Hidayatullah.com– Tim Charity Right Indonesia (CRI) resmi meluncurkan Yayasan Hidayah Nusantara dalam sebuah acara Luncheon & Sharing Session “Taking Your Vision to Global Level” bersama Syeikh dr. Tawfique Chowdhury, di Ruang Prambanan, Grand Sahid Jaya Hotel, Jakarta, belum lama ini.
Yayasan Hidayah Amal Nusantara merupakan sebuah lembaga swadaya masyarakat yang dibentuk dengan tujuan guna memberantas kemiskinan di Indonesia melalui pemberian makanan rutin kepada anak-anak fakir miskin melalui institusi pendidikan atau panti asuhan.
“Pemberian makanan tersebut rutin dilakukan 2 sampai 3 kali sehari, yaitu 5 hari seminggu untuk sekolah dan 7 hari seminggu untuk pesantren atau panti asuhan, sepanjang tahun,” demikian disampaikan Manager Nasional CRI Melita Rahmalia kepada hidayatullah.com usai acara.
Lebih lanjut Melita menyampaikan pemberian makanan ini berupa uang tunai yang diberikan kepada pengurus sekolah, panti asuhan dan pesantren, yang hanya boleh digunakan untuk pemenuhan kebutuhan makanan dan nutrisi anak-anak yatim-piatu dan fakir miskin.
Untuk menentukan sekolah, panti asuhan dan pesantren yang akan menerima bantuan, imbuh Melita, tim CRI senantiasa melakukan survey langsung, meskipun harus melewati perjalanan yang sulit untuk ke pelosok Indonesia serta melakukan pendataan yang jelas.
“Untuk memastikan bahwa semua orang yang menerima bantuan itu memang benar-benar di tempat yang paling membutuhkan,” ungkap Melita.
Sampai saat ini, kata Melita, CRI telah memberi makan sekitar 33.000 porsi makanan setiap bulannya kepada 532 anak-anak yang membutuhkan di Indonesia.
“3 lokasi telah menerima bantuan CRI secara rutin adalah sekolah khusus anak-anak pemulung di Bantargebang, Bekasi, Pesantren Manahil Al-Irfan di Lembata, Nusa Tenggara Timur, dan Panti Asuhan Nurul Huda di Banda Aceh,” ungkap Melita.
Melita mengungkapkan ada beberapa hal yang melatarbelakangi alasan CRI berfokus pada makanan. Menurutnya anak-anak yang kekurangan gizi akan sulit keluar dari garis kemiskinan jika mereka tetap berada dalam posisi kekurangan gizi.
“Kekurangan gizi tersebut mempunyai banyak implikasi seperti misalnya melemahnya daya tahan tubuh, potensi penghasilan dan kemampuan intelektual sang anak,” pungkas Melita.
Sementara itu, Marketing Manager CRI, Mohammad Ihsan Siswanto menceritakan kepada hadirin terkait keadaan kemiskinan pangan yang sangat memprihatinkan di Lembata, sebuah kawasan Nusa Tenggara Timur yang pernah dikunjunginya langsung.
“Di sana, makanan sangat sulit didapatkan. Anak-anak terkadang hanya makan nasi dicampur pisang,” paparnya.*