Sambungan artikel PERTAMA
Oleh: Muhaimin Iqbal
Untuk mudahnya memahami aspek produksi pangan ini, saya gunakan infografik dibawah. Untuk tanaman yang disebut namanya secara specifik seperti anggur, kurma dan zaitun – maka perhitungannya berdasarkan standar tanaman yang bersangkutan. Bila disebut umum seperti sayuran – saya gunakan contoh sayuran tertentu (saya gunakan kecambah misalnya), demikian pula dengan isyarat daging, saya gunakan – daging domba – karena domba inilah yang digembalakan para Nabi.
Berapa banyak manusia bisa ditopang kebutuhan pangannya dalam setahun di tanah seluas 1 hektar bila ditanami masing-masing tanaman di rangkaian aya-ayat 27-32 dari surat ‘Abasa .
Perhatikan keutamaan tanaman biji-bijian yang disebut pertama – dia relatif lengkap memberikan seluruh komponen makanan yang kita butuhkan mulai dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral – meskipun penekanannya pada karbohidrat. Bila hanya butuh karbohidrat, maka 1 ha sawah bisa mencukupi kebutuhan pangan untuk 45 orang dalam 1 tahun.
Bagaimana bila karbohidrat dari beras ini tidak ada atau tidak cukup karena yang perlu diberi makan lebih dari daya dukung lahan ini ? sumber dari buah-buahan seperti kurma dan anggur dapat melengkapi atau menggantikannya. Lebih dari itu satu hektar kurma bisa mencukupi kebutuhan karbohidrat 88 orang dalam satu tahun atau hampir dua kalinya beras.
Bahkan anggur-pun per hektarnya dapat menggantikan 2/3 karbohidrat yang bisa diberikan oleh beras atau 31 orang per hektar per tahun. Itulah sebabnya masyarakat Gaza yang sudah lebih dari 9 tahun diboikot ekonominya-pun bisa survive dari sisi makanan, antara lain karena tanaman anggur umum dimiliki masyarakat kebanyakan sampai atap-atap rumah mereka.
Untuk protein berbeda dengan asumsi kita selama ini produktifitas per hektar tertinggi justru ada pada sayuran tertentu seperti kecambah, bukan pada daging.
Sedangkan untuk minyak atau lemak yang baik, produktifitas yang sangat tinggi ditunjukkan oleh minyak zaitun – yaitu bisa memenuhi kebutuhan minyak untuk 295 orang per hektar tanamannya dalam satu tahun.
Minyak zaitun selain menjadi sumber energi dan pertumbuhan, di ayat lain dijelaskan sebagai bumbu penyedap rasa (QS 23:20). Inilah solusi dari Allah ketika makanan kita banyak dari beraneka macam bahan, pemersatu rasanya adalah minyak zaitun.
Dengan adanya minyak zaitun yang produktifitas dan daya dukung kehidupannya begitu tinggi tersebut, peluang ketahanan pangan menjadi jauh lebih tinggi. Maka minyak zaitun ini saya ibaratkan sebagai kunci pembuka ketahanan pangan itu. Kalau toh karbohidrat, protein, vitamin dan mineral tersedia melimpah dari tanaman-tanaman di sekitar kita – kalau rasanya kurang enak, orang bisa saja enggan memakannya. Dengan minyak zaitun yang diresepkan oleh Allah inilah semuanya menjadi enak, pilihan makanan kita menjadi tidak terbatas.
Dari sini kita bisa memahami salah satu makna keberkahan yang disebutkan oleh Allah tentang pohon zaitun ini (QS 24:35), selain produktifitasnya sendiri yang tinggi – dia juga menjadi kunci pembuka rasa bagi tanaman-tanaman lainnya. Minyak zaitun mempunya multiplier efek yang luar biasa bagi bertambahnya pilihan makanan kita.
Dengan informasi yang ada di matriks pada infografik tersebut di atas, sejauh kita masih mau menanam hijauan yang dimakan – pangan kita insyaAllah akan cukup. Untuk ini, kita juga diisyaratkan tidak hanya sekedar menanam, tetapi juga menanam beraneka macam tanaman pangan secara padat – agar menjadi kebun pangan yang lebat (QS 80:30).
Maka bila ini yang kita lakukan, daya dukung kehidupan dari tanah-tanah yang ketersediaannya makin terbatas itu akan menjadi berlipat-lipat. Hikmah lainnya dari tanaman beraneka ragam yang ditumpang sarikan secara padat – asal masing-masing masih masih bisa mengakses matahari secara cukup – akan menjaga tanaman dari wabah penyakit. Bila tanaman bebas dari penyakit, maka supply pangan tidak mudah terganggu.
Sejauh kita masih mau menanam secara proporsional dan yang kita tanam adalah tanaman yang bisa dimakan, maka negeri ini akan menjadi negeri yang baik – baldatun thoyyibatun wa Rabbun ghafuur – yang penduduknya berkecukupan pangan dan Allah Yang Maha Pengampun (QS 34:15). Sebaliknya bila kita enggan menanam atau menanam tetapi bukan tanaman yang dimakan, maka negeri ini menjadi negeri yang lalai (QS 34:16) – antara lain lalai dari kewajibannya memberi makan yang cukup bagi penduduknya. Semoga Allah melindungi kita semua. Amin.*
Penulis adalah Direktur Gerai Dinar