Mengetahui hal ini, Nabi Zakariya yang sudah tua renta namun tak kunjung memperoleh keturunan, langsung berdoa kepada Allah ﷻ. Beliau yakin, meski usia sudah tak lagi muda, namun Tuhan yang telah memberikan anugerah kepada Maryam, juga Maha Mampu untuk memberikan keturunan kepada orang yang telah lanjut usia seperti beliau.
رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ
“Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa.” (QS. Ali Imran : 38).
Allah ﷻ kabulkan permohonannya dengan kelahiran seorang putera bernama Yahya.
Jejak harum ketiga yang patut kita ambil sebagai pelajaran dalam hidup ini adalah kisah Nabi Sulaiman. Beliau memiliki 900 kuda yang sangat tangkas. Begitu asyiknya dengan kudanya sampai beliau lupa zikir dan lupa mengerjakan shalat Ashar.
Nabi Sulaiman tersadar dengan kelalaiannya. Beliau sangat menyesal.
Beliau bergegas tobat. Sebagai bentuk penyesalannya, beliau sembelih semua kudanya dan membagikan dagingnya kepada para dhuafa. Nabi Sulaiman berdoa,
قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لَا يَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ بَعْدِي ۖإِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
“Ia berkata: ‘Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang pun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi.” (QS. Shod : 35)
Allah ﷻ sambut penyesalan dan kesungguhannya dalam bertobat dengan mengganti kuda-kuda yang disembelih itu dengan angin yang jauh lebih pantas dikendarai Nabi Sulaiman dibanding kuda-kuda tersebut.
Jamaah shalat Jumat yang berbahagia
Jejak harum keempat dan inilah keteladanan yang paling agung untuk kita tiru, yaitu kehidupan Nabi kita Sayiduna wa Maulana Muhammad ﷺ. Pada satu kesempatan Rasul ﷺ melihat orang-orang di pasar Madinah tengah sibuk dengan urusan jual beli.
Beliau ingin mengingatkan mereka agar jangan sampai terlena dengan urusan dunia hingga meninggalkan urusan akhirat. Di waktu yang bersamaan beliau melintasi bangkai kambing kecil yang telinganya terpotong. Beliau memungut anak kambing itu dan memegang telinganya lalu berkata,
أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ هَذَا لَهُ بِدِرْهَمٍ
“Siapakah di antara kalian yang mau membeli bangkai anak kambing ini dengan satu dirham?”
فَقالوا: مَا نُحِبُّ أَنَّهُ لَنَا بِشَيْءٍ، وَمَا نَصْنَعُ بِهِ؟!
Mereka menjawab, “Kami tak sudi dengan berapa pun. Apa yang bisa kami perbuat dengannya?” Nabi ﷺ bertanya kembali :
أَتُحِبُّونَ أَنَّهُ لَكُمْ؟
“Apakah kalian mau anak kambing ini untuk kalian (cuma-cuma)?”
قَالُوا: وَاللَّه لَوْ كَانَ حَيًّا كَانَ عَيْبًا أنَّه أَسَكّ، فكَيْفَ وَهو مَيِّتٌ
“Seandainya ia masih hidup, kambing ini tetap cacat, telinganya putus. Apalagi sudah jadi bangkai.” Maka Rasul bersabda :
فَوَاللَّه للدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلى اللَّه مِنْ هَذَا عَلَيْكُمْ
“Demi Allah, sungguh dunia ini lebih hina bagi Allah dari bangkai ini di mata kalian.” (HR. Muslim)
Terakhir, satu kutipan keteladanan Rasul ﷺ tersaji, pada saat beliau menyampaikan kabar gembira bahwa tujuh puluh ribu orang dari umatnya akan masuk surga tanpa hisab dan azab. Mendengar hal itu, Ukkasyah bin Mihshan berkata, “Mohonkanlah kepada Allah agar aku termasuk golongan mereka.” Beliau menjawab: “Kamu termasuk golongan mereka.” Kemudian berdirilah seorang yang lain dan berkata: “Mohonkanlah kepada Allah agar aku juga termasuk golongan mereka.” Beliau menjawab: “Kamu sudah kedahuluan Ukkasyah.” (HR. Bukhari-Muslim)
Inti dari kisah-kisah para Nabi tersebut adalah milikilah gairah yang menggelora dan semangat tanpa batas untuk berlomba-lomba dalam mengerjakan amal kebaikan. Hendaknya kita bersegera mengambil dan memanfaatkan kesempatan yang Allah ﷻ berikan kepada kita untuk beramal saleh.
Jangan menunggu masa sakit, masa tua, masa miskin, dan masa kematian yang datang menjelang. Tapi, sekarang, ya sekarang dan sampai kapan pun jangan pernah kita bosan berbuat baik dan menjadi orang baik.
Semoga Allah ﷻ menganugerahkan kepada kita kemampuan lahir dan batin dalam mengerjakan kebaikan sampai akhir nafas hidup kita, sehingga berakhir dalam keadaan husnul khatimah.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. اَمَّا بَعْدُ :
فَيَا اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ تَعَالىَ وَذَرُوا الْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَ وَمَا بَطَنْ، وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ.
وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ، فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا: اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ،
اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ وَالجُنُونِ والجُذَامِ وَسَيِّيءِ الأسْقَامِ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا, اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى والتُّقَى والعَفَافَ والغِنَى، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Khutbah Jumat ini ditulis Ali Akbar bin Muhammad bin Aqil. Arsip lain terkait Khutbah Jumat bisa diklik di SINI. Artikel lain tentang keislaman bisa dibuka www.hidayatullah.com
Zaman Revolusi Media | Media lemah, da’wah lemah, ummat ikut lemah. Media kuat, da’wah kuat dan ummat ikut kuat
Langkah Nyata | Waqafkan sebagian harta kita untuk media, demi menjernihkan akal dan hati manusia
Yuk Ikut.. Waqaf Dakwah Media
Rekening Waqaf Media Hidayatullah:
BCA 128072.0000 Yayasan Baitul Maal Hidayatullah
BSI (Kode 451) 717.8181.879 Dompet Dakwah Media