“I don’t like Monday,” demikian ungkapan Bon Jovi. Sebagaimana pula ungkapan sebagian orang memulai aktivitas usai menghabiskan libur akhir pecan. Hal ini tidak lain karena aktivitas melelahkan selalu mewarnai dari berangkat hingga pulang kerja, plus kemacetan yang selalu setia menyapa.
Di sinilah seharusnya yang membedakan umat Islam dengan umat yang lain. Umat Islam perlu memahami agamanya dengan baik, sehingga semangat, konsistensi dan kesungguhan dalam aktivitas ibadah secara umum tidak dipengaruhi oleh keadaan yang berkembang. Tetapi tuntunan Allah Subhanahu Wata’ala dan Rasul-Nya. Terlebih, ada keistimewaan pada waktu-waktu tertentu yang telah Allah tetapkan.
Hari Senin dan Kamis misalnya, justru hari dimana Allah Subhanahu Wata’ala turunkan keberkahannya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“تُفْتَحُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَ الاثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ لاَ يُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئًا إِلاَّ رَجُلاً كَانَتْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ، فَيُقَالُ: أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا، أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا، أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا.”
“Pintu-pintu Surga dibuka pada hari Senin dan Kamis. Maka semua hamba yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun akan diampuni dosa-dosanya, kecuali seseorang yang antara dia dan saudaranya terjadi permusuhan. Lalu dikatakan, ‘Tundalah pengampunan terhadap kedua orang ini sampai keduanya berdamai, tundalah pengampunan terhadap kedua orang ini sampai keduanya berdamai, tundalah pengam-punan terhadap kedua orang ini sampai keduanya berdamai.” (HR. Shahih Muslim).
Dengan demikian, mari bergerak, mari berkiprah, mari beramal, mari beribadah dengan sebaik-baiknya, apalagi di hari Senin dan Kamis. Dari hadits tersebut dapat kita pahami mengapa dalam Islam ada sunnah berpuasa pada hari Senin dan Kamis.
“Rasulullah bersungguh-sungguh untuk berpuasa pada hari Senin dan hari Kamis.” (HR. Tirmidzi).
Selain faktor keberkahan di atas, pada hari Senin dan Kamis, semua amal ditunjukkan kepada Allah.
“Setiap minggunya, semua amal perbuatan manusia ditunjukkan (kepada Allah) sebanyak dua kali, yaitu pada hari Senin dan Kamis. Lalu, setiap hamba yang beriman diampuni, kecuali hamba yang antara ia dan saudaranya terdapat permusuhan.” (HR. Muslim).
Dari dua hadits tersebut Dr. Nashir Al-Judai’ dalam bukunya At-Tabarruk Anwa’uhu wa Ahkamuhu menekankan agar setiap Muslim memperhatikan amalnya di hari Senin dan Kamis sekaligus memperhatikan diri, jangan sampai ada permusuhan dengan sesama. Jika ada permusuhan, maka jelas keberkahan itu akan melayang dari hidupnya.
Dengan kata lain, jika ada ‘benturan’ dengan rekan kerja, atasan atau bawahan, maka hari Senin dan Kamis bisa dijadikan sebagai kesempatan emas untuk bermaaf-maafan, karena saat itu dilakukan, maka saat itu keberkahan yang Allah berikan di hari Senin dan Kamis benar-benar mengalir deras dalam kehidupan kita. Meskipun, seharusnya saling meminta maaf bisa dilakukan kapan saja.
Sebaliknya, jika ‘benturan’ tidak segera diselesaikan dan dibiarkan berlarut-larut, boleh jadi pahala dari beragam ibadah bisa kita dapatkan. Tetapi anugerah besar yang Allah limpahkan di hari Senin dan Kamis tidak kita dapatkan. Padahal, pada dua hari tersebut benar-benar penuh keberkahan.
Baca: 3 Kebiasaan Pagi Hari Ulama Salaf
Dakwah Media BCA - Green
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Al-Judai’ menuliskan, “Sebaiknya seorang Muslim menghindari permusuhan dengan saudaranya sesama Muslim, memutuskan silaturrahim, atau tidak menegur sapa terhadapnya, serta perilaku-perilaku tercela lainnya, agar dirinya tidak kehilangan kebaikan yang besar dari Allah.”
Ubaidurrahim El-Hamdy dalam bukunya The Miracle of Puasa Senin Kamis menegaskan, “Sebagai Muslim harusnya kita lebih kenal hari-hari istimewa dengan Rabb-nya daripada hari foya-foya. Dan hari istimewa itu ada di tiap pekannya. Hari Senin dan Kamislah yang harusnya lebih istimewa dari malam minggu atau Valetin’s day sekalipun” (halaman 4).
Dengan demikian, mari bersemangat di hari Senin dan Kamis, tetapkan niat untuk beramal dengan sebaik-baiknya, syukur jika bisa diikuti dengan puasa sunnah, sehingga sempurnalah diri “menadahi” keberkahan luar biasa di kedua hari tersebut. Jika tidak mampu berpuasa, maka amal terbaik jangan ditinggalkan. Dan, setidaknya jangan pernah ada permusuhan dengan siapapun, terutama pada hari Senin dan Kamis. Wallahu a’lam.*