Hidayatullah.com | Bismillah. Alhamdulillah. Wash-shalatu was-salamu ‘ala rasulillah, wa ‘ala alihi wa shahbihi wa man waalah. Rabbi yassir wa a’in. Wa ba’du.
Meneladani dan mencontoh beliau mustahil dilakukan bila kita tidak mengenal, tidak tahu, tidak mencintainya. Melalui serial bersahaja ini kita berharap bisa menapaki tahap-tahap itu, dan kelak menikmati buahnya. Amin.
Untuk mengenal lebih dekat dengan nabi kita, hidayatullah.com akan menampilkan kajian sirah tentang ciri-ciri fisik Nabiullah Muhammad ﷺ yang ditulis dalam kitab Asy-Syamail Al Muhammadiyah dan beberapa kitab lain. Kajian akan diasuh oleh Ustad Alimin Muhtar, Pengasuh Pondok Pesantren Arrahamah Putri, Batu, Malang.
Ini kutipan-kutipan kecil seputar junjungan kita tercinta, Muhammad ﷺ. Tidak ada komentar panjang, hanya meriwayatkan kembali apa yang dikumpulkan Imam Abu ‘Isa at-Tirmidzi (w. 279 H) dalam karyanya, Asy-Syamail Al-Muhammadiyyah Wal Khashail Al-Mushthafawiyyah. Jika pun ada tambahan, maka dari syarah-nya atau sedikit dari sumber lain.
Kitab ini berisi syamail (tabiat, perangai) dan khashail (sifat dan kebiasaan terpuji) yang dimiliki Rasulullah, berdasar riwayat-riwayat yang dikumpulkan dari berbagai sumber. Aslinya memuat 415 riwayat dari beragam tingkatan. Kemudian diringkas oleh Syaikh Al-Albani (w. 1420 H) menjadi 352 riwayat, dengan memendekkan sanad, membuang perulangan, dan menunjukkan derajat riwayatnya. Penjelasan (syarah) isi kandungannya diberikan oleh Imam Al-Bajuri Asy-Syafi’i (w. 1277 H) dalam Al-Mawahib Al-Laduniyah.
“Hanya terbetik harapan, semoga kita dapat mencintai Rasulullah ﷺ, karena mencintainya adalah bagian dari iman. Kita mulai menanam benihnya dengan mengenal lebih dekat kepribadian, perjuangan, dan segala sesuatu yang terhubung dengannya.
Setelah itu, kita berharap dapat melaksanakan himbauan tersirat dalam ayat ini:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS al-Ahzab: 21).
Sebagai naskah pegangan, kajian akan menggunakan beberapa kitab. Di antaranya; Asy-Syamail Al-Muhammadiyyah, al-Imam Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurah at-Tirmidzi, cet. 1, 1422 H/2001 M. Tahqiq: Muhammad ‘Awwamah. Kitab Mukhtashar Asy-Syamail Al-Muhammadiyah, Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, al-Maktabah al-Islamiyah, Amman, cet. 2, 1406 H, juga kitab Al-Mawahib Al-Laduniyyah, al-Imam Ibrahim bin Muhammad al-Bajuri asy-Syafi’i. Dicetak bersama matan Asy-Syamail al-Muhammadiyah tsb. Inilah bagian pertamanya.
Gambaran fisik Rasulullah
١ – (صحيح) – عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّهُ سَمِعَهُ يَقُولُ: (كَانَ رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ لَيْسَ بِالطَّوِيلِ الْبَائِنِ وَلَا بِالْقَصِيرِ وَلَا بِالْأَبْيَضِ الْأَمْهَقِ وَلَا بِالْآدَمِ وَلَا بِالْجَعْدِ الْقَطَطِ وَلَا بِالسَّبْطِ بَعَثَهُ اللَّهُ تَعَالَى عَلَى رَأْسِ أَرْبَعِينَ سَنَةً فَأَقَامَ بِمَكَّةَ عَشْرَ سِنِينَ وَبِالْمَدِينَةِ عَشْرَ سِنِينَ وَتَوَفَّاهُ اللَّهُ عَلَى رَأْسِ سِتِّينَ سَنَةً وَلَيْسَ فِي رَأْسِهِ وَلِحْيَتِهِ عِشْرُونَ شَعْرَةً بَيْضَاءَ)
Anas bin Malik berkata, “Rasulullah ﷺ (tubuhnya) tidak tinggi jangkung dan tidak pula pendek; (kulitnya) tidak putih bule dan tidak pula coklat gelap; (rambutnya) tidak keriting kriwul dan tidak pula lurus. Allah mengutusnya pada permulaan usia 40-an tahun, lalu bermukim di Makkah 10 tahun dan di Madinah 10 tahun. Allah mewafatkan beliau pada permulaan usia 60-an tahun, sementara di kepala dan jenggotnya terdapat tidak lebih dari 20 rambut putih.”
Menurut riwayat yang masyhur, beliau bermukim di Makkah 13 tahun dan di Madinah 10 tahun. Hitungan 10 tahun di Makkah tidak memasukkan 3 tahun saat berdakwah sembunyi-sembunyi (da’wah sirriyah). Menurut riwayat Ibnu Sa’ad, uban di kepala dan jenggotnya cuma 17 helai.
٢ – (صحيح) – وعنه قال: (كان رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ رَبْعَةً لَيْسَ بِالطَّوِيلِ وَلَا بِالْقَصِيرِ حَسَنَ الْجِسْمِ وَكَانَ شَعْرُهُ لَيْسَ بِجَعْدٍ وَلَا سَبْطٍ أَسْمَرَ اللَّوْنِ إِذَا مشى يتكفأ)
Dari Anas pula, ia berkata, “Rasulullah ﷺ itu sedang tinggi badannya, tidak jangkung dan tidak pula pendek. Sangat bagus (proporsi) tubuhnya. Rambutnya tidak keriting dan tidak pula lurus. Warna kulitnya kecoklatan (sawo matang). Bila berjalan, (tubuhnya) sedikit condong ke depan.”
Yang dimaksud “keriting” adalah seperti rambut orang negro. Tapi rambut beliau juga tidak sangat lurus. Jadi, rambutnya ikal bergelombang, antara lurus dan keriting. Yang dimaksud “condong ke depan” adalah karena cara jalan beliau cenderung cepat, seperti turun dari bukit ke lembah.
٣ – (صحيح) – الْبَرَاءَ بْنَ عَازِبٍ يَقُولُ: (كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ رَجُلًا مَرْبُوعًا بَعِيدَ مَا بَيْنَ الْمَنْكِبَيْنِ عَظِيمَ الْجُمَّةِ إلى شَحْمَة أذنيه عَلَيْهِ حُلَّةٌ حَمْرَاءُ مَا رَأَيْتُ شَيْئًا قَطُّ أَحْسَنَ منه
Al-Bara’ bin ‘Azib berkata, “Rasulullah ﷺ adalah pria yang pertengahan (tingginya), lebar pundaknya, tebal rambutnya lagi panjang hingga melampaui cuping telinganya. Beliau (pernah) memakai baju merah. Saya samasekali tidak pernah melihat sesuatu pun yang lebih indah/tampan darinya.”
“Lebar pundaknya” berarti pula lapang dadanya. Ini salah satu tanda kemuliaan kepribadian. “Cuping telinga” yaitu bagian paling bawah, tempat anting-anting (pada wanita). “Hullah” (pakaian) adalah satu set pakaian terdiri dari dua potong baju bagian luar dan dalam.
Imam Syafi’i berhujjah dengan hadis ini tentang bolehnya memakai baju berwarna merah, termasuk merah terang. Namun, terkadang baju seperti ini dipakai orang-orang fasik, sehingga makruh karenanya, supaya tidak menyerupai mereka.
Tidak benar jika makruh secara mutlak. Menurut riwayat Ibnul Jauzi, dari jalur Ibnu Hibban, Nabi pernah membeli “hullah” senilai 27 ekor unta dan mengenakannya. Artinya, ada masa dimana baju beliau bagus dan mahal, tapi ada masa pula sebaliknya. “Sesuatu pun”, artinya: beliau lebih indah dari apa pun, baik manusia maupun lainnya. Ini merujuk kepada Nabi, bukan bajunya.
وفي رواية عنه قَالَ: (مَا رَأَيْتُ مِنْ ذِي لِمَّةٍ فِي حُلَّةٍ حَمْرَاءَ أَحْسَنَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ لَهُ شَعْرٌ يَضْرِبُ مَنْكِبَيْهِ بَعِيدُ مَا بَيْنَ الْمَنْكِبَيْنِ لَمْ يَكُنْ بِالْقَصِيرِ ولا بالطويل)
“Dalam riwayat lain, dari al-Bara’ juga, ia berkata, “Saya tidak pernah melihat seseorang berambut panjang melebihi cuping telinga yang memakai baju merah yang lebih tampan dari Rasulullah. Rambutnya menyentuh kedua pundaknya. Kedua pundaknya lebar. (Posturnya) tidak pendek dan tidak pula jangkung.”
Riwayat ini memperjelas yang sebelumnya. Biasanya, laki-laki berambut panjang sampai sepundak cenderung kumal dan acak-acakan. Kata “limmah” (اللمّة) bisa berarti rambut yang kotor dan kusut. Tapi, Rasulullah tidak begitu. Rambutnya panjang sebahu, tebal, rapi, bersih, dan menawan siapa saja yang melihatnya. Inilah alasan mengapa al-Bara’ secara khusus menyinggung masalah ini.*
Sumber-sumber kitab: Asy-Syamail Al-Muhammadiyyah, no. 3, 4, Mukhtashar Asy-Syamail Al-Muhammadiyah, no. 3 dan Al-Mawahib Al-Laduniyyah, hal. 29-35