Hidayatullah.com– Banjir di Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara, sudah surut perlahan. Warga masyarakat sudah kembali ke rumah masing-masing. Para relawan sebagian sudah pulang, bergantian dengan relawan lainnya.
Meskipun banjir bisa dibilang “sudah selesai”, namun masa tanggap darurat masih diberlakukan oleh Pemerintah Kabupaten Konawe Utara.
Berdasarkan pantauan di lapangan, lumpur masih tersisa pada bangunan-bangunan yang terdampak banjir. Warga masyarakat berjibaku membersihkan lumpur dan sisa-sisa banjir lainnya.
Baca: Tanggap Darurat Banjir Konawe Utara Diperpanjang Sampai 29 Juni
“Sekarang yang paling dibutuhkan warga (alat) semprot air untuk bersihkan rumah-rumah mereka,” ujar dai setempat yang juga relawan, Sulaiman Mu’adz kepada hidayatullah.com, Selasa (25/06/2019).
Pemerintah Kabupaten Konawe Utara memperpanjang status tanggap darurat bencana selama dua pekan, mulai dari tanggal 16 hingga 29 Juni 2019.
Perpanjangan status ini untuk menjamin penyelenggaraan penanganan darurat kepada warga terdampak.
Baca: Rumah Warga Korban Banjir Konut Tak Bisa Lagi Digunakan
Sebelumnya, sekitar 10 persen wilayah di Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara masih tergenang air dengan ketinggian beragam, data hingga (20/06/2019).


Jalan trans Sulawesi masih tergenang di dua titik, yaitu Desa Linomoyo dan Desa Sambadete. Kedua wilayah ini berada di daerah dengan topografi cekungan. Sementara itu, sisa genangan terdapat di Kecamatan Oheo terletak setelah jembatan Sambadete dengan tinggi air sampai 3 meter diperkirakan 2– 3 hari bisa dilalui, genangan terjadi akibat cekungan jalan di jembatan Sambandete.


Sehari sebelumnya (19/06/2019), BNPB mencatat satu desa, yaitu Desa Asemi Nunulai di Kecamatan Asera masih terisolasi. Di sisi lain, tiga desa di Kecamatan Landawe belum dapat dijangkau karena akses jalan yang terputus, yaitu Desa Landiwo, Tambakua, dan Landawe Utara. Namun demikian, pelayanan kebutuhan dasar telah dilakukan kepada warga di desa tersebut. Foto-foto oleh Bashori dari Hidayatullah.*